Mohon tunggu...
Reni Indah Pratiwi
Reni Indah Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya orangnya suka membaca novel dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pesarean Gunung Kawi

6 November 2024   07:16 Diperbarui: 9 November 2024   11:29 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      Lokasi Pesarean Gunung Kawi adalah kuil Kanjeng Kyai Zakaria II atau dikenal juga dengan nama Eyang Djoego dan Eyang Raden Mas Iman Soedjono yang berfungsi sebagai situs spiritual yang meluas ke seluruh pelosok negeri. Letak geografis Pesarehan Gunung kawi di Jl. Pesarean, RT.9/RW.05, Sumbersari, Wonosari, Kec. Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pesarean Gunung Kawi tidak hanya berbentuk pesarehan saja namun banyak tempat yang bisa kita kunjungi seperti Pohon Dewandaru yang terletak di sebelah Pesarehan Makam Eyang Djoego dan Eyang Raden Mas Iman Soedjono, serta terdapat Kelenteng Dewi Kuantim dan Tikong Pesarehan Gunung Kawi. Pendiri Pesarean Gunung Kawi adalah Kanjeng Kyai Zakaria ll atau dikenal dengan Eyang Djoego. Eyang Djoego di makamkan pada hari Kamis Kliwon, malam Senin Pahing, tanggal 25 Januari 1871 yang dipimpin oleh Eyang Raden Mas Iman Sudjono. 

      Pada malam Senin Pahing, biasanya pengelola Pesarean Gunung Kawi melaksanakan tradisi penyekaran, di mana semua karyawan, pedagang, dan warga sekitar  membawa bunga dan tumpengan  untuk dikirab dari depan gapura menuju ke Pesarean Gunung Kawi. Kemudian di dalamnya dilaksanakan pembacaan yasin, tahlil, dan doa bersama. Sedangkan untuk malam Jum'at Legi lebih difokuskan ke pengunjung yang datang lebih ramai dari hari biasanya karena merupakan hari baik. Dan para pengunjung tersebut menginap di sekitar makam Eyang Djoego. Setelah Eyang Djoego meninggal, juru kunci pertama di pesarean gunung kawi adalah Eyang Raden Mas Iman Soedjono, selain menjadi guru kunci beliau banyak mengajarkan agama Islam. 

      Di Pesarehan Gunung Kawi terdapat satu pohon istimewa yakni Pohon Dewandaru. Mitosnya siapapun yang kejatuhan daun, ranting atau buahnya, akan mendapatkan keberkahan. Tetapi itu semua kembali lagi pada kepercayaan masing-masing. Pohon Dewandaru usianya lebih dari 100 tahun, merupakan peninggalan dari Eyang Raden Mas Iman Soedjono. Untuk buah dari Pohon Dewandaru ada yang berwarna merah, orange dan hijau. Jika hijau artinya masih mentah, jika orange artinya setengah matang, dan jika sudah warna merah tandanya itu sudah matang. Rasa buah dari Pohon Dewandaru sedikit asam. Jika ingin membeli Pohon Dewandaru, dan ditanam di rumah. Warga di sekitar Pesarean sudah mulai mengembangbiakkan Pohon Dewandaru, karena banyak pengunjung yang datang ke Gunung Kawi untuk membeli oleh-oleh Pohon Dewandaru, agar rumah mereka diberi keberkahan. Peninggalan lain dari Eyang Djoego tak hanya itu saja. Di sebelah kanan makam ada Masjid Agung yaitu Masjid Kyai Zakaria dan juga ada peninggalan guci Eyang Djoego. Guci ini bisa kalian gunakan untuk minum dan memberikan sedekah sukarela. Jadi biasanya pengunjung setelah minum dari guci juga memberikan sedekah seikhlasnya.

      Dan yang terakhir adalah Kelenteng Dewi Kuantim dan Tikong Pesarehan Gunung kawi, yang dimana di kelenteng ini juga terdapat Ciamsi dan kantor informasi. Ciamsi adalah tempat untuk mempertanyakan tentang nasib pendidikan atau memiliki masalah apapun bisa ditanyakan di Ciamsi. Media yang digunakan adalah stik bambu bernomor. Stik bambu tersebut di wadahi tabung yang berisi 60 stik batang bambu, yang bernomor dari 1 sampai 60. Setelah itu kita bisa berdoa sesuai kepercayaan masing-masing, nah untuk hal ini bisa kembali lagi kepercayaan masing-masing. Ciamsi tidak hanya untuk agama Islam atau etnis Tionghoa saja, tetapi semua agama boleh mencoba Ciamsi. Setelah berdoa sesuai kepercayaan masing-masing, kita nanti akan disuruh untuk mengocok bambu Jiamsi sampai jatuh satu stik. Satu stik itu ada nomornya kemudian, diberikan kepada petugasnya. Dan diberi secarik kertas kecil yang berisikan syair, makna, dan nomor stiknya. Biasanya para pengunjung memberikan uang sukarela karena di Ciamsi ini tidak ada tarif atau patokan yang di berikan.

      Nah itu tadi, singkat cerita tentang Pesarean Gunung Kawi dan beberapa tempat lain seperti Kelenteng Dewi Kuantim, Pohon Dewandaru, dan juga Ciamsi. Semoga informasi yang kami berikan bermanfaat dan berguna bagi kalian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun