Misalnya, ketika mendapatkan sesuatu yang bukan miliknya, maka Ia tidak akan serta merta mengambilnya. Karena Ia akan mempertanyakan, benda itu milik siapa? Apakah kalau diambil ada resiko atau tidak? Berbahaya atau tidak? Jadi, dia akan terbiasa mempertanyakan apa yang Ia lakukan.
Contoh kedua misalnya, ketika seorang anak mendapatkan informasi, dan dia tahu informasi itu tidak memiliki identitas jelas siapa pengirimnya, atau berita itu tidak sesuai dengan dirinya. Maka ia tidak akan serta merta dengan mudah menyebarkannya.
Penjelasan selanjutnya tentang LOTS dan HOTS ini bisa terlihat melalui piramida di bawah ini:
C1 sebagai pondasi untuk tercapainya kognisi pada ranah berikutnya. Jumlah informasi dan data pada tahap ini banyak sekali.
Pada tahap C2, jumlah informasi menjadi lebih sedikit karena siswa membutuhkan waktu utk memahaminya.
Lebih tinggi lagi pada C3, jumlah informasi semakin mengerucut sesuai dengan kebutuhan aplikasi informasi tersebut
Pada C4, jumlah informasi yg dikelola memang lebih sedikit, namun siswa memerlukan informasi lain yang terkait, guna memperkaya pemahaman ttg apa yang dibahas dlm informasi atau data.
Kemudian yang lebih tinggi di C5, informasi menjadi lebih spesifik dan mendalam. Informasi dan data yang telah dianalisa dan dievaluasi, menjadi bahan yang akan memampukan siswa menciptakan informasi atau data baru sesuai dengan versi mereka, disini mereka sudah mencapai C6.
Mari kita ingat kembali, urutan ranah kognisi yang bisa dikembangkan dalam proses belajar-mengajar di kelas.Â
Nah, ranah mengingat, tingkat C1, adalah ranah kognisi terendah. Informasi yang diingat oleh siswa menjadi pondasi pencapaian ranah kognisi berikutnya. Informasi yang dibutuhkan diantaranya bersifat faktual, konseptual, prosedural, dan metakognisi. Tapi pada tingkat ini siswa hanya akan menghabiskan waktu dan tenaga untuk menghafalkan saja tanpa memprosesnya lebih lanjut. Sudah seyogyanya kita memfasilitasi siswa kita ke tahap selanjutnya, yakni tahap memahami.Â