Mohon tunggu...
Dr. Renny Tade Bengu
Dr. Renny Tade Bengu Mohon Tunggu... Penulis - Dosen, Guru, Penulis, Editor, Peneliti dan Pengarang

Memasuki ide hingga menjadi tenunan kata, kalimat dan paragraf menjadi masakan lezat bergizi...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Memelihara Kenangan

31 Desember 2024   13:45 Diperbarui: 31 Desember 2024   14:17 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : haibunda.com

Aku melihat dengan saksama cara anak-anak itu memanggil ingatannya. Dalam benakku, mungkin mereka pernah dilatih orangtuanya untuk memelihara kenangan. Dari kenangan yang pernah tersimpan itu, terlahir ingatan-ingatan. Sungguh apik cara ana-anak itu bermain dalam ingatan untuk tetap memelihara kenangannya masing-masing di dalam gereja.

Di dalam gereja itu, terlihat juga berbagai permadani yang sangat indah, juga ada gambar-gambar orang-orang kudus yang terpajang dengan saksama. Sesekali terasa sepoi angin melembutkan ingatanku. 

Aku dibawa masuk sampai ke dalam seperti anak bayi yang menete susu ibunya dengan gemulai. Begitulah ingatan memanggil kita. Begitulah memelihara kenangan. Begitulah cara Tuhan memperlihatkan betapa mulianya karya ciptaann-Nya yang sungguh baik adanya.

Kembali anak-anak itu saling berbisik selepas memanggil ingatannya masing-masing. ada yang tersenyum. Ada yang tertawa renyah. Ada yang hanya melihat sembari jemari-jemari tangannya digerakkan. Ada yang fokus sebagai pendengar untuk mendengar dan melihat apa yang akan diceritakan masing-masing anak-anak itu.

"Tuhan, betapa mulianya kami di dalam rumah-Mu ini, dan kami takluk di hadapan-Mu karena anak-anak ini begitu dahsyat memanggil ingatan mereka setelah dieram menjadi kenangan. Tuhan, nikmat apalagi yang akan kami dustakan selain berucap syukur dalam palungan kenangan?", batinku berkata.

"Kenapa Engkau pertemukan kami disaat yang tepat sebelum kami masing-masing melepas kenangan dalam ingatan yang akan ditelurkan menjadi sebuah kristal untuk dipelihara dalam kenangan?", tanyaku seketika.

Sekeliling menjadi diam. Seketika anak-anak pada diam. Khusyuk dalam doa, karena rumah-Mu adalah tempat yang ternyaman dan teraman dalam situasi apapun. Terlebih disaat kami semua mampu memanggil ingatan itu. Ingatan itu hadir dan menjadi kenangan.

"Ibu, setelah kami di dalam sini, dengan mudahnya kami bisa memelihara ingatan kami dengan baik, bahkan kami dapat dengan mudah dapat berbicara dengan masa lalu kami. Batin kami lebih tenang dan damai dan nyaman. Adakah cara yang lebih baik memelihara ingatan supaya tidak membuat orang tersakiti selain duduk di dalam gereja?", tanya mereka sembari membuka kebisuan yang sudah sekian jam lamanya.

"Rumahmu adalah ingatan, rumah-Nya adalah kenangan. Dengan siapa, kalian memelihara kenangan itu dalam ingatan?", katamu pendek. Mereka diam. Berpikir keras.

"Ini bukan filsafat. Ini bukan logika. Temukan kenangan itu di dalam tubuhmu. Di dalam semua kejadian hidupmu", kataku.

"Cari tahu, kenangan apa yang paling membekas, dan kenangan seperti apa yang paling menyentuh sisi-sisi terdalam kemanusiaanmu ketika kamu tak dihargai di tempat yang sama dengan ilmu yang telah didapat? Kenapa banyak orang memeluk kenangan di luar dirinya? Kenapa banyak orang menjadi kesepian hanya karena sebuah kenangan? Dengan kenangan yang baik, kita akan dipertemukan dengan seseorang untuk membawa kita pada muara yang sebenarnya. Dan syukuri bahwa kalian masih punya kenangan. Pelihara kenangan itu menjadi energi. Tidak ada kenangan yang buruk. Hanya saja kalian dipertemukan dengan orang-orang yang buruk kelakuannya". (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun