Mohon tunggu...
Reni Soengkunie
Reni Soengkunie Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang baca buku. Tukang nonton film. Tukang review

Instagram/Twitter @Renisoengkunie Email: reni.soengkunie@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Alasan Move On dari Hubungan Tanpa Status Itu Jauh Lebih Sulit

7 November 2023   15:43 Diperbarui: 18 November 2023   18:31 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi putus dari pasangan | pexels

Banyak yang mengira bahwa kadar tingkatan move on seseorang itu ditentukan dari seberapa lama seseorang menjalin hubungan. 

Hal ini mungkin bisa jadi, karena semakin lama seseorang menjalin sebuah hubungan tentu sudah pasti mereka memiliki kelekatan yang jauh lebih dalam ketimbang mereka yang baru sebentar dalam mengenal satu sama lain. 

Namun nyatanya, hal semacam ini tidak berlaku pada mereka yang menjalin hubungan tanpa status.

Dari beberapa pengalaman yang sudah-sudah, nyatanya untuk move on dari sebuah hubungan tanpa status yang mungkin baru berusia seumur jagung saja itu membutuhkan effort yang jauh lebih berat ketimbang mereka yang menjalin hubungan lama. Pertanyaannya, kok bisa?

Secara logika sebelum seseorang memutuskan untuk menjalin hubungan tanpa status tentunya mereka sudah paham satu sama lain bahwa hubungan yang mereka jalani tidak mengikat satu sama lain. Namun justru hubungan yang tak terikat ini justru lukanya paling mengikat. 

Berikut beberapa alasan kenapa hubungan tanpa status justru membuat seseorang sulit untuk move on:

1. Mengakhiri sesuatu yang belum dimulai itu hal yang sulit

Secara logika kita tentu sepakat dan akan menerima bahwa semua hal yang dimulai tentu akan ada kemungkinan tetap terus langgeng atau justru akan berakhir. 

Tapi otak kita pasti akan dengan sadar menerima kemungkinan bahwa sesuatu yang dimulai, kalau akhirnya berakhir ya itu merupakan sesuatu yang wajar dan amat sangat normal.

Hanya saja untuk hubungan tanpa status ini berbeda. Otak kita dipaksa untuk mengakhiri sesuatu yang sejak awal saja belum dimulai. Ya gimana konsepnya?

Apanya yang mau diakhiri jika di awal saja memang tidak ada kesepatan untuk memulai. Sehingga memaksa otak dan hati untuk mengakhiri sebuah perasaan yang awalnya saja nggak ada tentu bukan perkara yang mudah. 

Bayangkan saja, ketika kita kehilangan suatu barang tentu kita minimal harus memiliki barang itu terlebih dahulu, lah ini kita belum memilikinya, lalu kehilangan, dan tiba-tiba disuruh mengikhlaskan. Tentu otak kita berpikir keras terhadap kerumitan ini.

Sebenarnya apa yang perlu diikhlaskan, lah wong sejak awal saja belum pernah memilikinya tapi kok disuruh mengikhlaskan? Nggak masuk akal bukan?

2. Ketidakjelasannya membuat kita selalu bertanya-tanya

Sesuatu yang pasti tentu akan memberi sebuah kejelasan, sedangkan sesuatu yang tidak ada kejelasan akan memberikan begitu banyak pertanyaan yang membuat kita penasaran. 

Seperti yang kita tahu bahwa hubungan tanpa status ini sejak awalnya memang tidak jelas. Dibilang teman tapi kok dekat. Dibilang teman dekat tapi kok mesra. 

Setiap hari mesra kok tapi bukan kekasih. Ketidakjelasan ini akhirnya membuat hubungan ini terlihat rancu dan penuh dengan segudang pertanyaan.

Ketidakjelasan ini juga akan memunculkan bibit-bibit pengharapan. Berawal dari ketidakjelasan akan melahirkan sebuah pengharapan yang sebenarnya ya sama-sama tidak jelas. 

Namun anehnya, orang yang menjalin hubungan dari ketidakjelasan ini akan menaruh pengharapan dari ketidakjelasan ini untuk tetap bertahan pada keadaaan yang tidak jelas.

Sudah jelas-jelas dia pergi, tapi dia masih berharap kejelasan bahwa suatu hari nanti dia akan balik lagi. Kan konyol ya?

3. Sesuatu yang belum sempat dimiliki akan membawa rasa penasaran

Balik lagi ke pasal satu, orang yang sudah memiliki biasanya akan cenderung lebih menerima ketimbang mereka yang belum pernah atau sempat memiliki sesuatu. 

Hal ini ternyata berlaku juga pada sebuah hubungan percintaan. Seseorang yang belum sempat memiliki sesuatu tentu akan mengusahakan untuk memilikinya, ini mungkin bisa dibilang sebuah ego manusia. Sehingga ketika mereka belum bisa atau belum sempat memiliki seseorang, hal ini akan membuat rasa penasaran mereka semakin bertambah.

Sudah pernah begitu dekat sekali, tapi belum sempat dimiliki, kan rasanya ngenes ya. Hal inilah yang melatarbelakangi seseorang untuk membangun rasa penasaran tinggi untuk memilikinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun