Situasi pandemic Covid-19, telah mengubah segalanya. Saat ini peran orangtua benar-benar menjadi hal utama dalam menciptakan kebahagiaan dan kesuksesan seorang anak. Beragam bentuk pola asuh tentu akan berimplikasi terhadap pembentukan karakter anak. Orang tua yang notabennya sebagai lingkungan terdekat anak, segala perilakunya akan diamati bahkan diimitasi oleh anak itu sendiri. Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh Hurlock, perlakuan orang tua ke anak akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak. Kondisi pengasuhan dan komunikasi dalam keluarga memiliki dampak negatif maupun positif  terhadap perkembangan anak. Jika anak sering mendapatkan kritikan, anak akan belajar mudahnya menyalahkan orang lain; jika anak sering mendapatkan penghinaan, anak akan tumbuh menjadi pribadi pemalu; jika anak mendapatkan toleransi, anak akan belajar menjadi pribadi sabar; begitu juga jika anak hidup dengan pujian, anak akan mengembangkan penghargaan pada diri sendiri maupun orang lain (Dewi & Khotimah, 2020).
Berbagai aktivitas anak yang awalnya di sekolah dan harus dilakukan lebih lama di rumah pada pengimplementasiannya ditemui berbagai kendala seperti kesulitan belajar dari rumah, menurunnya minat belajar anak, tugas yang terlalu banyak menimbulkan kejenuhan serta kebosanan. Adapun kendala yang dialami orang tua adalah ketidakmampuan dalam memahami materi pelajaran anak, kurang tersedianya waktu untuk mendampingi anak karena di sisi lain orangtua juga harus bekerja, kurang sabar dalam mengajari anak, serta kendala dalam penggunaan perangkat dan layanan internet yang masih terbatas (Agusriani & Fauziddin 2021). Layanan internet yang bermasalah akan secara langsung mempengaruhi proses komunikasi anak, orangtua dan guru di sekolah. Padahal komunikasi yang efektif antara guru dan anak akan mendorong motivasi anak untuk mengikuti proses. Berbagai masalah dalam proses belajar akan menyebabkan kejenuhan belajar yang akan sangat berdampak bagi peserta didik untuk kelangsungan pendidikannya.
Kejenuhan dalam belajar dapat menyebabkan seseorang cepat marah, mudah terluka dan mudah frustasi (Hidayat, 2016). Pemberian tugas yang terlalu banyak dan suasana yang monoton cenderung mendorong sikap sinis dan apatis terhadap pelajaran yang diberikan, kurang percaya diri dan rendahnya proses memahami pelajaran yang telah diterima.
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi kejenuhan anak Ketika belajar di rumah. Antara lain :
- Orang tua bermain bersama anak di dalam rumah
- Orang tua memberikan  dukungan psikologis (motivasi, semangat, serta pemberian reward berupa makanan kesukaan)
- Orang tua membantu anak mengerjakan tugas yang belum dipahami
- Orang tua dan anak menjaga kebersihan lingkungan rumah
- Orang tua mengatur jadwal bermain anak
- Orang tua harus menjaga komunikasi dengan guru anak
Pada umumnya anak akan mengalami kejenuhan belajar di rumah yang ditunjukkan dengan rendahnya antusiasme mengikuti pembelajaran dari dan kesulitan belajar bersama orang tua di rumah. Oleh karena itu, orang tua perlu melakukan berbagai cara untuk mengatasi kebosanan anak.
DAFTAR PUSTAKA :
Agusriani, Ade dan Fauziddin, Mohammad. "Strategi Orang Tua Mengatasi Kejenuhan Anak Belajar dari Rumah Selama Pandemi Covid-19". Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 5 (2), 1729-1741.
Ahsani, Eva. (2020). "Strategi Orang Tua dalam Mengajar dan Mendidik Anak dalam Pembelajaran At The Home Masa Pandemi Covid-19". Jurnal Athfal, vol 3 (1), 37-46.
Yulianigsih, Suhanadji, Nugroho, dan Mustakim. Keterlibatan Orang Tua dalam Pendampingan Belajar Anakan Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5 (2), 1138-1151.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H