Mohon tunggu...
Reni P
Reni P Mohon Tunggu... Buruh - Saintis yang lagi belajar nulis

Seneng guyon Visit renipeb.medium.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ingin Kuganti Namamu

22 Oktober 2017   00:11 Diperbarui: 22 Oktober 2017   05:00 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Orang tuamu tak kreatif.

Memberikan anak dengan nama yang mudah.

Mudah ditulis

Mudah diucap

Mudah diingat

Terlalu mudah. Keterlaluan.

Ingin kutemui mereka.

"Gantilah nama anakmu dengan simbol realitas lain."

Aku penasaran apa jawaban mereka.

Apa aku dikata setan, ataukah dijadikan keluarga mereka

Tanyalah aku sesekali,

"memangnya, kemudahan ini sebuah masalah?"

Tentu kan ku jawab dengan mudah

"Tentu." Dengan tegas

Kemudahan itulah yang merepotkanku saat di kamar mandi.

Memperbanyak tagihan listrik, karena lampunya harus selalu nyala lebih lama.

Dia harus rela melek menemaniku saat berkhayal dengan realitas namamu yang terlalu mudah.

Masalah bukan?

Tak puas?

Memang yah, realitas tak semudah nama.

Kuberitahu.

Gara-gara namamu.

Uang ku habis untuk sekedar membeli produk coklat tiap harinya.

Mencoba mengalihkan lagi dan lagi.

Tapi tak kunjung membaik.

Dosis kutambah lagi.

Uangku makin habis.

Tapi namamu terus menjadi jadi

patogen ganas dan sinis

gerogoti kewarasanku lagi dan lagi.

Gara-gara namamu

Aku cemas besok  harus pakai baju apa.

Kesulitan pemecahannya

seolah setara dengan soal kalkulus integral.

Padahal, kalau sudah dipikir, hasilnya itu-itu saja.

Setelah berjam-jam baru bisa waras aku sedang apa.

Setan harus berterima kasih

Atas namamu dia bekerja lebih giat untuk menyesatkan rasional

Itulah.

Gara gara namamu

tiap hari ku harus selalu merasa berdosa

Di tiap sujudku, diakhir salamku.

Aku berisgtifar dengan helaan nafas yang dalam

Aku mengkhiananti Tuhan untuk apapun yang sedang aku kerjakan

karena namamu lebih banyak dari nama-Nya

Ku ganti dengan nama yang lain.

Tapi tak kunjung reda pula.

Ingin aku bertanya pada ibumu.

Punyakah ia penawarnya.

Ingin ku tanya pula pada bapamu.

Bisakah aku kembali waras?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun