Mohon tunggu...
Rennata Heriatna
Rennata Heriatna Mohon Tunggu... blogger -

Seorang Blogger yang baru belajar menulis. Lihat tulisan saya yang lainnya di www.Rennata62.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekilas Kehidupan Dunia, antara Kekhawatiran, Nafsu, dan Pengabdian

28 Maret 2017   10:15 Diperbarui: 28 Maret 2017   10:20 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita semua memiliki dunia. Baik dunia nyata ataupun fantasi. Bahkan banyak orang yang terjebak diantara keduanya. Mereka tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang hanya sebatas imajinasi. Dunia penuh dengan tipuan. Karena seperti yang dikatakan oleh para penyair, ‘dunia hanya panggung sandiwara’. Lalu seperti apakah kehidupan yang nyata itu?

Manusia merupakan makhluk terpintar yang diciptakan oleh Tuhan. Hanya saja tidak semua orang menyadarinya. Dalam bentuk fisik, manusia memiliki struktur tubuh yang sempurna dan mampu bekerja secara maksimal sehingga mampu menciptakan sinergi antara setiap aktifitas yang dilakukannya. Namun kesempurnaan ini tidak selalu berlaku kepada pemikiran mereka. Tidak semua orang dapat berfikir sepintar orang lainnya. Kenapa? Karena mereka memiliki tujuan hidup yang berbeda- beda.

Tuhan adalah sang Pencipta yang sangat ulung. Dia sangat ahli dalam menciptakan segala sesuatu. Tidak hanya yang berstruktur sederhana. Tapi juga mereka yang sangat rumit dan sukar dijelaskan. Tapi walaupun begitu, semua yang diciptakan oleh Tuhan memiliki kesamaan antara satu dengan yang lainnya: diciptakan untuk mengabdi kepada-Nya.

Mengabdi merupakan salah satu hal utama yang ada didunia. Karena dengan mengabdi semuanya menjadi jelas. Siapa yang diciptakan dan siapa yang menciptakan. Tapi tidak semua manusia menyadari bahwa pengabdian itu adalah sebuah keharusan. Karena mereka terlalu terbuai dengan kehidupan duniawi yang indah namun sementara. Padahal pengabdian, terutama kepada sang Pencipta, adalah hal yang sangat penting mengingat manusia adalah sebuah benda yang diciptakan. Salah satu pelajaran yang bisa diambil adalah: tidak mengabdi mengindikasikan manusia yang tidak mengenal Tuhan.

Kehidupan duniawi, bisa dikatakan, salah satu hal yang sangat mempesona dan sayang untuk ditinggalkan. Terlalu sayang jika dijauhi karena kita semua belum tahu seperti apa kehidupan setelah ini. Kehidupan inilah yang menjadikan banyak orang lupa tentang tujuan mereka hidup. Bahkan saking banyaknya orang yang begitu memuja dunia, mereka membuat pemahaman sendiri untuk menjadikan orang lainnya tetap tinggal didunia dan melupakan hal lainnya.

Katakanlah seperti narkoba. Narkoba sudah diakui dunia, hukum universal, sebagai sesuatu yang sangat membahayakan dan harus sesegera mungkin dijauhi. Jangan bersentuhan dengannya karena dia mampu membawa bencana dan kerusakan yang sangat luar biasa. Baik kerusakan jaringan tubuh, kerusakan pola pikir, ataupun kerusakan hubungan sosial antara satu orang dengan orang lainnya. Berapa banyak orang mati sia- sia karenanya? Namun, karena narkoba bagi sebagian orang adalah hal yang sangat indah dan sangat sulit untuk ditinggalkan. Bahkan meskipun mereka sangat ingin meninggalkannya, dia sudah seperti jaring laba- laba yang mengikat lalat. Tidak bisa kemana- mana, terjebak sampai waktu yang lama.

Kehidupan duniawi itu kehidupan yang sangat dekat. Mudah terlihat, mudah didengar, dan mudah dirasakan, semenjak kita membuka mata pada pagi hari sampai dengan menutupnya di malam hari. Setiap hari dan sepanjang waktu. Dekatnya hubungan dengan dunia yang sementara ini menjadikan manusia berfikir bahwa kehidupan dunia adalah kehidupan yang sangat penting dan sangat menentukan segala sendi kehidupan yang mereka cita- citakan. Bahkan saking pentingnya, kekhawatiran menjadi makanan sampingan bagi mereka.

Hal kekhawatiran itu manusiawi. Namun yang tidak manusiawi adalah ketika kita hidup didalam kekhawatiran. Khawatir tidak makan, tidak minum, tidak berpakaian bagus, ataupun tidak memiliki kehidupan yang layak. Padahal itu semua hanya ‘perhiasan’ dunia yang bisa didapatkan dengan mudah jika kita bergerak. Hanya saja kekhawatiran menjadikan semua itu menjadi sangat berharga dan sulit untuk didapatkan. Padahal burung yang terbang dilangit, yang tidak menanam pohon ataupun bekerja keras, mendapatkan haknya untuk hidup. Dan salah satu perbedaan binatang dengan manusia adalah tingkat kepuasan manusia lebih sulit ditakar dibandingkan binatang.

Manusia selalu menginginkan banyak hal dan sulit memuaskan dirinya sendiri. Mereka selalu menginginkan sesuatu yang lebih besar, lebih menarik, lebih menantang, dan lebih berharga. Padahal tanpa itu semua, mereka tetap bisa hidup layak seperti makhluk lainnya. Hanya saja, sekali lagi, dunia adalah tempat dimana manusia saling berbangga diri, saling menindas, saling menjatuhkan, dan saling berlomba untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain dan itu bukanlah tujuan yang sebenarnya dari diciptakannya mereka oleh Tuhan.

Manusia diciptakan untuk patuh kepada hukum yang sudah ditetapkan-Nya. Hukum yang sebenarnya terikat oleh setiap makhluk di dunia ini walaupun masing- masing dari mereka tidak sadari. Hukum inilah yang menjadikan setiap makhluk ciptaan-Nya hidup selaras  dan seimbang tanpa adanya kecacatan sekecil apapun. Itulah kenapa hukum ini dikenal dengan hukum universal yang diakui kebenarannya oleh setiap makhluk yang ada dimanapun.

Hukum universal mengenai siapapun yang ada didunia ini. Salah satunya hukum yang mengatur bahwa paru- paru adalah organ pernafasan bagi mamalia, insang pada ikan, dan trakea pada serangga. Semua pihak mengakui kebenaran hal itu karena itu memang yang terjadi. Tidak mungkin mamalia bisa hidup lama didalam air selama ikan berada disana. Atau juga tidak mungkin ikan hidup lama didaratan selama serangga biasa hidup disana. Semuanya memiliki fitrah atau ketetapan bagaimana seharusnya sesuatu itu hidup dan berkehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun