Mohon tunggu...
REFLEKSI DIRI
REFLEKSI DIRI Mohon Tunggu... Penulis - Renungkan dan Rasakan. Intisari kehidupan ada di dalamnya.

Tulisan apapun yang dimuat, adalah tulisan yang berlandaskan pengalaman, gagasan dan riset sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalut, Kagum yang Sempat Tersulut

18 Desember 2020   19:45 Diperbarui: 18 Desember 2020   19:49 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Dokumen Pribadi

Kini ku semakin terpuruk, rasa hati ku tak terurus. Aku tak mengerti mengapa keadaan ini membuatku kalut. Terasa seperti ku berada dalam lingkaran hitam. Aku tak lagi menemukan jalan keluar dari masalah ini. Aku rasa, memiliki hasrat dengan segala tentangmu. Sikapmu, caramu berbicara, caramu menanggapi semua perkataan ku. Semuanya terasa sangat membuatku candu.
Awal aku begitu bersemangat mengenalmu, meski kita sudah saling tau sejak dulu. Aku rasa, baru beberapa bulan ini mengagumi sosok dirimu. Aku memang tidak terlalu pandai menunjukkan rasa kagum ku kepadamu, tapi patut kamu tau, keberadaan dirimu membuatku ketagihan dan kecanduan untuk selalu bertemu dan berdiskusi denganmu.
Akhir cerita ini begitu mengenaskan, dimana aku terjebak dalam sebuah keniscayaan. Keniscayaan yang memberiku sebuah harapan. Harapan yang cukup gila untuk berambisi selalu didekat mu dan berusaha menguasainya mu. Sungguh menyedihkan, dimana aku kehausan di tengah Padang panjang yang aku sendiri pun tak memiliki kepastian. Hanya berpegang kepada secuil harapan.
Kamu memberiku tamparan keras dalam hidup. Dimana kamu memaksaku untuk bangun dari kalutnya perasaan. Rasanya aku akhirnya sadar dari halusinasi panjang yang ku lalui. Aku telah bisa bebas dari lingkaran hitam itu. Kalut yang dulu aku rasakan menjadi-jadi. Kini perlahan memudar bersama arti hasrat dan ambisi dalam diri.
Aku tetap berterimakasih kepadamu, karena rasa kalut yang rasanya di ujung tanduk. Kini bisa ku kuasai dan ku kendalikan. Hasrat yang dulu menguasai akal pikiranku, kini memudar bersama rasa kagum ku kepadamu. Aku kini tak terpengaruh lagi oleh hilangnya dirimu, meski ku tak lagi candu akan kabar darimu. Terimakasih untuk semuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun