Mohon tunggu...
Yohana Reni Anggraeni
Yohana Reni Anggraeni Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi FISIP UAJY

Mari Mengulik

Selanjutnya

Tutup

Film

Kemasan Epik Film-Film Remaja Indonesia Karya Sang Auteur Fajar Bustomi

27 September 2021   13:38 Diperbarui: 27 September 2021   14:02 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sosok Fajar Bustomisumber: IDN Times.com

Fajar Bustomi. Semua akan tahu jika ada yang berbicara mengenai sang auteur Indonesia ini. Ia menjadi seorang sutradara asli Indonesia yang sudah terkenal lewat film-film nya yang begitu popular. Dilan 1990, Dilan 1991, Milea: Suara dari Dilan, Mariposa, Surat Kecil Untuk Tuhan, Romeo + Rinjani dan masih banyak lainnya.  Film remaja yang ia kemas menjadi sangat cantik baik dalam adegan maupun alur cerita. Yuk lebih dalam mengenal Fajar Bustomi sebagai salah satau auteur Indonesia.

Sebelum kita berbicara banyak mengenai Fajar Bustomi, terlebih dahulu kita mengenali ap aitu auteur. Belum semua mengetahui apa itu auteur. Auteur itu sendiri berasal dari bahasa Perancis dengan artian pengarang. Seseorang bisa disebut sebagai auteur dengan beberapa katogeri.

Berdasarkan Andrew Sarris (1962) dalam (Prasetiawan, 2019, h.5) menyatakan bahwa terdapat tiga premis dalam teori auteur. Pertama, kompetensi teknis seorang sutradara. Kedua, latar belakang atau personalitas sutradara. Personaliti tidak hanya sekedar punya namun menarik. Ketiga, inner meaning yang disampaikan oleh sang sutradara melalui film karya nya. Sebuah produk dapat dikatakan sebuah seni yang bermakna.

Seorang auteur selalu mengamati detail karya nya. Satu auteur dengan auteur lainnya memiliki ciri khas masing-masing didalam sebuah karya. Biasanya dia memperhatikan color palate, angle dan lainnya sebagai ciri dia dalam karya. Biasanya seorang sutradara akan menggunakan color palate untuk melihat ciri khas sutradara tersebut.

Seorang auteur akan selalu memiliki identitas lewat karya yang ia buta. Berbicara mengenai Fajar Bustomi, kita akan selalu mengingat bawha Fajar Bustomi merupakan sebuah sutradara yang dominan dengan film remaja. Fajar Bustomi dikenal melalui film Dilan 1990, Dilan 1991, Milea : Suara dari Dilan, serta Mariposa. Film-film ini telah membawa Fajar Bustomi kedalam perfilman yang lebih kompleks.

Jika dilihat berdasrakan teori auteur dari Andrew Sarris bahwa seorang bisa dikatakan sebagai pengarang atau auteur saat dirinya mampu masuk kedalam tiga kategori. Sama seperti dengan Fajar Bustomi. Ia layak dikatakan sebagai seorang auteur karena ia telah masuk keadalam katogeri seroang auteur.

Pertama, terkait kompetensi teknis seorang sutradara. Fajar Bustomi mampu bersaing dengan sutradara lainnya terkait dengan teknis pembuatan film. Berdasarkan (Reka, 2020) dalam indozone.id menyatakan bahwa Fajar Bustomi memiliki teknik yang sederhana dalam pembuatan filmnya. Karena karya yang dibawanya merupakan cerita yang ringan, maka teknik yang digunakan pun dibuat secara sederhana namun sangat epik sehingga para penonton dapat menikmati film dengan santai.

Terlihat dengan teknik yang digunakan, berdasarkan data katadata.id film karya Fajar Bustomi dengan judul Dilan 1991 mampu menembus rekor box office dengan meraup 720 ribu penonton di hari perdana. Hal ini pun mampu menjadi sebuah kebanggan dan penghargaan bagi Fajar Bustomi sebagai sang sutradara. Tidak hanya itu, Fajar Bustomi juga pandai dalam mengatur dioalog. Seperti yang kita ketahui dalam film karyanya yang berjudul Dilan 1990, Fajar mengemas dialog sehingga menjadi identitas dalam film tersebut dimana sosok dilan mengatakan "Jangan Rindu, Berat, Kamu Gakan kuat, biar aku saja". Hal ini menjadikan para penonton aku selalu mengingakt film karyanya.

