Penyakit paling umum yang paling sering menyerang pada anak adalah cacingan atau biasa disebut Soil-Transmitted Helminths (STH). Prevelensi penyakit ini masih tinggi ditemui dibeberapa negara. Menurut (WHO, 2022) Penyakit cacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Lebih dari 1,5 miliar orang, atau 24% dari populasi dunia, terinfeksi cacing yang ditularkan melalui tanah di seluruh dunia. Infeksi tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, dengan jumlah terbesar terjadi di sub-Sahara Afrika, Amerika, Cina dan Asia Timur.
(Nainggolan, 2022) Prevalensi Ascaris lumbricoides yang lebih tinggi dari 70% ditemukan antara lain di beberapa desa di Sumatera (78%), Kalimantan (79%), Sulawesi (88%), Nusa tenggara Barat (92%) dan Jawa Barat (90%). Prevalensi Trichuristrichiura juga tinggi untuk daerah Sumatera (83%), Kalimantan (83%), Sulawesi (83%), Nusa tenggara Barat (84%) dan Jawa Barat (91%). Sedangkan prevalensi cacing tambang (hookworm) berkisar 30 % sampai 50% di berbagai daerah di Indonesia.
Pada anak usia 6 – 15 tahun sangat rentan mengalami penyakit cacingan. Anak-anak lebih sering bermain di luar ruangan, yang dimana, dengan hal tersebut anak bisa terkontaminasi oleh berbagai jenis penyakit. Bila anak tidak bisa menjaga kebersihan diri dengan baik dan orang tua tidak memberikan perhatian lebih pada anak, maka anak lebih besar memiliki resiko jatuh sakit.  Menurut (Yani et al., 2023) Anak-anak adalah kelompok yang rentan terhadap infeksi cacing, karena mereka sering bermain di tanah yang terkontaminasi dan belum sepenuhnya memiliki kebiasaan kebersihan yang baik. Higiene perorangan pada anak usia sekolah yang masih rendah berpengaruh besar terhadap peradangan kecacingan misalnya kerutinan mencuci tangan saat sebelum makan atau setelah buang air besar ( BAB).
Parasite Pada Cacingan Anak
Penyebab utama dari cacingan yaitu penularan parasit yang dapat ditularkan melalui tinja ataupun tanah. Berbagai jenis parasit yang dapat menyebakan penyakit cacingan, seperti menurut pendapat (Kabila et al., 2023) penelitian menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan feses anak usia sekolah paling banyak terinfeksi oleh cacing Trichuris. Trichiura sebanyak 13% dan Ascaris Lumbricoides 12%. Kedua jenis cacing tersebut memiliki sifat kosmopolit dan lebih menyukai lingkungan yang panas dan lembab. Cacing Trichuris trichiura, yang umum dikenal sebagai cacing cambuk, memiliki bentuk yang menyerupai cambuk dan tampak tipis seperti benang. Di sisi lain, cacing Ascaris Lumbricoides memiliki struktur yang berbeda, yaitu berbentuk silindris dan berwarna putih kemerahan.
Menurut (Nugrohowati & Koesoemo, 2020) Infeksi terjadi saat telur infektif (telur berisi larva) yang belum menetas tertelan bersama air dan makanan yang tercemar. Telur akan menetas di duodenum, menembus mukosa dan submukosa, kemudian memasuki limfe. Setelah melewati jantung kanan, cacing ini memasuki sirkulasi paru dan menembus kapiler menuju daerah daerah yang mengandung udara, lalu cacing akan naik ke faring dan tertelan. Cacing yang tahan terhadap asam lambung akan masuk ke usus halus dan matang di sana. Dengan demikian, pentingnya menjaga kebersihan makanan dan air menjadi sangat krusial untuk mencegah infeksi cacing yang dapat berdampak serius pada kesehatan.
Faktor Penyebab Internal dan Eksternal
Penyakit cacingan pada anak ini disebabkan faktor internal dan ekternal, faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari individu atau berasal dari diri sendiri, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor penyebab penyakit yang berasal dari lingkungan luar seperti sanitasi lingkungan, kondisi ekonomi dan kontaminasi makanan. Menurut (Shafa Nathania Utami et al., 2024) Penyakit cacingan pada anak disebabkan oleh banyak faktor mulai dari faktor kebersihan diri lingkungan sekitar dan sosial ekonomi. Ada banyak faktor risiko terjadinya infeksi kecacingan, antara lain kebersihan diri yang buruk dan sanitasi lingkungan yang buruk, Kebersihan diri perlu perhatikan dengan baik karena didapatkan adanya hubungan yang relevan antara infeksi kecacingan dengan kebersihan diri, sehingga dapat mengurangi risiko infeksi kecacingan pada anak.
