Fastabiqul Khairat artinya berlomba-lomba dalam hal kebaikan. Dalam buku ini menjelaskan mengenai fastabiqul Khairat dengan Contoh adanya pemilu. Selama ini dalam kompetisi yang paling menonjol dari sisi negatif. Sebagian besar politik dalam memenangkan suaranya dengan cara tidak sehat seperti; menyuap dengan uang agar mendapatkan suara terbanyak. Dalam politik jika ditinjau dari sudut etika dan budaya masyarakat kita sangat jauh dan bahkan cenderung menyimpang.
Semboyan berpolitik yang santun dari Amien Rais memberikan istilah dengan high politik artinya dalam politik seharusnya mengedepankan etika dan budi pekerti yang luhur sebagai Garda terdepan sekalipun target akhiratnya adalah dukumyan yang luas dan sebanyak-banyaknya. Seharusnya dalam berpolitik juga bertujuan untuk menegakkan moral dan etika dan aplikasi disebut dengan kesantunan, menaati asas dan semua prosedur administrasi pemilu. Dalam siyasah syariah-politik Islam mengajarkan mengenai persaingan yang positif, di lakukan dengan persaingan yang sehat itulah yang di sebut Fastabiqul Khairat dalam pemilu. Hal ini di jelaskan dalam Qur'an Surah Al -Baqarah : 148 yang artinya:
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka, berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan tidak di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas segala sesuatu.
Berpolitik mempunyai sifat yang cenderung kepada kekuasaan maka dari harus mempunyai niat yang lurus untuk memperbaiki keadaan sosial yang menyimpang dari nilai-nilai luhur kemanusiaan yang beradab. Kekuasaan ini juga mempunyai manfaat untuk memperjuangkan yang benar, menegakkan keadil, meluruskan yang menyimpang, kesejahtera berbudaya memiliki budaya guna dan produktif.
Jika berpolitik memilik niat kekuasaan belaka, serakah, tidak adil maka korupsi adalah tahapan yang akan di langkah. Tetapi jika berpolitik diniatkan dalam meraih kebaikan, jalur kebenaran akan menjadikan pemimpin yang amanah, adil, melindungi, negara demokrasi, dll.
Pandangan Empiris
Dari materi ini bisa kita ambil nilai baiknya mari kita berfastabiqul khairat berlomba-lomba dalam kebaikan dan kebenaran. Memilih pemimpin yang tegas, adil, taat agama, sehingga negeri ini terbebas dari segala bentuk fitnah, korupsi dsn kejahatan. Selain itu kita juga harus ingat jabatan, keluarga, pangkat, harta benda hanyalah titipan dari Allah. Maka jadilah pemimpin yang amanah, adil terhadap semua orang, bersabar dan bertawakal kepada Allah dalam menjalankan tugas.
pandangan Yuridis
untuk menjadi pemimpin berpolitik yang baik sudah di jelaskan dalam Q.s Al-Baqarah: 146. Dan pemimpin yang baik juga di jelaskan dalam buku ini, pemimpin yang amanah, adil, sejahtera
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H