Mohon tunggu...
Reno Maratur Munthe
Reno Maratur Munthe Mohon Tunggu... Penulis - Reno

Munthe Strategic and International Studies (MSIS)

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Rokok "Sedia", Sempat Bertahta di Eranya

3 Maret 2022   14:06 Diperbarui: 3 Maret 2022   14:12 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun sebelum kemerdekaan Indonesia tepatnya sekitaran tahun 1940-an, di utara Pulau Sumatera tepatnya di kota Balige, sudah berdiri sebuah pabrik rokok milik pribumi asli putra daerah setempat bernama Busmin Pasaribu.

Walaupun di awalnya masih menggunakan gaya tradisional berupa lintingan tangan dengan bahan baku tembakau yang diperoleh dari daerah-daerah sekitaran Balige tepatnya dari Deli Serdang dan Sidikalang, pabrik rokok yang diberi nama "Sedia" ini sudah memiliki nama di seluruh wilayah Sumatera utara bahkan sampai juga di beberapa daerah di sekitarnya.

Sejak tahun 1950-an pabrik rokok ini sudah mulai memodernisasi usahanya dengan melakukan mekanisasi yang cukup canggih pada saat itu apalagi mengingat lokasinya yang berada di pedalaman Sumatera Utara.

Dituliskan bahwa di Pematang Siantar, dimana populasi etnis Cina tergolong cukup besar menetap di wilayah tersebut, saat itu terdapat juga pengusaha etnis tersebut yang membuka usaha pabrik rokok dengan skala besar. Dalam perkembangannya kemudian, pengusaha etnis Cina ini kemudian tidak saja tampil sebagai pesaing berat yang mempersempit pasaran rokok "Sedia", melainkan juga "mematikan" pabrik rokok tersebut.

Menurut penuturan para informan serta keluarga besar kami yang berada di Balige, pada waktu itu terdapat sekelompok pengusaha rokok dengan etnis tertentu yang berada di Pematang Siantar yang telah membeli rokok "Sedia" dalam jumlah besar dan kemudian menimbunnya di sebuah ruangan besar seperti gudang yang telah disiapkan sebelumnya.

Setelah ditimbun, rokok-rokok "Sedia" tersebut dibiarkan hingga membusuk dan rusak. Lalu rokok-rokok yang telah rusak ini pun dilempar kembali ke pasaran untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

Sejak saat itulah orang-orang kemudian memiliki anggapan bahwa pabrik rokok "Sedia" menjual rokok-rokok busuk sehingga berakibat pada menurunnya daya jual rokok "Sedia" di pasaran akibat tidak lakunya rokok-rokok "Sedia". Hal inipun tentunya berdampak pada berhenti beroperasinya pabrik rokok "Sedia" di seluruh wilayah Balige.

Tidak ada dendam dalam penulisan artikel ini. Saya menulis ulang informasi yang saya peroleh ini ditambah dengan tambahan keterangan dari beberapa anggota keluarga, justru hanya sebatas rasa kangen dan rindu dengan leluhur kami, Kakek kami, Opung kami, yang sangat berpengaruh di Balige dan mampu memeberikan dampak bagi sesama di lingkungan sekitarnya.

Salah satu anak laki-laki Op. Busmin, yakni Op Lyxander Pasaribu merupakan Opung saya yang merantau kuliah ke UGM Yogyakarta dan akhirnya penempatan kerja sebagai pegawai negeri di Banjarmasin, Kalimantan Selatan sampai pensiun. Saya akan menulis lebih lanjut di artikel selanjutnya cerita tentang Opung Lyxander.

(Sebagian informasi ini saya peroleh dari dokumen online resmi milik Institut Pertanian Bogor, yang diteliti dan ditulis oleh Glenna Atmadja dengan judul "Balige: Ajang Sosial Pengusaha Tenun" hlm. 89)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun