Mohon tunggu...
Rena Widyawinata
Rena Widyawinata Mohon Tunggu... Editor - Health Tech SEO Editor | Novel Editor & Proofreader

Having special interests on health issues and willing to write a simple explanation about it. __________________________________________________________________________________________ Live what you love. But Love what you Live is the most important and hardest thing to learn and do. Visit my blog at: www.spicesofmind.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Halte Itu Apa Sih?

18 Oktober 2014   06:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:35 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_368172" align="aligncenter" width="560" caption="Ilustrasi halte (WARTAKOTA/Wahyu Tri Laksono)"][/caption]

Apa jadinya jika orang seusia saya bertanya kepada Anda, “Halte itu apa, ya?”

Saya rasa, meskipun saya mengenakan pakaian rapi khas mahasiswi atau pekerja kantoran, Anda akan berpikir dua kali mengenai latar belakang pendidikan saya dan intelektualitas saya. Bagaimana tidak? Hari gini, perempuan berusia sekitar 20 tahun masih belum tahu apa itu halte? Apa tidak pernah duduk di bangku SD? Apa waktu ulangan saat SD tidak ada soal, “Di mana bus atau angkutan umum seharusnya berhenti saat menurunkan penumpang?” Atau jika memang pertanyaan tersebut tidak masuk ke dalam soal ulangan, paling tidak ibu guru pernah membahasnya di kelas, bukan? Bahkan, tak perlu mengenyam pendidikan pun, semua orang harusnya tahu apa itu halte dan fungsi halte.

Tetapi, agaknya saya memang harus mendapat pengertian secara pasti apa itu definisi dari halte. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, halte berarti perhentian kereta api, trem, atau bus (biasanya mempunyai ruang tunggu yang beratap, tetapi lebih kecil daripada stasiun). Dengan kata lain, sesuai penafsiran bebas saya, halte itu memang tempat berhenti. Namun sepertinya, para petugas kepolisian di daerah sekitar Komdak/Semanggi memiliki pemahaman yang agak berbeda mengenai definisi halte.

Pagi hari, jam berangkat kerja, di halte Komdak/Semanggi memang banyak polisi yang berjaga untuk menertibkan angkutan umum yang ngetem. Tujuannya agar lalu lintas tetap lancar. Dua hari lalu, saya terpaksa ditinggal oleh bus yang akan membawa saya ke daerah palmerah. Sang kenek berkata, “Depan lagi Bu, polisi.” Begitulah kurang lebihnya. Sang polisi juga memerintahkan sang sopir untuk tidak berhenti dan terus berjalan sampai melewati batas halte. Alhasil, penumpang yang akan turun dan naik terpaksa melakukannya dengan keadaan bus sambil berjalan dan berebutan. Padahal, setelah area halte tersebut terdapat tanda ‘S’ dicoret yang artinya dilarang berhenti. Lantas, mengapa polisi menyuruh mereka untuk berhenti di sana dan bukan di halte?

Ternyata bukan hanya saya yang kebingungan dengan “bus yang tidak mau berhenti di halte”. Seorang perempuan bertanya kepada saya, “Kenapa pada takut berhenti karena polisi ya? Kan di sini halte? Masa berhenti di halte ga boleh?” Saya hanya tersenyum mendengarnya.

Agak aneh memang menurut saya. Tempat berhenti, namun tidak boleh berhenti karena takut ditilang. Terus, di mana dong bus tersebut boleh menurunkan dan menaikkan penumpang dengan aman? Jika memang tujuannya menertibkan para angkutan umum yang ngetem, para aparat polisi tersebut tentu bisa membedakan bukan, mana angkutan umum yang ngetem dan yang memang menaikkan dan menurunkan penumpang? Bukankah hal tersebut sangat mudah dikenali? Maaf jika tulisan ini sangat subjektif. Ini merupakan ungkapan hati seseorang yang sering ditinggal oleh angkutan umum karena sang angkutan umum takut terhadap polisi di tempat yang tidak seharusnya ia takuti.

Ya, semoga saja fungsi halte memang bisa dijalankan dengan benar. Baik bagi penegak hukum, maupun penggunanya agar tidak terjadi salah kaprah definisi halte seperti ini. (Atau mungkin sebenarnya cuma saya sendiri sih yang bingung. Hehehe)

Salam,

Rena Widyawinata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun