Menikah merupakan sesuatu yang menyenangkan, menentramkan, memberi banyak kebahagian, dan memberi rasa aman serta nyaman.Â
Definisi menikah penuh cinta semacam ini tentu hanya bisa kita dengar dari cerita mereka yang memiliki pasangan yang sefrekuensi, saling mendukung, dan mereka tinggal di tengah keluarga yang positif vibes.Â
Beda halnya kalau kita mendengar definisi menikah dari mereka yang mungkin sehari-hari dipukuli pasangannya, menjadi korban perselingkuhan, atau mereka yang tinggal di lingkungan toxic, tentu pernikahan merupakan kesengsaraan yang hakiki.
Pernikahan memang tak selalu indah seperti halnya cerita-cerita roman picisan, namun pernikahan juga tak semengerikan seperti yang ditakuti banyak orang.Â
Hanya saja kualitas pernikahan bisa ditentukan dengan siapa kita menikah. Mau kita sebaik apa pun dalam peran entah itu sebagai seorang istri atau suami, tapi pasangan tidak bisa menutupi atau minimal mengimbangi, maka pernikahan tersebut bakalan oleng juga lama kelamaan.Â
Oleh karena itu tak ada salahnya untuk selektif dalam memilih pasangan sebelum menikah. Beberapa kriteria di bawah ini mungkin bisa dihindari:
Jika saat masih pendekatan atau pacaran, pasangan kita sudah menunjukan gejala-gejala melakukan kekerasaan fisik, sebaiknya cukup selesai sampai di situ.Â
Orang semacam ini biasanya sangat piawai manipulatif. Kebanyakan mereka akan berdalih bahwa mereka melakukan kekerasaan tersebut karena rasa sayang dan sebagainya.Â
Hal tersebut yang kadang justru membuat kita yang tadinya sebagai korban, justru beralih status sebagai tersangka.