Menurut (Nainggolan, 2022) Infeksi cacing tambang paling banyak terjadi pada saat seseorang berjalan tanpa menggunakan alas kaki di tanah yang mengandung larva infektif. Penularan juga dapat terjadi melalui makanan, yaitu secara tidak sengaja menelan larva cacing tambang. Pada umumnya infeksi cacing tambang tidak menunjukkan gejala, hanya beberapa yang mengalami sakit perut, terutama pada orang yang baru pertama terinfeksi.
Menurut ( Gabrie dalam Masra et al., 2022) faktor resiko terjadinya infeksi cacingan adalah Host Biology Factor (Usia dan jenis kelamin), Host Behaviour Factor (kurangnya frekuensi mencuci tangan, tidak memakai alas kaki, dan BAB sembarangan), Socio-Economic Factor (rendahnya Pendidikan ibu, kurangnya pendidikan kesehatan, rendahnya status sosial ekonomi, dan rendahnya penghasilan keluarga), Environmental Factor (kepadatan hunian, rendahnya akses ke air bersih, rendahnya kepemilikan jamban keluarga, dan memiliki hewan peliharaan seperti babi, anjing), dan Other Factors (Infeksi Co STH atau infeksi STH yang ganda, rendahnya frekuensi konsumsi obat cacing).
Dampak Cacingan pada Tubuh
Penyakit cacingan pada anak dapat memberikan dampak negatif terhadap tubuh terutama pada usia anak yang dimana mereka masih melewati proses tumbuh kembang. Penyakit cacingan ini dapat mengakibatkan tumbuh kembang anak terganggu. Apabila tumbuh kembang terganggu maka hal tersebut dapat menimbulkan resiko permasalahan gizi atau malnutrisi. Menurut (A. N. Sari et al., 2023) Malnutrisi adalah kondisi dimana kebutuhan nutrisi tubuh tidak tercukupi secara tepat waktu sehingga menyebabkan tubuh menghabiskan cadangan makanannya yang tersembunyi di balik lapisan lemak dan selaput organnya. Kurangnya protein dan energi dari makanan menyebabkan malnutrisi, sejenis malnutrisi parah yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Jika berat badan balita berada di antara rentang Zscore -2,0 hingga -3,0, mereka dianggap kurang gizi.
Kecacingan dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari gangguan yang bersifat ringan hingga kondisi yang lebih serius yang bahkan dapat mengancam nyawa. Pada anak-anak, terutama yang berada di usia sekolah, infeksi cacing dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan fisik mereka secara signifikan. Gangguan ini tidak hanya terbatas pada aspek fisik, tetapi juga dapat berdampak pada kemampuan belajar dan konsentrasi anak di sekolah. Jika masalah kecacingan ini tidak ditangani dengan baik, anak-anak berisiko mengalami berbagai komplikasi kesehatan yang lebih serius. Salah satu dampak utama dari kecacingan adalah anemia, yang muncul akibat penyerapan zat besi yang terganggu oleh cacing. Gangguan gizi juga sering terjadi, yang dapat menyebabkan anak mengalami kekurangan nutrisi penting yang diperlukan untuk tumbuh kembang mereka. Gangguan pertumbuhan yang dialami anak dapat berakibat jangka panjang, mempengaruhi tidak hanya kesehatan fisik mereka, tetapi juga perkembangan kognitif dan sosial. Pada kasus infeksi yang lebih ringan, anak-anak yang terdeteksi positif mengalami kecacingan mungkin tidak menunjukkan gejala yang jelas. (P. S. Sari et al., 2020).
