Minggu lalu ada video menarik perhatian netizen terutama di FB, termasuk saya. Video tentang beberapa anak muda yang semuanya laki-laki dari Yogjakarta yang menari dengan gagahnya. Tidak sedikit netizen yang menyebutnya sebagai flashmob ala Indonesia asli. Videonya sendiri terdiri dari beberapa bagian. Yang paling berkesan dan lama memang yang di depan toko Danar Hadi, di Jalan Marlioboro, Yogjakarta seperti ada di video.
Dengan memanfaatkan hari tanpa kendaraan alias car free day, sekitar sepuluh pemuda gagah itu menarikan tari tradisional Jawa. Belakangan netizen batu mengetahui latar belakang mengapa hal itu bisa terjadi, mengundang banyak mata yang kebetulan sedang berkunjung ke sana untuk menikmati suasana yang sangat khas terkagum-kagum karenanya.
Para penari itu disebut dengan mataya berasal dari Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Kridhamardawa Keraton Yogyakarta. Para penari pria ini turut menyemarakkan uji coba semi pedestrian Malioboro.Â
Di hari  Selasa, 18 Juni 2019 sore. Mereka inilah yang melakukan flashmob ala Yogjakarta  dengan menarikan Beksan Wanaran. Dengan menggunakan ragam gerak Kapi  atau kera.Â
Tarian masal yang unik dan cukup mengagetkan wisatawan yang sedang hilir mudik tersebut dalam rangka menyambut event tahunan Catur Sagatra yang akan digelar pada Sabtu, 13 Juli 2019 di Pagelaran Keraton Yogyakarta. Dalam pentas yang diikuti oleh para penerus Dinasti Mataram tersebut, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat itu akan mementaskan wayang wong dengan lakon Subali Lena. Jika Anda berminat, sila catat tanggalnya dan kegiatan buat umum ini gratis.
Menari Itu Menyehatkan Jiwa Raga
 Begitu melihat video tersebut, mungkin banyak dari Anda langsung teringat masa sekolah dulu dimana banyak sekolahan memberi mata pelajaran atau ekstrakulikuler berupa latihan menari tradisional. Bisa jadi pula, buat sekalian menambah ilmu serta keluwesan berlenggak lenggok, les menari dalam sebuah sanggar tari seringkali menjadi pilihan orang tua bagi anak-anaknya. Bakat terpendam dari sang anak seringkali terlihat tatkala mereka kursus ini lalu menampilkan kemampuannya di depan umum dalam sebuah pentas.
Namun, tahukah Anda, menari itu bukan sekadar menggerakkan tubuh, berlenggak lenggok mengikuti irama atau menyesuaikan diri juga dengan penari lain? Bagi mereka yang sudah pernah menari bahkan menggelutinya hingga menjadi bagian dalam hidupnya, menari itu semacam olahan tubuh yang tak terpisahkan serta merupakan aktualisasi dari apa yang terpendam dari jiwa.
Gerakan yang dilakukan seseorang saat menari dapat berpengaruh kepada ketahanan kerja otot jantung dan paru paru. Selain itu bisa pula memperbaiki keseimbangan tubuh dan memperkuat ketahanan anggota gerak bagian bawah. Menari pun meningkatkan kelenturan tubuh dan menurunkan kadar lemak dalam tubuh. Demikian manfaat secara fisik dalam sebuah tarian yang Anda lakukan.
Sementara dari segi mental, menari juga bisa menurunkan kecemasan, meningkatkan kepercayaan diri, membantu berpikir dalam memecahkan masalah, memberi mood baik bahkan bisa membantu mereka yang mengidap Parkinson. Jika Anda berpikir hal-hal baik tersebut bisa didapat dari sebuah tarian resmi yang gerakannya teratur seperti tarian di video di atas, sebenarnya tidak sepenuhnya benar.
Menari yang bisa menguatkan raga dan menyenangkan jiwa adalah menari yang berasal dari hati Anda sendiri. Bahkan tanpa iringan musik yang biasanya menyertai, jika hati Anda yang menggerakkan tubuh hingga bisa berlenggak lenggok, bisa disebut Anda sedang menari. Kalau sudah begini, tentu Anda tinggal menikmati dan merasakan manfaatnya.
Pada  tahun 2013  ada sebuah penelitian yang telah dipublikasikan di New England Journal of Medicine menyatakan bahwa menari dengan gaya bebas dapat mempertajam pikiran karena membuat otak akan terus berpikir tetang apa gerakan selanjutnya. Nah, meski ada jenis tari tradisional, modern, kontemporer atau lainnya, jika jiwa dan hati Anda terpanggil untuk menari, menarilah. Gairah dari dalam rasa ini akan lebih bermaknda dan indah terasa daripada sekadar berpikir syarat atau batasan-batasan tertentu tentang menari.
Yuk, menari.... (anj 19)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H