Setelah sekian lama, tulisan receh ini kembali bertandang ke timeline. Apa yang akan dibahas? Tentu sebuah penilaian amatir ala-ala.
Karena sudah di akhir bulan, maka mari kita flashback ke awal bulan Oktober ini. Awal bulan ini merupakan sebuah duka bagi salah satu komedian tanah air, Indro Warkop. Ia kehilangan istri tercinta karena kanker paru-paru yang terdiagnosis sejak tahun 2017 lalu. Siapa yang tak sedih ditinggal pergi selamanya istri tercinta? Kesedihannya tak terperi yang sedikit bisa diwakilkan dari caption akun Instagram Indro Warkop.
Apa yang ingin Anda dengar ketika baru saja mengalami kedukaan? Suntikan semangat, empati, motivasi, atau mungkin tempat untuk sekadar meluapkan kesedihan?
Apa reaksi Anda jika orang terdekat Anda, seperti sahabat yang mungkin baru saja kehilangan orangtua, mendapatkan pesan, "Lo sih waktu kemarin bandel, bokap lo jadi stres." Kalau saya, mungkin akan mengernyit terlebih dahulu, kemudian membatin, "Nggak cukupkah berempati sebentar buat saat ini?"
Kalau tidak ada yang baik untuk diucapkan, sebaiknya diam.
Lantas, apa hubungannya empati dengan masalah Indro Warkop yang kehilangan istrinya? Apa yang Anda pikirkan ketika melihat gambar utama tulisan ini?
Berpikir bahwa istri Indro meninggal karena Indro yang merokok? Atau, percuma nyesel sekarang, Ndro. Sudah terlambat. Begitukah?
Kanker paru-paru yang dialami istri Indro  Warkop memang, salah satunya, dipicu oleh kebiasaan  buruk merokok, baik itu aktif maupun pasif. Melihat foto Indro Warkop dengan tambahan teks "Kebodohan Terbesar yang Pernah Saya Lakukan adalah Merokok" bukan tidak mungkin membuat Anda langsung menghubungkannya dengan  kasus Indro Warkop secara khusus.
Penyesalan memang selalu datang terlambat. Tapi, tahukah Anda kapan penyesalan itu dilontarkan oleh Indro Warkop? Tahun 2008. Tepatnya sepuluh tahun lalu. Dalam sebuah berita yang dilansir kompas.com.Â
Artikel itu muncul dari salah satu akun official sebuah instant messaging, yang rajin mengirimkan berita terkini, satu hari setelah Indro Warkop ditinggalkan oleh sang istri. Bagi saya, sungguh ini adalah sebuah framing yang dilakukan oleh media, entah mereka sengaja atau tidak. Suatu foto berita yang menciptakan suatu realitas baru. Siapa pun yang membaca jelas akan membuat kesan pertama, "Makanya jangan ngerokok. Istrinya jadi meninggal, kan." Mungkin. Setidaknya itu yang terlihat dari caption unggahan foto tadi dalam versi lengkap berikut.