Partai Golkar memasuki babak baru setelah kedua belah pihak yang bertikai, Munas Ancol dan bali, sepakat untuk menyelenggarakan Munas bersama atau yang disebut dengan Munas Luar Biasa. Meski waktu penyelenggaraan Munas belum ada kepastian, namun sejumlah fungsionaris partai Golkar menjelaskan bahwa Munaslub akan digelar pada peretengahan Mei mendatang.
Golkar akan memasuki era baru, era dimana harapan akan kembalinya kejayaan Golkar semakin mendapatkan tempat. Era baru ini ditandai dengan kepemimpinan baru yang lebih muda dan fresh setelah dipastikan Aburizal bakrie dan Agung Laksono tidak akan mencalonkan diri kembali dalam Munas mendatang. Maka, calon ketua umum bermunculan dari generasi dengan usia 40-50an tahun, seperti Ade Komarudin, Aziz Syamsudin, Idrus Marham, dll. Ada beberapa calon dengan usia 60an tahun, tetapi diperkirakan calon dengan usia 60an tahun tidak mampu membendung regenerasi di tubuh Golkar tersebut.
Regenerasi Golkar sepertinya tidak dapat dibendung. Golkar membutuhkan figur baru atau pemimpin baru yang dianggap lebih fresh dan mampu menjawab persoalan dan tantangan bangsa Indonesia. Kompleksitas persoalan bangsa Indonesia terbukti tidak mampu dimenangkan Golkar dengan gaya dan pendekatan konvensional seperti yang sudah dilakukan sebelumnya. Dua kali pemilihan umum terakhir, Golkar kesulitan untuk bangkit memenangkan pemilu. Begitu banyak analis yang menyatakan sebabnya tidak lain karena kepemimpinan Golkar dianggap tidak mampu beradaptasi dan menguasai perubahan dan perkembangan prilaku pemilih Indonesia.
Mengapa Golkar Butuh Pemimpin Muda?
Selain karena kompleksitas persoalan bangsa yang membutuhkan stamina dan progresifitas, pemimpin muda juga dianggap lebih memiliki kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang begitu cepat dan kompleks. Dibandingkan dengan partai lain, Golkar terhitung lambat dalam melakukan regenerasi. Golkar selalu dipimpin oleh generasi senior berusia di atas 60 tahun. Maka tidak heran jika sulit mengharapkan munculnya gagasan dan ide baru yang ditawarkan Partai peninggalan Orde Baru ini.
Munculnya pemimpin muda di Golkar ini tidak dapat dielakkan karena sudah menjadi kebutuhan Golkar untuk melakukan regenerasi dan pembaruan. Apalagi paska konflik lebih dari satu tahun, golkar seperti gamang untuk melangkah dan mewarnai perubahan politik di iNdonesia. Pemimpin muda yang bakal bertarung dalam Munaslub yang akan datang diharapkan membawa angin segar yang bisa mengonsolidasikan kekuatan internal untuk menjawab persoalan eksternal.
Sebagai keharusan sejarah, sudah sewajarnya Munaslub mendatang harus memberikan ruang yang sehat untuk pertarungan di antara calon muda. Adu gagasan, ide, dan visi bagaimana membesarkan partai golkar pada pemilu mendatang sudah seharusnya menjadi pertimbangan utama bagi kader daerah dalam memilih calon ketua umum. Munaslub Golkar mendatang harus menjadi babak baru berakhirnya politik uang dalam memilih calonnya dan digantikan dengan politik ide atau politik gagasan. Hal ini harus berjalan beririangan untuk memastikan Golkar baru betul-betul dapat terwujud.
Dari sejumlah nama yang sudah beredar, setidaknya ada beberapa nama yang dianggap serius maju dan berpeluang tampil sebagai calon ketua umum Golkar. Calon yang serius dan berpeluang setidaknya dilihat dari keseriusan calon dalam melakukan konsolidasi dan sosialisasi ke daerah-daerah, juga kampanye di media massa. Ada lima tokoh yang dianggap calon kuat, mereka adalah Ade Komarudin, Idrus Marham, Aziz Syamsudin, Airlangga Hartarto dan terakhir adalah Setya Novanto. Satu sampai empat adalah berusia limapuluhan dan hanya setya Novanto yang berusia di atas enampuluhan.
Tiga Kekuatan Golkar
Berdasarkan informasi mutakhir dan juga aanalisis yang berkembang di media, ada tiga kekuatan yang mengerucut pada bursa calon ketum golkar ini, yakni Ade Komarudin, Idrus Marham, dan Airlangga hartarto. Kekuatan Ade Komarudin disebut sebagai kekuatan Progresif karena pada kelompok Ade Komarudin berkumpul begitu banyak tokoh-tokoh muda yang berharap perubahan di Golkar dilakukan secara cepat dan tepat. Selain tokoh muda, Ade Komarudin juga banyak didiukung oleh tokoh-tokoh senior yang memiliki pengaruh penting di tubuh golkar seperti Sri Sultan hamengkubuwono X, Oetoeyo Usman, Boby SH Suhadirman, dll. Kelompok progresif ini dicirikan oleh keinginan dan munculnya gagasan baru yang proggresif untuk perubahan Golkar dengan isu utama regenerasi, rekonsiliasi dan rejuvenasi (pembaruan).
Di pihak lain adalah kekuatan yang diperkirakan akan mengerucut pada Idrus Marham. Kekuatan ini disebut sebagai kekuatan konservatif karena tidak memunculkan ide-ide baru alias mempertahankan ide lama sekaligus juga mempertahankan kekuatan lama yang saat ini berkuasa. Kelkuatan konservatif ini disokong penuh oleh Aburizal Bakrie yang berharap dapat terus menancapkan pengaruhnya paska tidak lagi menjadi orang nomer satu di Golkar. Aziz Syamsudin, Setya Novanto, dan Nurdin Halid kemungkinan besar akan bersatu mendukung Idrus Marham. Mengapa Idrus Marham? Karena Idrus dianggap paling sedikit resistensinya di sekitar Ical dan Golkar daerah.