Aku ingin kau tahu bahwa aku pun memiliki keinginan dan mimpiku sendiri. Aku ingin bebas untuk memilih jalanku sendiri, tanpa harus selalu terikat oleh ekspektasimu. Aku ingin hidup untuk diriku sendiri, bukan hanya untuk menyenangkanmu.
Mungkin kau akan berkata bahwa aku egois. Mungkin kau akan berkata bahwa aku tidak bersyukur atas semua yang kau berikan kepadaku. Tapi, aku ingin kau tahu bahwa aku tak pernah meminta semua itu. Aku hanya ingin dicintai dan diterima apa adanya.
Aku tak ingin kau terus-menerus menuntutku untuk menjadi orang yang kau inginkan. Aku ingin kau melihatku sebagai diriku yang sebenarnya, dengan segala kekurangan dan kelebihan yang aku miliki.
Aku tahu bahwa ini mungkin sulit bagimu untuk diterima. Tapi, aku harap kau bisa belajar untuk lebih memahami dan menghargai diriku yang sebenarnya.
Di Balik Ketegaran, Tersembunyi Luka
Di depanku, kamu selalu terlihat tenang dan tegar. Bagai patung batu yang tak tergoyahkan oleh badai. Wajahmu selalu terukir senyuman, meski matamu memancarkan kesedihan yang tak terkatakan. Aku tahu, kamu berusaha keras untuk menyembunyikan rasa sakitmu, untuk menunjukkan kekuatan di hadapanku.
Kamu selalu berusaha untuk memahami dan menerimaku apa adanya. Tak pernah sekalipun kamu menghakimi atau meremehkanku. Sikapmu yang penuh kasih sayang itu bagai air hujan yang menyejukkan hatiku yang gersang.
Bergunakah kamu untukku? Pertanyaan itu terasa begitu hampa. Rasanya tak sepadan dengan semua yang telah kamu berikan untukku. Kamu bagaikan mentari yang selalu menerangi jalanku, membantuku melewati masa-masa sulit dalam hidup. Kamu bagaikan malaikat yang selalu menjagaku, melindungi dari segala bahaya.
Masih perlukan aku berapa diantaramu? Pertanyaan itu menusuk kalbuku. Rasa cemas dan keraguan mulai menggerogoti hatiku. Aku takut kehilanganmu, takut ditinggalkan dalam kesendirian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H