Fajar Bustomi bersama para pemain film Dilan 1990. sumber : kompas.com
Fajar Bustomi bersama para pemain film Dilan 1990. sumber : kompas.com

Kemudian poin kedua, terkait dengan latar belakang atau personalitas sang sutradara. Fajar Bustomi memiliki latar belakang alumni Fakultas Film dan Televisi dengan mayor: Penyutradaraan Film di Institut Kesenian Jakarta tahun 2001. Setelah selessi mengemban kuliahnya, ia menjadi sutradara music dan video untuk beberpa penyanti tahan air yang terkenal seperti slank, padi, krisdayanti, vidi aldiano. Membangun personaliti sebagai Fajar Bustomi yang sekarang tidaklah mudah baginya. Dalam (Diananto, 2018) dijelaskan bahwa Ia mengalami beberapa tahapan dimana awalnya ia hanya membuat klip video music dan illan yang menurutnya sangat simple. Namun ternyata setelah ia terus menjalani karirnya sebagai sutradara music akhirnya tawaran untuk memproduksi film kembali ditawarkan kepadanya dalam film Remember When: Ketika Kau dan Aku Jatuh Cinta.

Dari situlah ia mulai membangun kembali kecintaanya terhadap film yang kemudian terus berkembang melalui film film romansa remaja yang ia produksi sehingga saat ini ia dikenal sebagai sutradara film remaja yang banyak digandrungi kaula muda Indonesia.

Fajar Bustomi menjadi sosok sutradara yang unik.Melalui karya nya yang ringan ia menjadi sutradara yang cocok bagi kalangan generasi muda. Adegan dalam film yang mudah diingat, alur cerita yang sederhana namun tetap menyentuh penonton menjadi ke khasan dari Fajar Bustomi. Film yang ia luncurkan tidak pernah gagal memikat para penonton. Seperti film Dilan 1990 dan Mariposa.

Pemilihan actor dalam filmnya pun menjadi salah satu pemikat penonton. Fajar Bustomi mampu memilih aktor aktor yang tidak hanya dilihat dari senior namun ia melihat dari banyaknya peluang dalam minta penonton.

Kemudian terkait dengan inner meaning yang disampaikan oleh sutradara melalui film karya nya. Fajar Bustomi selalu menyelipkan nilai nilai yang terkandung didalam film yang ia prosduksi. Ia selalu memberikan sebuah pelajaran tanpa harus ia tunjukan secara gambling dalam film tersebut. pengambilan alur cerita dan teknik yang sederhana inilah membuat para penonton menjadi paham maksud atau makna dari film yang Fajar suguhkan.

Seperti halnya dalam film Dilan 1990, Dilan 1991 dan Milea: Suara dari Dilan menyampikan dari awal bagaiaman sebuah cinta harus diperjuangkan yang kemudian bagaimana cara menghadpai kekandasan dalam sebuah hubungan. Penonton dapat mengambil makna dari film tersbut dimana sebuah cinta patut untuk diperjuangkan namun berkahirnya hubungan bukan lah akir dari segalanya.

Tidak hanya itu, dalam film Mariposa pun para penonton dapat memetik makna bahwa cinta memang sepatutnya kita perjuangkan. Perjuangan yang totalitas akan menghasilkan buah yang manis untuk kedepannya.

Begitalah Fajar Bustomi. Film yang ia luncurkan mampu menjadi top box office dimasanya. Film genre drama remaja ini mampu meraup banyak remaja Indonesia ikut hanyut dalam setiap adegan dan alur yang disuguhkan. Ia sebagai Sang sutradara atau auteur menjadi satu kunci utama dalam sebuah film perlu diberikan sebuah apresiasi besar bagi kerja kerasnya dalam menghibur para penontonnya.

Daftar Pustaka

Diananto, W. (2018, Februari 11). Fajar Bustomi, Sutradara Film Dilan 1990, Mengawali Karir sebagai Pencatat Adegan. tabloidbintang berita, pp. https://www.tabloidbintang.com/berita/sosok/read/91786/fajar-bustomi-sutradara-dilan-1990-mengawali-karir-sebagai-pencatat-adegan.

Prasetiawan, M. R. (2019).Representasi Perempuan dalam Film Laut Bercermin, Sendiri Diana Sendiri, dan Memoria. 1-31.

Reka. (2020, April 02). Fajar Bustomi dan Kaya Film-Film Remaja yang Sederhana. indozone movie, pp. https://www.indozone.id/movie/BysBkz/fajar-bustomi-dan-karya-film-film-remaja-yang-sederhana/read-all.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun