Mohon tunggu...
Reny Afrylyany
Reny Afrylyany Mohon Tunggu... Apoteker - S1_Farmasi

Salam kenal:)

Selanjutnya

Tutup

Diary

Suka Duka Menjadi Relawan Jurnal di Indonesia

29 Agustus 2021   19:21 Diperbarui: 29 Agustus 2021   21:12 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Haloo semua, selamat membaca iya..

Hari ini saya mau berbagi pengalaman saya tentang bagaimana suka duka dalam menganalisis suatu masalah dan menuangkannya dalam bentuk karya tulis ilmiah. 

Sebelumnya perkenalkan, nama saya Reny Afrylyany, saya lulusan salah satu universitas kesehatan di Bandung, saya lulus akhir tahun lalu yaitu pada tahun 2020. Dengan segala polemik dan kisruhnya pandemi yang hingga saat ini masih sangat dikhawatirkan bagi kita semua, akhirnya saya lulus sebagai Sarjana Farmasi dengan nilai yang memuaskan. 

Corona atau Covid-19 memang memberikan efek positif dan negatif bagi kita semua, sebut saja dampak besar yang warga Indonesia sendiri alami ialah turunnya perekonomian dan tak luput bagi kami para pelajar yang sedang menempuh pendidikan baik itu anak di bangku SD, SMP, SMK bahkan Perkuliahan, kami mendapati pendidikan yang kurang maksimal, rendahnya edukasi pendidikan di masa cemerlang membuat kami buta dalam menuntun cita-cita kami. 

Tetapi, kami tidak dengan mudah menyerah, kami tetap bisa belajar dengan segala kekurangan kami melalui belajar online, kendati demikian, pembelajaran sistem online tidak lah tepat dan bukan menjadikan solusi bagi kami para pelajar serta orang tua. Tugas kami para pelajar tetap lah pada porsi nya, namun orang tua mendapat tugas menjadi guru bagi kami. 

Hal ini bukan lah hal yang bisa kami semua pikul secara adil, sebut saja tetangga dengan kekurangan ekomoni dan tidak memiliki ponsel, mereka sangat kesulitan di masa pandemi ini. 

Bukan kali pertama kami menyuarakan, berbagai media hingga protes sudah kami lakukan untuk menegakkan keadilan bagi kami warga yang dengan perekonomian rendah. Kami anak bangsa, kami adalah penerus bangsa, jika anak bangsa buta pendidikan, mau bagaimana nasib Indonesia di masa yang akan datang? 

Kembali ke topik, mari kita lanjutkan. Mungkin bagi beberapa orang sudah bukan masalah dalam menganalisis suatu masalah yang ingin diungkapkan, namun belum tentu orang yang sudah mahir dalam memecahkan masalah bisa dengan mudah menuangkan pemikirannya dalam suatu tulisan. 

Sebut saja saya, bagi saya untuk memecahkan suatu masalah mungkin dengan bantuan pembimbing, kerabat serta para dosen, pekerjaan menganalisis pun dapat dengan mudah saya bereskan. Namun, bagi saya untuk menuangkan dalam suatu karya tulis akan memakan waktu lebih lama. 

Beberapa bulan lalu saya di hujani tugas untuk membuat karya tulis seperti skripsi, artikel, jurnal dan sebagainya. Setelah melakukan analisis masalah dan menemukan solusi dari masalah tersebut, saya kemudian menuangkannya dalam bentuk karya tulis skripsi, dengan segala kerumitan aturan dalam skripsi, dengan tekun, rajin dan tidak pantang menyerah, akhirnya saya pun berhasil menyelesaikan skripsi kurang lebih hanya 2 bulan. 

Namun, tidak berhenti disitu saja, selain skripsi yang menjadikan syarat untuk kelulusan, kami para mahasiswa  ditugaskan untuk menuangkan dalam bentuk tulisan yang lain. Salah satu karya ilmiah yang perlu saya buat ialah jurnal, jurnal nasional bahkan internasional harus saya selesaikan. 

Dalam mengisi waktu luang saya mengikuti berbagai seminar, berbagai seminar saya ikuti, dan pada suatu hari saya menemukan seminar yang relevan dengan permasalah yang saya alami. Yah, RJI atau Relawan Jurnal Indonesia sedang mengadakan seminar tentang proses bagaimana pembuatan jurnal hingga publikasi nya. 

Tanpa berfikir panjang lebar, saya pun lantas mengikuti nya. Dan singkat cerita setelah mengikuti seminar di RJI, saya langsung terbuka untuk melanjutkan penulisan jurnal saya. Berbekal ilmu dari seminar RJI yang sangat bermanfaat juga menyenangkan, saya pun lancar menuliskan jurnal, satu hingga beberapa jurnal saya tekuni pun berhasil saya selesakka. 

Menjadi Relawan Jurnal bukan lah hal yang mudah, perlu ketekunan dan fokus yang tinggi untuk bisa menuangkan pemikiran kita dalam karya tulis dan dipahami bagi pembaca. 

Jika kedua hal tersebut tercapai, maka tersampaikan lah niat dan sumbangsih kita kepada orang yang lebih ahli untuk ditindaklanjuti. Bisa dikatakan duka menjadi Relawan Jurnal sangat banyak, tapi akan terobati jika sudah melihat karya kita. 

Dan akan lebih bermanfaat lagi jika ada salah satu pembaca yang ikut memberikan solusi atau pendapat pada karya tulis kita, untuk menjadikan satu kesatuan dengan tujuan akhir yang lebih baik. 

Sekiranya, demikian sesi berbagi cerita saya untuk kali ini, semoga siapun anda yang sedang membaca tulisan saya, diberikan kesehatan, kelancaran dalam menjalani kehidupan hari ini esok dan seterusnya, Amin.. Sampai jumpa:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun