Pikirkanlah, apakah layak kalau seorang guru yang dinantinya bukan lagi kecerdasan murid-muridnya, tapi gaji di awal bulan? Apakah layak seorang pendakwah menetapkah tarif selangit, di kala umatnya melarat? Apakah layak seorang dosen memperilakukan mahasiswinya seperti wanita lacur pinggir jalan?Â
Sudah terlalu banyak profesi-profesi yang hadir menjadi barang komersil yang menyimpang dari hakikatnya ia hadir, tak lain karena yang dikejar hanya kebahagiaan materi materi dan materi. Karena profesi seyogyanya menjadi lahan aktualisasi minat, bakat dan kepribadian diri dalam kontribusi membangun masyarakat. Lewat profesi tak hanya sekedar mengumpulkan pundi pundi untuk biaya hajat atau mencicil rumah, tapi bisa menjadi satu getaran yang terasa manfaatnya bagi masyarakat.Â
- So, do something better!
Mungkin saya belum berkecimpung pada profesi tertentu untuk berkontribusi membangun masyarakat. Tapi, syukurnya kita tak kehabisan tokoh-tokoh inspiratif yang tak hanya menjalani profesinya sebagai lahan mencari kekayaan materi, namun bisa terasa berarti buat masyarakat. Saya senang dengan cara kerja walikota Bandung, Pak Ridwan Kamil dan walikota Surabaya, Bu Tri Risma. Hari ini terasa betul Bandung dan Surabaya wajahnya jauh lebih cantik ketimbang dulu yang lesu akan pembangunan. Atau Mbak Najwa yang getol mengkritik pejabat publik yang diduga bermain-main dengan kewenangannya. Ada pula Pak Willian Wongso yang hadir dalam konsep diplomasi kuliner dalam memperkenalkan Indonesia kepada dunia. Dan masih banyak lagi orang-orang yang sukses di Indonesia dalam menjalani karirnya karena tak sekedar hanya mencari penghidupan.
Apapun pilihan profesimu jangan sekedar cuman untuk cari uang. Kalau kamu fotografer, buatlah karya yang sekualitas mungkin hingga dunia bisa mengatakan orang Indonesia tak bisa diremehkan. Kalau kamu ilmuan, lakukanlah penelitian, ciptakan teknologi yang bisa memecahkan masalah masyarakat kekinian. Kalau kamu penulis, buatlah tulisan yang bisa menginspirasi masyarakat luas. Apapun, profesimu, please yang kamu nantikan bukan hanya gaji awal bulan, tapi masyarakat yang lebih berdaya.Â
- Last, but not least
Uang memang selalu bikin kita khawatir kalau nyawanya sudah mulai menipis di dompet kita. Tapi percayalah uang bisa hadir seiring dengan kualitas karya yang kita berikan. Orang pun pasti akan menghargai betul karya-karya yang berkualitas. Dan sejatinya kebahagiaan bukan berarti dengan banyak memiliki uang. Justru ketika kita berguna bagi sekitarlah yang menjadikan satu kebermaknaan hidup yang luar biasa membahagiaakan ketimbang menumpuk uang hingga menggunung. Karena buat apa memupuk harta kalau status kita hanya jadi sampah masyarakat.
So, change your mindset.
Profesi kita bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tapi justru untuk negeri yang lebih baik lagi. Tak ada lagi sumpah serapah mengutuk negeri sendiri. Yang ada kontribusi, kontribusi, dan kontribusi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H