Kau datang dan menemuiku bak permadani -- kau menanam
Sebuah luka dan bernanah -- pecah dalam taman itu
Seperti pembunuh berdarah ulat bulu
Membaca mantra kesialannya Â
Di ujung pisau itu, masih terngiang mantra-mantra Â
Yang kau adaptasi untuk memotong bawang -- mantra-mantra itu
Terasa perih di mata -- dan air yang tertumpah itu terus
Menyumbat mata, kulit dan pori-pori -- gatalnya
Terasa dan membekas bagaikan gigitan
Gigitannya tak membekas -- itu karma yang terus mengitari kau
Sebagai tulah nenek moyang semenjak kau
Tak memakai alas kaki ke rumah itu ***
Oleh: *Dr. Renny Tade Bengu, S.Th., M.Pd --- 2023Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H