Angin pagi yang berhembus pada saat matahari mulai menampakan sinarnya, membuat perjalanan saya terasa sejuk. Jam menunjukan pukul 05.30 WIB didaerah padang cermin disisi selatan kota lampung, suasana pantai pun sudah terasa nyaman di hati ini. Dengan perjalanan yang sangat melelahkan dan jauh dari ibukota jakarta, saya rasa ini hadiah yang pantas untuk saya dapatkan. Lukisan keindahan alam yang sudah terlihat jelas didaerah ini, membuat hati semakin rindu akan hembusan angin pantai.
Perjalanan kali ini akan saya awali dengan rencana kami 9 orang remaja yang ingin pergi mendaki gunung, tetapi ada suatu kendala yaitu transportasi menuju daerah yang dituju tidaklah ada. Selama hampir 3 jam dari jam 15.00-18.00 WIB kami mencari transportasi yang menuju kedaerah tersebut tidaklah satu pun ada, dan matahari pun mulai terbenam diterminal kampung rambutan. Perjalanan tidaklah selesai disitu, kami pun masih harus mencari angkot menuju rumah kami masing-masing. Ditengah perjalanan pulang kami melihat 2 orang asing yang sama sekali tidak kami kenal, dan setelah hampir setengah jam kami berbincang barulah kami mengetahui mereka pun juga memiliki tujuan yang sama. Pada akhirnya kami pun membuat wacana untuk menuju ke daerah lampung yaitu pulau kelagian dan pada saat yang sama kami berbincang kepada 2 orang asing tersebut, saya ingat namanya waktu itu adalah bang ucok dan ka lia.
Kami pun tersadar ketika kapten kapal memberitahukan bahwa kapal akan segera sampai pada pelabuhan, kami bersiap untuk turun dan melanjutkan perjalanan. Kami yang sama sekali tidak mengenal daerah lampung sangatlah kebingungan mencari transportasi menuju tanjung ketapang, hingga pada akhirnya kami menemukan carteran angkot yang mau mengantarkan kami menuju ketempat yang kami inginkan.
Setelah 3 jam perjalanan kita sudahlah sampai didaerah padang cermin yang saat itu terlihat sunrise menakjubkan pada jam 05.30 WIB, harus menempuh 20 menit lagi menuju tanjung ketapang. Sesampainya di tanjung ketapang kami turun dari angkot lalu mencari makan untuk menambah energi pagi hari. Butuh beberapa jam untuk bertanya pada masyarakat setempat tentang kapal yang akan kami naiki untuk menyebrang, kami hampir tidak dapat kapal dikarenakan mendadak dan semua kapal terpakai. Walaupun kami kelelahan tetapi semangat kami tetap terjaga karena pemandangan yang menakjubkan didepan mata sangatlah indah.
Lalu selang berapa lama kami turun dari dermaga, penjaga pulau kelagian menghampiri kami meminta data kami semua dan memberi selembaran untuk tetap menjaga keindahan pulau. Setengah jam berada dipantai, kami pun mencari tempat teduh untuk membuka tenda sekaligus makan siang dengan makanan yang telah kami bawa. Alih-alih berencana mendaki gunung dengan membawa peralatan lengkap ternyata kami menuju pulau yang sama sekali tidak pernah kami singgahi, sungguh Tuhan mempunyai rencana lain dibalik semua ini.
100 meter disisi barat dan timur dari bibir pantai terdapat pohon bakau yang sangat banyak mengelilingi pulau itu. Seakan pulau pribadi lalu kami bertanya kepada warga lokal yang menjaga warung dipantai itu ternyata pulau yang kami datangi adalah tempat pelatihan militer dilampung yang sudah tidak terpakai lalu dijadikan objek wisata yang dikelola oleh pemerintah lampung.