"Darimana mas tahu?"
"Dari adikmu."
Aku terdiam sejenak mengambil nafas yang terasa berat, aku menerawang memandang jalan aspal yang ada di depan rumahku.
"Ndari..."
"Hmmm..."
"Kamu masih mencintainya?"
Aku tidak menjawab namun kepalaku menggeleng pelan.
"Kamu tidak mau mencintaiku?" tanyanya kemudian.
Aku menggeleng lagi, kali ini aku melihat Ihsan menatapku tajam.
"Tunggu sebentar..." ucapku, lalu aku segera masuk kedalam rumah dan menuju kamarku mengambil peninggalan mas Darma, dan kembali menemui Ihsan.
"Ini bacalah...." suruhku pada Ihsan sambil menyodorkan map hijau peninggalan mantan suamiku.