"Ma'am, apakah soblok (tempat menanak nasi) nanti perlu diberi air?" tanya seorang siswi saat saya melewati tendanya menuju kamar mandi.Â
Dia sendirian sedang mengemban tugas yang diberikan. Teman-temannya satu tenda sedang berlarian mendengar peluit yang dibunyikan. Tanda berkumpul harus dilaksanakan.
"What do you mean?" Saya kurang mengerti apa maksudnya.
"Baru saja masak nasi setengah matang dan akan saya pindahkan ke soblok. Nah, sobloknya nanti harus diberi air atau tidak, Ma'am?"
Saya tersenyum geli mendengar pertanyaannya. Ah, generasi alpha. Apa-apa tersedia dan terbiasa dengan satu click saja.
"Kalau tidak diberi air, nanti nasinya bisa gosong dong."
Anak itu pun tersenyum sendiri dengan pertanyaannya. Akhirnya saya tunjukkan caranya seberapa banyak air yang diperlukan untuk menanak nasi menggunakan soblok.
Pernah mengikuti Jambore Nasional 1981 di Cibubur, Jakarta juga beberapa jambore daerah lainnya, berkemah bagi saya menjadi sesuatu yang indah. Tahun 1981, saat zaman belum ada HP -telepon rumah saja satu kampung yang mempunyai baru satu-dua orang, khususnya di kota kelahiran saya- media massa masih sangat terbatas.Â
Selain koran dan majalah yang tentu saja terbatas oplah, saat itu hanya ada TVRI dan RRI juga sedikit radio swasta saja yang membuat pengetahuan saya sebagai siswa SMP menjadi tidak leluasa.Â
Salah satu momen  yang tersimpan hangat di kepala adalah ketika saya dan pramuka lain sedang berjalan kembali ke kemah sehabis mengikuti upacara pembukaan JAMNAS di Cibubur.Â