Ketika memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan asmara berarti kita sudah siap jika pada akhirnya hubungan tersebut harus berakhir.Â
Entah, itu berakhir di pelaminan atau justru berakhir menjadi mantan kekasih. Tapi paling tidak dua keputusan tersebut sudah menemukan titik akhirnya. Lanjut atau berakhir.
Hanya saja di belahan dunia lainnya ada beberapa orang yang kadang sangat suka memberi ketidakjelasan dalam sebuah hubungan. Biasanya orang-orang seperti ini memiliki hobi me-ghosting.Â
Nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba hilang begitu saja. Berangkat dari fenomena percintaan tersebut, lantas tercetuslah istilah closure relationship.Â
Closure relationship merupakan konsep pengambilan keputusan yang bertujuan menegaskan sebuah jawaban agar tidak tercipta kebingungan atau ambiguitas dalam sebuah hubungan. Secara sederhananya closure relationship ini sebagai penutup sebuah hubungan dengan sebuah kejelasan kenapa hubungan tersebut bisa berakhir.
Apakah closure relationship ini penting? Ya, bagi sebagian orang mungkin menganggap hal semacam ini terlalu receh dan nggak penting, tapi ada sebagian orang memang butuh closure relationship untuk bisa membangun sebuah hubungan baru yang sehat.
Mereka membutuhkan pertemuan dan obrolan terakhir untuk mengakhiri sebuah hubungan agar semuanya jelas. Orang memulainya saja dengan cara baik-baik kok, kenapa harus diakhiri dengan ketidakjelasan yang hakiki?Â
Kalau memang sudah tidak cinta ya paling tidak ngomong. Kalau sudah ada yang lain ya paling tidak bilang. Kalau memang mau menikah dengan orang lain ya paling tidak diselesaikan dulu hubungannya yang lama.Â
Memangnya hubungan percintaan itu seperti hubungan tegangan listrik, yang bisa diputus begitu saja oleh pihak PLN tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu? Nggak kan?
Nggak mudah loh, orang bisa melanjutkan hubungan yang baru, menerima orang baru, dan memulai cerita baru di saat dia sendiri nggak tahu hal apa yang menyebabkan hubungan lamanya itu berakhir.Â