Mohon tunggu...
Reni Sriana
Reni Sriana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Psikologi UNSYIAH

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perilaku Sehat Pemutus Rantai Penyebaran Virus Covid-19: Tinjauan Psikologi Kesehatan

10 Juni 2020   17:06 Diperbarui: 10 Juni 2020   17:10 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2020 ini diawali dengan kondisi darurat global akibat munculnya penyakit pandemik virus corona (Covid-19). Covid-19 merupakan jenis penyakit yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), pneumonia, dan menyebar melalui cairan penderita.

Menurut WHO penularan Covid-19 dapat menular melalui percikan dari hidung atau mulut yang keluar saat orang yang terjangkit COVID-19 batuk atau bersin. Penularan secara umum terjadi jika seseorang melakukan kontak langsung. Seseorang yang terpapar virus corona akan mengalami beberapa gejala, namun tidak semua orang akan mengalaminya. Gejala umum yang dirasakan adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering.

WHO (2020) melaporkan bahwa pola penularan wabah virus corona di Indonesia berada pada tahap transmisi komunitas (Community Transmission), yaitu ketika seseorang teinfeksi virus tetapi tidak memiliki riwayat perjalanan keluar negeri atau melakukan kontak langsung dengan pasien positif.

Sebagai tindakan pencegahan penularan Covid-19, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan physical distancing. Selain itu, pemerintah juga menghimbau masyarakatnya untuk menerapkan perilaku sehat yaitu rajin mencuci tangan menggunakan sabun. Berdasarkan penelitian, mencuci tangan menggunakan sabun selama 20 detik adalah cara untuk membunuh virus ditangan agar tidak tertular Covid-19.

Sehubungan dengan perubahan perilaku masyarakat ditengah pandemi Covid-19, bidang ilmu psikologi kesehatan mengkajinya dalam beberapa sudut pandang berikut:

  • Health Belief Model (HBM)

HBM merupakan teori yang didasarkan pada gagasan bahwa orang-orang memikirkan perilakunya sebelum mereka melakukan perilaku tersebut (Forshaw, 2003). Seseorang akan mempertimbangkan manfaat (benefit), biaya (cost), keparahan (severity) dan kerawanan (susceptibility) dari sebuah perilaku. 

Kemudian untuk melakukan perilaku tersebut seseorang juga mempertimbangkan isyarat untuk bertindak (cues to action), yaitu gejala fisik yang ada pada dirinya atau saran dari orang terpercaya. Manusia pada umumnya akan melakukan suatu perilaku yang dianggap menguntungkan baginya sehingga konsep ini cocok untuk menelisir perubahan perilaku yang dialami seseorang.

Salah satu perubahan perilaku yang terjadi di tengah pandemi saat ini adalah seseorang menjadi lebih rajin mencuci tangannya menggunakan sabun yang diyakini terbukti bermanfaat dalam mencegah tertular virus Covid-19. Perilaku ini tidak membutuhkan biaya besar sehingga mudah untuk dilakukan. .

Orang-orang yang tidak mencuci tangan menggunakan sabun akan berakibat buruk pada kesehatannya, tentunya resiko tersebut menjadi berlipat ganda dimasa pandemi saat ini. Sehingga banyak organisasi kesehatan menghimbau masyarakat untuk melakukan aksi cuci tangan menggunakan sabun sebagai cara mudah terhindar dari penularan virus Covid-19. Tentu saja perilaku ini akan sangat bermanfaat apabila dilakukan dengan baik dan tidak berlebihan.

  • Theory Of Planned Behaviour (TPB)

Teori ini dikembangkan oleh seorang psikolog sosial bernama Icek Ajzen melalui theory of reasoned action (TRA).  Menurut Ajzen (2006) terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi perilaku individu, yaitu: sikap terhadap perilaku (attitude toward the behaviour), norma subjektif (subjective norm) dan persepsi kontrol perilaku (perceived behavioural control). Seseorang akan melakukan suatu perilaku apabila dirinya menyakini bahwa perilaku tersebut adalah baik, diterima secara sosial dan apabila dirinya yakin memiliki kemampuan untuk melakukannya.

Perilaku mencuci tangan menggunakan sabun akan dilakukan seseorang yang meyakini bahwa perilaku tersebut adalah perilaku sehat yang dapat melindunginya dari virus corona jika dilakukan dengan benar dan sesuai prosedur. Individu juga beranggapan bahwa lingkungan sekitarnya memiliki keyakinan yang sama dengan dirinya. Anggapan tersebut yang akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan perilaku cuci tangan.

Selanjutnya, keyakinan bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mencuci tangan dengan baik dan sesuai prosedur dapat menentukan seseorang akan melakukan perilaku tersebut atau tidak. Teori ini menekankan aspek keyakinan individu dalam melakukan suatu perilaku sehat yang berasal dari dalam dirinya maupun dari lingkungan sosialnya.

  • Self-efficacy Theory

Self-efficacy atau efikasi diri adalah term psikologi yang memiliki efek disetiap aspek kehidupan, salah satunya dalam perilaku kesehatan. Bandura (1998) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan individu terhadap kemampuan diri sendiri untuk mengatur dan melaksanakan tindakan tertentu yang diperlukan dalam pencapaian spesifik. 

Self-efficacy sangat berperan dalam mengatur motivasi dengan cara menentukan tujuan yang ingin dicapai. Semakin tinggi self-efficacy seseorang maka semakin tinggi peluang seseorang dapat melakukan, mempertahankan dan meningkatkan suatu perilaku.

Menurut Bandura, efikasi diri seseorang dipengaruhi oleh pengalaman keberhasilan sebelumnya (mastery experience), pengalaman orang lain atau meniru pengalaman orang lain (vicarious experience atau modelling), persuasi dari orang lain (social persuasion) dan keadaan fisik dan emosi seseorang (state and emotional arousal).

Berikut tips untuk meningkatkan efikasi diri, mulailah dari hal terkecil seperti target yang mudah dicapai agar semakin termotivasi mencapai target yang lebih besar. Belajar dan bertanyalah pada seseorang yang memiliki pengalaman luas dan lihatlah pencapaian yang pernah dicapai sebelumnya. Dengan begitu, kita akan semakin termotivasi dan yakin bahwa kita mampu melakukan dan menyelesaikan tugas untuk suatu keberhasilan.

Pada masa pandemi seperti saat ini, penting bagi kita untuk mampu meningkatkan self-efficacy atau efikasi diri. Meningkatnya self-efficacy dapat memotivasi individu melakukan perilaku sehat selama masa pandemi dan juga memaksimalkan himbauan physical distancing. Sehingga dengan munculnya perilaku sehat dan penerapan physical distancing yang benar dapat diharapkan rantai penyebaran virus corona Covid-19 terputus dan wabah pandemi Covid-19 segera berakhir agar kita dapat melakukan aktifitas normal seperti biasanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun