Mohon tunggu...
Renita Diyana Lestari
Renita Diyana Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hanyalah manusia biasa

Keep spirit

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pluralisme dan Multikulturalisme di Desa Balun

16 November 2021   13:02 Diperbarui: 16 November 2021   13:26 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pluralisme dam multikulturalisme, kata ini mungkin sudah sering terdengar di telinga kita. Namun, masih banyak juga yang belum mengerti makna kedua kata tersebut. Jadi apa sih pluralisme dan multikultralisme itu? Yuk simak penjelasannya....

Pluralisme dan multikulturalisme itu memiliki hubungan satu sama lain. Pluralisme yaitu berhubungan dengan sikap toleran terhadap paham keberagaman Indonesia. 

Sedangkan multikulturalisme berhubungan dengan persatuan ragam kehidupan dan budaya yang ada di negara. Jadi keduanya saling berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu seluruh masyarakat Indonesia harus menanamkan nilai pluralisme dan multikulturalisme ini. Selain itu kita juga harus menjaga keunikannya.

Jika pluralisme lebih ke budaya sedangkan multikulturalisme lebih ke suku dan juga ras. Banyaknya perbedaan budaya, suku maupun ras yang ada di Indonesia menjadikan tantangan bagi seluruh masyarakatnya agar bisa bersatu menciptakan kerukunan. Adanya pluralisme dan multikulturalisme pasti terdapat sisi positif serta negatifnya. 

Sisi positifnya kita bisa lebih dewasa, kita bisa lebih menghargai perbedaan yang ada dan juga bisa saling membantu atau gotong royong sesama. Sedangkan sisi negatifnya yaitu bisa menyebabkan adanya konflik atau pertikaian antar individu maupun kelompok seperti pertikaian antar suku, selain itu biasanya juga banyak yang masih meremehkan budaya-budaya

Di daerah saya tepatnya di kabupaten Lamongan, Kecamatan Turi, Jawa Timur terdapat satu desa bernama desa Balun atau biasa dikenal dengan desa pancasila. Desa ini bukan sekedar desa biasa melainkan desa yang masyarakatnya memiliki 3 agama yang berbeda dan hidup saling rukun dan gotong royong. 

Ketiga agama tersebut terdiri dari agama islam, kristen dan juga hindu. Tempat beribadah mereka juga saling berdekatan antara masjid di sebelah tengah, gereja di sebelah timur dan juga pura di sebelah barat. Ketiga agama tersebut tidak hanya saling berdampingan, tetapi juga saling menjunjung toleransi. 

Di desa ini tidak pernah ada perselisihan karena mereka menganggap bahwa agama atau keyakinan adalah urusan setiap orang sendiri-sendiri. Mereka memiliki prinsip bahwa jika kita membantu berbuat baik terhadap orang lain, maka orang lain pasti akan berbuat atau bersikap baik pula kepada kita. Hal itulah yang membuat ketiga agama tersebut selalu hidup rukun dalam perbedaan.

Agama hindu disini merupakan minoritas sedangkan islam dan kristen merupakan mayoritas. Walaupun hindu minoritas disini, ini tidak menyebabkan mayoritas memiliki kekuasaan yang lebih, melainkan tetap bersatu seperti bisa dilihat di desa tersebut pembagian jabatan perangkat desanya rata, jadi setiap agama pasti ada pemimpinnya, sehingga saat ada musyawarah ataupun membuat suatu keputusan maka kepala desa selalu mengundang kedatangan para pemimpin atau tokoh setiap agama untuk mengungkapkan pendapatnya sehingga tidak menimbulkan konflik dan semua masyarakat dapat menerimanya dengan lapang dada.

Selain itu dalam kegiatan budaya kepercayaan setiap agama, mereka juga saling menghargai dan toleran. Seperti saat adanya pawai ogoh-ogoh umat hindu, maka umat Kristen dan islam ikut turut andil membantunya baik dalam pengamanan agar acara berjalan lancar dan juga membantu menggotong ogoh-ogoh tersebut mengingat umat hindu yang minoritas. 

Selain itu saat hari nyepi berlangsung maka umat islam yang masjidnya berdekatan dengan pura, maka mereka menghormatinya dengan cara tidak menyalakan lampu masjid tersebut, dan tidak menggunakan pengeras suara. Sedangkan warga islam maupun Kristen yang rumahnya berdekatan dengan umat hindu maka juga menghargainya dengan mematikan lampu rumahnya dan tidak menciptakan kebisingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun