Mohon tunggu...
Reny DwiKurniawati
Reny DwiKurniawati Mohon Tunggu... Freelancer - NIM 191910501021

:)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kediri Booming Pasar Sor Pring

29 Oktober 2019   15:35 Diperbarui: 29 Oktober 2019   16:00 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Papringan Ngdiluwih | Sumber Primer

Kediri kini sedang boomingnya pariwisata kuliner pasar sor pring. Para daerah sedang berlomba-lomba untuk membuat pariwisata yang menarik minat pengunjung dengan menggabungkan kebudayaan di tengah tengah teknologi 4.0 yang sedang bergejolak. 

Kata pasar sor pring berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti "pasar" adalah tempat untuk melakukan transaksi jual beli antara penjual dan pembeli, "sor" yang berarti dibawah dan "pring" yang berarti bambu atau pohon bambu, jadi bisa di simpulkan bahwa pasar ini berada di bawah pohon bambu. 

Awalnya pasar sor pring ini terletak di Desa Ngadi, Kecamatan Mojo. Terbentuk dari inisiatif masyarakat untuk melestarikan budaya Jawa khususnya jajanan ndeso jaman dulu yang jarang ditemui sekaligus memanfaatkan kawasan pohon bambu untuk menjadi ciri khas.

Namun tidak perlu jauh-jauh datang ke Kabupaten Mojo karena di Kediri sudah dibuka pasar sor pring yang terletak di Kecamatan Ngadiluwih. Masyarakat di Kecamatan Ngadiluwih memanfaatkan lokasi yang sangat strategis untuk menciptakan pasar sor pring buatan mereka. Di Ngadiluwih sendiri terdapat 2 lokasi pasar sor pring yang pertama di Kecamatan Ngadiluwih yaitu pasar papringan Ngadiluwih dan yang kedua Pasar Papringan Pagak. Yang membedakan dari kedua pasar ini adalah tempatnya.

Pasar Papringan Pagak | Sumber Primer
Pasar Papringan Pagak | Sumber Primer

Pasar papringan Ngadiluwih tereletak di belakang perkebunan rumah warga namun dekat dengan jalan raya dan berhadapan dengan lapangan, masyarakat biasanya menyebutnya lapangan persinga. Sedangkan Pasar Papringan Pagak terletak di desa Pagak, Kecamatan Ngadiluwih, lokasinya berada di pinggir Sungai Brantas. 

Dulunya daerah ini terdapat bebrapa warung kecil yang menjual olahan ikan hasil tangkapan yang bernama Warung Iwak Wader, namun sekarang berkembang menjadi pariwisata pasar sor pring.

Banyak kesamaan dari kedua pasar ini, mereka sama-sama menjual makanan jajan ndeso jaman dulu seperti, cenil dan lopis, gethuk, punten, tiwul, gatot, juga terdapat beragam jenis jamu, es dawet, dan berbagai makanan. Pasar ini buka dan ramai setiap hari Minggu, namun jika ingin mendatangi di hari-hari biasa juga masih ada namun tidak seramai hari minggu.

Yang menarik dari pasar ini adalah para penjulanya ada yang berdandan menggunkan baju khas orang dulu dengan menggunakan blangkon dan baju berkerah warna hitam coklat dengan motif garis-garis untuk laki-laki dan kebaya jaman dulu untuk penjual perempuan.

Harga yang ditawarkan para penjual cukup terjangkau mulai dari Rp.1000 sampai Rp.6000. Sehingga sangat cocok untuk kantong semua kalangan, akses untuk ke lokasi kedua tempat ini cukup mudah dan terjangkau, dapat diakses mengguakan sepeda motor dan mobil. Di sana juga disediakan tempat parkir yang luas. 

Untuk Pasar Papringan Ngadiluwih menggunakan Lapangan Persinga sebagai tempat parkir, sedangkan Pasar Papringan Pagak sudah disediakan tempat parkir yang luas.  

Kedua pasar ini juga menyediakan spot foto menarik yang istagramable bagi para pengunjung yang ingin memanjakan mata, tidak hanya itu kedua tempat ini juga memiliki beberapa tontonan seperti dangdutan dengan mendatangkan beberapa penyanyi lokal. Pasar sor pring di Kecamatan Ngadiluwih ini mampu mendatangkan pengunjung dari berbagai tempat dan setiap minggunya mampu menarik minat pengunjung dengan mengadakan tontonan yang berbeda.

Tentu adanya kedua pariwisata ini membuat pendapatan masyarakat Ngadiluwih dan Pagak menjadi naik, banyak masyarakat yang mengambil keuntungan dari adanya pariwisata ini seperti pedagang dan tukang parkir. Hal ini tentu saja menambah membantu menngkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Ngadiluwih.

Namun yang menjadi permasalahan adalah apakah dengan mengubah kawasan pring tersebut menjadi pasar tidak merusak lingkungan pring sebelumnya? Tentu saja ada sedikit beberapa hal yang menjadi point yang harus diperhatikan. 

Secara berkelanjutan pohon bambu yang terdapat di sana mulai di tebangi secara 'mencicil' untuk dijadikan pondasi atau tempat untuk stand penjual. Masyarakat juga mulai menebangi pohon pring yang ada di sana untuk dijadikan tempat untuk duduk dan juga untuk perluasan wilayah untuk masyarakat yang ingin berjualan.

Tentu lama-kelamaan hal tersebut akan menimbulkan masalah karena daya tarik yang ada akan perlahan hilang. Hal yang mungkin dapat dilakukan adalah menimbulkan kesadaran masyarakat untuk lebih melestarikan kawasan pring, masyarakat yang menjadi anggota panitia harus lebih mengkoordinir masyarakatnya khususnya penjual, untuk lebih memberhatikan lingkungan sekitar. 

Seperti contohnya melakukan peraturan yang telah disetujui bersama, jika ada yang ingin berjualan harus membuat stand dengan bahannya sendiri yang di bawa dari rumah, tidak menebang pring yang berada di daerah tersebut.

Masalah lingkungan lainnya adalah mengenai sampah, banyak sekali sampah berserakan di sana, masih banyak masyarakat yang membuang sampahnya sembarangan meskipun tersedia tempat sampah di sekitar pasar, mayarakat masih kurang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. 

Mungkin dari masyarakat Ngadiluwih sendiri perlu memberlakukan peraturan untuk tidak membuang sampah sembarangan di wilayah Papringan. Pola tersebut dapat dilakukan secara bertahap. Sehingga membiasakan masyarakat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan Papringan. 

"Melestarikan kebudayaan juga harus diimbangi dengan menjaga lingkungannya"  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun