Mohon tunggu...
Renita Diyana Lestari
Renita Diyana Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hanyalah manusia biasa

Keep spirit

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Seorang Ibu Paruh Baya Penjual Air Mineral

21 April 2022   23:31 Diperbarui: 28 April 2022   22:44 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup di dunia hanyalah sementara, apa yang ada di dunia hanyalah titipan dari Allah Tuhan yang Maha Esa. Di dunia kita akan hidup dengan berbagai macam orang, baik dari kalangan atas, menengah maupun kebawah. 

Di Indonesia sendiri masih banyak masyarakat yang berada pada tingkat kalangan bawah. Kemiskinan masih meajalela dimana-mana. Sering juga kita jumpai orang-orang yang mengemis di jalan, mengamen, mencari sampah demi mencari sesuap nasi, bahkan terkadang mereka ada yang tidak beralas kaki dan rela berkeliling di bawah terik panasnya matahari yang menyengat.

Di hari Selasa kemarin tepatnya tanggal 12 April 2022 setelah pulang dari KPU saya dan teman-teman mendapati seorang ibu paruh baya yang duduk di lampu merah menjul air mineral kemasan botol. Akhirnya saya dan teman-teman memutuskan untuk menghampiri ibu tersebut dan mewawancarainya agar kita bisa belajar dari kehidupan ibu tersebut. 

Tetapi sebelum menghampiri ibu tersebut, saya dan teman-teman berinisiatif memberikan sedikit rezeki kita dan akhirnya kita mampir dulu ke mini market membeli beberapa sembako untuk diberikan pada ibunya. Setelah membeli beberapa sembako barulah saya dan teman-teman menghampiri ibu tersebut.

Ibu Hartatik namanya, beliau tinggal di Polehan. Aslinya orang Gondanglegi, hanya saja ketika dulu menjadi TKW di ndapur sebelum punya anak, kemudian beliau beli rumah di Polehan. Beliau adalah tulang punggung keluarga.

Suaminya sudah meninggal ketika beliau mengandung anaknya yang ke 6 di umur kehamilan 7 bulan, sehingga inilah yang menjadikan beliau sebagai tulang punggung keluarga. 

Ketika anaknya sudah lahir dan berumur 3 tahun beliau bekerja sebagai pemulung mencari barang bekas dengan membawa anaknya yang dibonceng, lalu pada suatu hari beliau mengalami kecelakaan jatuh dari sepeda sehingga menyebabkan tangan anaknya patah. 

Menurut Bu Hartatik, beliau bekerja apa adanya apapun itu akan dilakukan yang penting tidak mencuri barang dalam artian halal. Karena kehidupannya tidak ada yang mencarikan atau menafkahi maka apa yang beliau dan anaknya pingin makan maka harus berusaha dulu, menurutnya "sebagai manusia hidup yang memiliki akal jangan sampai kita kalah dengan ayam yang selalu berusaha mencari makan sendiri".

Beliau memiliki 6 orang anak. Yang 5 sudah menikah sehingga mempunyai keluarga sendiri dan yang 1 masih perjaka tetapi sudah bekerja. Beliau berkata sebagai orangtua yang memang anaknya orang tidak mampu meskipun anaknya sudah berumah tangga kehidupannya juga masih sederhana, beliau juga tidak pernah meminta sepeserpun pada anaknya, anak memberi seberapapun entah itu 20 ribu atau 25 ribu pasti diterima karena itu sudah menunjukkan seorang anak yang mengerti orangtua. 

Jadi intinya beliau tidak meminta balasan apapun itu dari anaknya, beliau sangat bersyukur walau sang anak hanya memberinya 10 ribu atau 20 ribu karena itu maknanya anak selalu ingat pada orangtuanya.

Untuk lokasi Ibu Hartati bekerja (menjual air mineral kemasan botol) yaitu menetap di lampu merah di dekat salah satu pom bensin di Kota Malang. 

Sedangkan jamnya tidak tentu tergantung beliau kadang jam 9 atau jam 10, tetapi saat puasa biasanya beliau berangkat jam 11 siang dan pulangnya ketika air mineral yang dijual itu habis, tetapi kadang juga tidak habis. 

Kalau saat puasa biasa jual 1 kerdus yang berisi 12 botol dan biasa rata-rata yang terjual hanya separuhnya yaitu 6 botol, tetapi ketika diluar bulan puasa biasanya beliau berjualan 2 kerdus hingga 3 kerdus air mineral kemasan botol. Dan ternyata profesi beliau sebagai penjual air mineral kemasan botol baru dilakuakan sekitar 3 bulan yang lalu jadi sekitar bulan Januari 2022.

Melihat Ibu Hartatik bercerita tentang kehidupannya membuat saya ikut meneteskan air mata. Apalagi ketika bercerita mengenai suaminya yang telah meninggal dunia. Benar apa yang dikatakan Ibu Hartatik bahwa jika kita ditinggal seorang ayah itu sangat menyedihkan karena seorang ayah lah yang menjadi tulang punggung keluarga.

Ibu Hartatik juga memberikan beberapa pesan pada saya dan teman-teman, yaitu pertama jika kita telah menjadi anak yang sukses jangan pernah lupa pada ibu, yang kedua ayah dan ibu itu sama harus selalu diingat karena ayah juga lebih berat yang telah menjadi tulang punggung keluarga yang selalu mencari nafkah untuk kehidupan kita bahkan untuk membiayai pendidikan kita, bahkan demi membiayai pendidikan kita, ayah rela berpanas-panasan di bawah terik panasnya matahari. Sedangkan ibu itu lebih beratnya ketika mengandung dan melahirkan kita hingga mempertaruhkan nyawanya. 

Jadi intinya jangan sampai kita melupakan dan meninggalkan kedua orangtua kita, selalu berbaktilah pada kedua orangtua karena tanpa adanya kedua orangtua kita tidak akan terlahir di dunia ini, dan pesan yang ketiga yaitu kita harus ingat orang yang ada di bawah kita yang masih sengsara maka harus kita bantu walau tidak banyak. 

Dengan menjalankan beberapa perilaku tersebut insyaallah hidup kita akan lebih baik dan pastinya akan dibalas kebaikan juga oleh Allah. Ibu Hartatik juga mendoakan saya dan teman-teman agar bisa kuliah dengan lancar, menjadi anak yang sukses dan apa yang kita cita-citakan akan tercapai sesuai keinginan.

Kata yang saya ingat dari bu Hartatik "Jika ada orang yang mengatakan berani sama Ibu itu tidak boleh tetapi berani sama ayah itu tidak apa-apa itu merupakan presepsi yang salah. Karena menjadi Ibu maupun Ayah itu sama-sama berat."

Dari cerita kehidupan Ibu Hartatik banyak pelajaran yang kita dapat, mulai dari bekerja keras hingga memuliakan kedua orangtua.

Memang benar apa kata pepatah "hidup itu seperti roda berputar kadang di ataas dan kadang di bawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun