Hmm, sedih memang jika maksud baik tak diterima dengan baik. Sedih jika lawan/rekan tak memiliki “rasa” yang sama dengan kita. Sedih jika hati tidak sekata. Ibarat cinta bertepuk sebelah tangan. Ibarat baru mau ngejelasin, sang pacar keburu jawab, “Nggak ada yang perlu dijelasin. Semua udah jelas.” Sakit. Sepertinya pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan harus memiliki “rasa” yang sama dulu tentang plastik dan bumi. Harus ada pemahaman yang sama dulu. Agar tak ada cinta yang tak terbalas. Agar tak ada pengkhianatan di balik kebijakan.
Ini ngomong apa sih?
Ya sudahlah daripada makin ngawur, mari sama-sama berdoa agar semakin banyak masyarakat yang memahami pentingnya diet plastik. Semoga makin banyak pula masyarakat yang mendukung program diet plastik. Semoga banyak masyarakat yang paham maksud pemerintah menetapkan kebijakan ini. Sehingga, esensinya benar-benar tertanam, bukan malah menjadikan plastik sebagai “barang jualan” baru.
Ah, anak kecil ini omongannya sok benar. Tau apa memang?
Entah, tak tahu juga. Saya hanya tau akhir cerita “Pagi Hari di Minimarket” itu. Perempuan tadi tetap menolak tawaran “pembelian” plastik oleh sang kasir dan memilih memberikan recehan yang sudah ia siapkan untuk menggenapkan jumlah kembaliannya. Ih, pelit ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H