Pernahkah Anda merasa kesal saat menunggu bus FLASH Universitas Airlangga yang sudah dijanjikan datang, namun akhirnya harus menunggu lebih lama dari yang diharapkan? Apa yang seharusnya menjadi solusi transportasi praktis bagi mahasiswa malah sering kali menambah masalah. Ini adalah kenyataan yang dialami banyak mahasiswa, terutama mereka yang terburu-buru menuju kelas.
Bus FLASH seharusnya menjadi alat transportasi yang membantu mahasiswa menghemat uang dan mengurangi kemacetan. Bus ini dirancang untuk lebih ramah lingkungan dan dapat mengurangi polusi udara. Namun, kenyataannya bus ini sering kali tidak mampu mengangkut semua penumpang, apalagi pada jam-jam sibuk.
 Kapasitas bus yang terbatas, yaitu hanya 60-70 orang, ditambah dengan jadwal keberangkatan yang tidak selalu tepat waktu, sering membuat mahasiswa terpaksa menunggu lebih lama atau mencari transportasi lain, seperti ojek online agar tidak terlambat. Bukankah ini sedikit ironis? Bus yang seharusnya mengurangi beban transportasi malah menambah stres bagi mahasiswa.
Masalah ini sering dialami oleh mahasiswa baru yang memiliki jadwal kuliah padat di Gedung Kuliah Bersama (GKB) Kampus C. Bayangkan jika Anda sudah menunggu lama untuk naik bus, namun ternyata tidak ada tempat kosong.Â
Dan jika busnya terlambat datang, Anda akan semakin terdesak untuk sampai tepat waktu. Dengan jadwal yang hanya berangkat setiap 40 menit sekali, banyak mahasiswa yang akhirnya tidak bisa naik bus yang sudah dinantikan. Mengapa bisa begitu?
Masalah utama terletak pada keterbatasan jumlah bus dan kapasitas bus yang tidak mencukupi. Dengan banyaknya mahasiswa, terutama pada jam-jam sibuk, bus yang ada seringkali tidak cukup untuk menampung semuanya.Â
Sehingga, banyak mahasiswa yang harus menunggu lebih lama atau bahkan tidak mendapatkan tempat duduk. Selain itu, jadwal keberangkatan yang terlalu lama juga menjadi masalah. Ditambah lagi, ketidakpastian kapan bus akan datang membuat mahasiswa semakin bingung dan kesal.
Jika kita membayangkan sebuah sistem transportasi yang ideal, tentu kita menginginkan sesuatu yang lebih efisien, mudah diakses, dan tidak memicu ketegangan seperti ini. Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki situasi ini?
Langkah pertama yang harus diambil adalah menambah jumlah armada bus pada jam-jam sibuk.Â
Menambah armada akan membuat kapasitas bus lebih mencukupi, sehingga lebih banyak mahasiswa yang bisa menggunakan fasilitas ini. Kedua, menyusun jadwal keberangkatan yang lebih sering juga bisa menjadi solusi. Misalnya, jika bus berangkat setiap 20 menit sekali pada jam sibuk, mahasiswa tidak perlu menunggu terlalu lama.Â
Hal ini akan mempermudah mahasiswa dalam merencanakan perjalanan mereka, sehingga tidak terburu-buru dan lebih tenang. Terakhir, membuat aplikasi untuk memantau posisi bus secara langsung juga akan sangat membantu. Dengan aplikasi ini, mahasiswa bisa tahu kapan bus akan tiba di halte, jadi mereka tidak perlu menunggu terlalu lama tanpa kepastian.
Dengan mengimplementasikan solusi-solusi ini, Bus FLASH dapat benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya: menjadi sarana transportasi yang efisien, nyaman, dan ramah lingkungan. Hanya dengan sedikit pembenahan dalam manajemen dan pengelolaan armada, bus ini bisa menjadi pilihan utama bagi mahasiswa untuk beralih dari kendaraan pribadi.
Saat ini, bus FLASH sudah menjadi simbol kemajuan kampus dalam upaya mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi. Namun, untuk mencapai tujuannya yang lebih besar, yakni menciptakan transportasi yang nyaman dan berkelanjutan, perlu ada upaya lebih untuk mengoptimalkan sistem yang ada.Â
Jika perbaikan dilakukan dengan tepat, bus FLASH bukan hanya akan menjadi solusi bagi mahasiswa, tetapi juga simbol kesuksesan bagi Universitas Airlangga dalam menciptakan kampus yang lebih hijau dan efisien.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H