Proses perkembangan anak merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan oleh orang tua, terutama ibu. Perkembangan anak akan terjadi secara alami dengan rentang waktu tertentu. Seorang ibu biasanya antusias menanti proses tumbuh kembang anaknya. Dengan menyaksikan perkembangannya, seringkali ibu akan merasa bangga jika buah hatinya berhasil mencapai tahapan perkembangan tertentu.
Menurut Jean Piaget (tokoh psikologi perkembangan kognitif), anak yang berusia 0 sampai 2 tahun berada di tahap sensori-motor (the sensory-motor period) yaitu tahapan pertama dalam perkembangan kognitif anak. Pada tahap ini, anak belajar lewat koordinasi indera dan aktivitas motor serta mengembangkan pemahaman sebab akibat. Aktivitas motorik pada bayi merupakan fase yang secara sistematis berawal dari mengangkat kepala, mengoceh spontan, berbalik dan telungkup, merangkak, berdiri sampai berjalan.
Namun seringkali seorang ibu merasa bangga jika buah hatinya langsung bisa berjalan tanpa melewati fase merangkak terlebih dahulu. Banyak ibu beranggapan bahwa anak tersebut mengalami keunggulan dalam kembang tumbuhnya. Siapa sangka, ternyata fase merangkak ini adalah fase yang lebih penting dibandingkan fase lainnya. Merangkak merupakan gerakan mengangkat badan dan pantat dengan kedua tangan dan kaki sebagai penopang. Merangkak adalah refleks alami yang membantu bayi mengontrol tubuhnya untuk berpindah tempat, sebelum bayi bisa berjalan.
Rata-rata bayi mulai bisa merangkak di usia 8 bulan, tetapi ada juga yang sudah bisa merangkak di usia 6 bulan tergantung pada gen dan stimulusnya. Pada usia-usia tersebut, bayi sudah memiliki kesiapan fisik untuk melakukan gerakan merangkak. Kesiapan fisik tersebut antara lain kekuatan otot tangan dan kaki untuk menopang berat badannya dan juga kemampuan bayi untuk mengangkat kepala tanpa bantuan.
Fase merangkak ini dianggap sangat penting karena menggunakan koordinasi mata, tangan dan kaki. Gerakan merangkak yang kontralateral atau menyilang (tangan kiri maju, kaki kanan maju) dapat melatih otak kiri dan kanan pada bayi. Kemampuan yang terangsang antara lain keseimbangan, kemampuan konvergensi, melatih tiga dimensi, koordinasi mata-tangan, melatih lengan dan kemampuan berpikir anak sebagai awal dari perkembangan selanjutnya.
Dengan kata lain, jika anak melewati fase merangkak maka akan menimbulkan permasalahan seperti :
- Mudah jatuh saat berjalan atau berlari karena keseimbangan tidak terjaga
- Pemusatan padangan yang terganggu sehingga mata mudah lelah dan buram
- Tidak mampu memprediksi jarak dan ruang
- Kesulitan mengkoordinasi gerakan tangan dan mata seperti kesulitan mengancingkan baju
- Tulisan tangan jelek karena gerakan cenderung kasar
- Gangguan atensi seperti sulit duduk diam dan konsentrasi mudah pecah saat berada di bangku Sekolah Dasar, berakibat pada kesulitan belajar dan kecerdasan tidak optimal
Dari dampak diatas, terlihat jelas kerugian yang dihasilkan jika melewati fase merangkak. Jika seorang anak terlanjur melewati fase ini, orang tua harus memberikan dorongan pada anak agar sang anak mau melakukan gerakan merangkak. Walaupun anak-anak akan merasa enggan untuk merangkak karena sudah bisa berjalan dan berlari, inisiatif orang tua diperlukan dalam mengkondisikan suasana latihan merangkak dengan permainan yang seru. Karena proses perkembangan anak hanya terjadi sekali dalam satu masa, maka orang tua harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin agar anak berkembang dengan maksimal.
Referensi :
- Wordpress,Cicendekia. "Dampak kehilangan tahap merangkak pada anak". 04 April 2018. http://cicendekia.wordpress.com/2015/05/30/dampak-kehilangan-tahap-merangkak-pada-anak/
- Tribunnews. "Bayi langsung berdiri tanpa merangkak menunjukkan perkembangan yang tidak lancar". 04 April 2018. http://m.tribunnews.com/kesehatan/2004/04/26/bayi-langsung-berdiri-tanpa-merangkak-menunjukkan-perkembangan-yang-tidak-lancar/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H