Binatang adalah gambaran dari alam semesta bahwa alam semesta hidup saling berdampingan didalam kehidupan yang damai. Bahkan predator dan mangsa hidup berdampingan di alam bebas. Tidak ada ketimpangan jumlah diantara keduanya di alam bebas sejak dahulu kala. Justeru manusia yang menjadi ancaman bagi keduanya. Demi sebuah selimut dimusim dingin, semakin banyak beruang yang ditembak mati. Demi selembar kertas, pohon berusia puluhan tahun ditebang. Bahkan demi style gaya hidup masyarakat perkotaan, buaya- buaya ditembak mati untuk dijadikan dompet. Dompet? Siapakah yang kemudian merusak keseimbagan alam semesta?
Menjadi binatang adalah gambaran bahwa sudah saatnya kita berhenti bergerak. Berhenti dan cobalah menoleh kebelakang. Apa saja yang sudah kita lakukan, berapa banyak yang sudah kita korbankan, dan sudah berapa kerusakan yang kita perbuat. Apakah ini tujuan hidup manusia? Merusak tatanan kehidupan sosial antar manusia? Merusak keseimbangan alam semesta? Tidak ada kata terlambat. Walaupun banyak yang tidak menyadari sudah seberapa jauh keterlambatan mereka.
Manusia, binatang, tumbuhan, bintang- bintang dilangit, udara, langit, bahkan matahari dan bulan, adalah bagian dari alam semesta yang sudah sejak lama hidup berdampingan. Karena mereka tahu posisi hidup mereka masing- masing. Jika memang terus seperti ini, sudah pasti kita tidak perlu khawatir dengan kebenaran isu Global Warming ataupun tanda- tanda akhir jaman lagi. Itu semua akan hilang dengan sendirinya. Tapi nyatanya, tidak semua manusia mau melakukannya. Lalu, apakah kamu masih mau menjadi manusia yang merusak keseimbangan alam dan panik sendiri ketika alam sudah tidak seimbang?
Rennata Heriatna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H