Cacingan dapat menghambat penyerapan nutrisi pada tubuh anak, salah satunya yaitu penyerapan zat besi yang berdampak anemia. Menurut (Kartini dalam Febriani et al., 2023) Pada umumnya cacing menginfeksi manusia tinggal dan berkembang biak di usus. Mereka menyerap protein dan zat besi dari darah, mengganggu penyerapan nutrisi tubuh. Hal tersebut dapat menyebabkan anak menjadi rentan terhadap anemia, kekurangan gizi, dan gangguan pencernaan. Selain itu, infeksi cacing juga bisa menimbulkan gejala seperti diare, kehilangan nafsu makan, dan bahkan disentri yang lebih parah. Jika infeksi cacing tidak diobati dalam waktu yang lama, anak akan mengalami kekurangan nutrisi yang dapat menghambat pertumbuhannya. Hal ini akan berdampak pada kesehatan fisik, perkembangan kognitif, serta pertumbuhan dan kecerdasan anak terganggu.
Menurut (Susanto dalam Sari et al., 2020) cacingan dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak serta dapat mengganggu kemampuan belajar anak dan kesehatan anak jika berlangsung lama. Salah satu efek yang ditimbulkan akibat kecacingan adalah anemia, gangguan gizi, dan gangguan pertumbuhan. Pada infeksi ringan, infeksi cacing akan meyebabkan gangguan penyerapan nutrien. Sedangkan pada infeksi yang lebih berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan kekurangan kalori protein.
Berdasarkan pendaapat (Toemon et al., 2023) kecacingan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan menghambat perkembangan anak, karena cacing mengambil nutrisi tubuh, dan zat besi menyebabkan anemia. (Nurwahida Yani & Suwendar, 2022) Ketika infeksi cacingan dibiarkan maka dapat menimbulkan komplikasi, salah satu nya adalah terganggunya penyerapan zat gizi pada anak, hal ini dikarenakan cacing mengambil zat gizi yang terdapat didalam usus anak dan juga merusak dinding usus. (Nugrohowati & Koesoemo, 2020) infeksi kecacingan dengan imunitas tubuh rendah akan menyebabkan mudah terjadi gangguan penyerapan nutrisi, akibat zat- zat makanan dan darah dihisap oleh cacing, semakin lama tubuh akan kekurangan zat- zat makanan yang diperlukan sehingga menyebabkan tubuh penderita menjadi kurus dan status gizinya menurun.
Penanggulangan Cacingan
Penularan cacingan anak dapat dicegah dan ditangani dengan melakukan penyuluhan pada orang tua anak dengan menyampaikan berbagai macam hal yang berkaitan dengan cacingan ini. Mulai dari menjelaskan mengenai dampak dan penyebab yang terjadi, cara penularan cara penanggulangan serta pengobatan untuk penyakit cacingan ini. Hal ini dilakukan dalam upaya menambah pengetahuan dan meningkatkan kesadaran pada orang tua mengenai penyakit cacingan.
Menurut (Utami Dewi & An Khofiyya, 2023) Setelah diberikan penyuluhan kesehatan terjadi peningkatan sikap pada Subjek I yang mendapat persentase nilai sikap sebesar 96% dikategorikan sebagai sikap positif. Sedangkan Subjek II mendapatkan persentase nilai sikap sebesar 94% yang dikategorikan sebagai sikap positif. Setelah dihitung menggunakan rumus peningkatan nilai rata- rata maka terjadi peningkatan sikap pada kedua subjek sebesar 53,2% setelah diberikan intervensi penyuluhan kesehatan pernyataan tersebut membuktikan bahwa penyuluhan kesehatan berhasil memberikan dmpak positif pada pada peningkatan sikap dan mempengaruhi keyakinan subjek untuk berperilaku sehat serta melakukan pencegahan penyakit cacingan. Sosialisasi atau penyuluhan ini adalah untuk mengembangakan serta meningkatkan pengetahuan masyarakat yang sangat minim tentang penyakit diare serta infeksi cacing. Sehingga dengan adaanya sosialisasi ini masyarakat semakin tanggap terhadap kebersihan.
Menurut pendapat (Utami Dewi & An Khofiyya, 2023) melakukan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan penyakit cacingan pada anak menggunakan media seperti booklet dalam penyampaian informasi secara jelas dan lengkap mampu memudahkan pembaca untuk memahami sehingga memudahkan penyebaran informasi terkait pencegahan cacingan pada anak berjalan secara efektif dan efisien. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pengetahuan keluarga setelah dilakukan penyuluhan kesehatan. Pernyataan tersebut sebagai pendukung bahwa pemberian penyuluhan akan memberikan pengaruh yang baik terhadap anak sehingga dapat menanggulangi serta mencegah cacingan pada anak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI