Mohon tunggu...
Renita Wijayanti
Renita Wijayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Masih belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Baperan Itu Normal Tidak? Yuk Simak Penjelasan Berikut Ini!

24 Desember 2021   07:12 Diperbarui: 24 Desember 2021   09:47 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: listennotes.com

Kamu merasa punya teman/rekan kerja yang baperan tidak? Atau diri kamu sendiri yang dianggap baperan? Sebagian dari kita mungkin ada yang merasa mudah banget tersindir sama perkataan seseorang. Terkadang kita merasa kesal sama diri sendiri, kenapa sih aku sensitif banget? Kalau kamu sering merasa seperti itu, yuk simak penjelasan berikut ini! 

Seseorang yang mudah baper (bawa perasaan), termasuk dalam kategori Highly Sensitive Person (HSP) atau kepribadian seseorang dengan tingkat sensitivitas yang tinggi. Sensitif terhadap apa? terhadap banyak hal. Baper adalah perasaan berlebihan dan mendalam ketika menanggapi sesuatu. Menurut psikologi, seseorang yang mudah baperan (HSP) tidak memiliki mental yang kuat. Mereka cenderung memiliki mental disbelief atau keyakinan yang salah terhadap diri sendiri. Sering merasa insecure, terlalu mikirin perkataan orang, bahkan sampai pada titik overthinking. Biasanya seseorang yang baperan mudah mengalami kesedihan berlarut, mengalami tekanan batin, dan mengganggu kesehatan mental/psikis.

Lantas apakah HSP itu normal? Orang dengan sensitivitas tinggi (HSP) bukanlah penyimpangan perilaku, bukan juga penyakit. Beberapa ahli menganggap bahwa HSP ini merupakan kepribadian seseorang, dan ini normal. Setelah diteliti, ternyata 15-20% orang di dunia ini tergolong HSP. Mau tau cara mengoptimalkan rasa baperan yang berlebihan?

1. Mengatur Mindset atau pola pikir.

Biasanya orang yang baper itu mudah tersinggung. Isi dalam pikirannya banyak dengan prasangka-prasangka negatif. Padahal, belum tentu apa yang kita sangkakan persis dengan isi pikiran orang. Cobalah mengoptimalkan mindset kita untuk mengurangi pikiran negatif kita. Cukup temukan apa yang penting buat diri kita.

2. Changing the perspektif.

Hidup ini bukan semuanya tentang kita. It's not all about you. Tidak ada bos yang suka dengan karyawan yang baperan. Saat kita mendapat kritikan dari orang lain, cobalah menerima kritikan itu sebagai struggle kita untuk lebih baik. Seperti filsafat stoicm, dari buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring. Fokus pada bagaimana kita harus bereaksi dalam menanggapi perlakuan orang.

3. Bersyukur dan berpikir positif.

Saat kita sudah mengupayakan diri kita untuk menjadi lebih baik, menerima kritikan dan masukan orang lain, dan ternyata kita masih gagal. Hal yang harus kita lakukan selanjutnnya adalah menerima bahwa kita adalah manusia. Kita terbatas dan memiliki kekurangan. Fokuslah pada apa yang menjadi potensi kita. Jangan karena perkataan seseorang membuat kita berhenti melakukan apapun dan berputus asa.

4. Melihat HSP sebagai sesuatu yang menguntungkan.

Lihat HSP sebagai suatu kelebihan. Aplikasikan karakteristik-karakteristik HSP dalam kehidupan dengan tidak berlebihan.

HSP juga memiliki banyak kelebihan loh. Diantaranya :

1. Lebih peka terhadap hal-hal yang biasanya orang lain abaikan.

2. Mudah memahami perasaan orang lain. Orang yang mudah baper, cenderung memperhatikan kondisi dan keadaan orang disekitar.

3. Lebih fokus dengan emosi. Sehingga biasanya orang yang baperan mampu memposisikan diri dengan lawan bicaranya. Dalam konteks leadership misalnya, atasan jadi lebih peka terhadap apa yang sedang dialami karyawannya.

4. Paham dengan diri sendiri. Jika kita termasuk orang yang baperan, kita perlu tahu batasan stimulasi yang bisa kita terima. Supaya kita bisa mengontrol diri kita dari capek dan baper yang berlebihan.

Jadi, HSP itu memiliki kelebihan dan kekurangan. Tergantung bagaimana kita mengoptimalkan hal tersebut di dalam diri kita. Karena kebanyakan dari kita yang tergolong HSP atau baperan ini, terlalu mudah overthinking. Sehingga kita melupakan banyak hal penting dan berharga dalam hidup kita. Tips yang sudah aku bagikan di atas memang tidak mudah buat dilakukan, tetapi pasti bisa kita upayakan. Kita juga bisa meminta bantuan kepada sosok mentor yang dapat mengubah kekhawatiran-kekhawatiran tersebut dan melihat banyak hal secara lebih rasional dan objektif. Semoga membantu.

Sumber/referensi: https://satupersen.net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun