Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) merupakan jenjang pendidikan yang diberikan kepada anak sampai usia 6 tahun sebelum  memasuki pendidikan dasar. Pendidikan ini untuk memberikan pembinaan kepada anak dalam menyusun kesiapan anak sampai ia memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan PAUD memiliki bentuk pembelajaran formal, maupun informal. Semuanya bertujuan untuk merangsang atau memberikan stimulus pada  jasmanai dan rohani anak, dalam mengenali lingkungan, bermain, memiliki banyak teman, atau agar anak tumbuh dengan pembekalan ilmu yang banyak.
Terdapat kontroversial mengenai pentingnya pendidikan PAUD bagi anak. Salah satu bentuk kontra tersampaikan oleh dokter bernama Jiemi Ardian, yang akrab disapa dr. Jiemi. Beliau menjelaskan bahwa pendidikan yang terjadi pada anak pada usia 4-6 tahun atau dalam istilah pendidikan anak usia dini bukanlah termasuk pendidikan, melainkan hanyalah sumber yang dijadikan bisnis dengan mengatasnamakan sebuah pendidikan anak usia dini.
Menurut beliau, anak mendapatkan pendidikan harusnya di usia yang tepat. PAUD atau lembaga yang serupa hanyalah bisnis untuk mewujudkan keinginan orang tua yang lebih mengharapkan anaknya siap dalam menghadapi pendidikan berikutnya. Artinya, melalui PAUD, orang tua berharap anak memiliki mental dan jiwa yang siap sebelum ia memasuki pendidikan dasar atau pendidikan selanjutnya. Benarkah demikian?
USIA BERMAIN
Dalam sosial media, twitter salah satunya, dr. Jiemi menjelaskan alasan mengapa pada usia dini, anak tidak seharusnya mengenal sekolah. Pada teori perkembangan kognitif piaget, anak dapat berfikir konkrit yaitu pada usia 7 tahun. Pada usia tersebut, anak mampu memahami sebuah konsep, belajar bagaimana bersikap tanggung jawab, disiplin, dan mengerti sebuah kondisi. Sedangkan pada usia yang masih dini, anak seharusnya menikmati masa-masa bermainnya, bukan mulai untuk mengenal tentang sekolah. Menurut dr. Jiemi pula, taman atau tempat bermain yang terbaik bagi anak adalah keluarga.
Lingkungan keluarga adalah pendidikan pertama bagi anak. Oleh karena itu, lingkungan yang sangat dekat dan anak kenali, adalah lingkungan keluarga. Disana, keluarga harusnya memberikan banyak waktu untuk sang anak. Keluarga atau orang tua tidak seharunya memberikan pendidikan luar untuk anak usia dini, dan orang tua harusnya mampu menahan ego pada dirinya untuk menyekolahkan anaknya dengan tujuan agar sang anak menjadi anak yang cerdas, dikarenakan telah mampu menjawab perhitungan, menguasai baca dan tulis, dan lain sebagainya.
Akan tetapi pemaparan tersebut juga memberikan unsur penolakan, salah satunya Prof. Lydia Freyani Hawadi. Beliau pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (PAUDNI) Kementerian Pendidikan Nasional RI periode 2012-2014. Menurut beliau, anak pada usia 2-6 tahun seharusnya mulai diikutkan pada pendidikan anak usia dini (PAUD), dengan alasan bahwa PAUD memberikan banyak sekali pembinaan dalam hal bermain, belajar, serta mengenal lingkungannya yang sesuai dengan perkembangan si anak. Hal tersebut sesuai dengan esensi dari PAUD sendiri dalam memberikan rangsangan atau stimulus yang terbaik bagi pendidikan yang sesuai dengan usia anak melalui belajar sambil bermain.
Dengan adanya PAUD, anak akan memiliki pengalaman sebelum ia memasuki pendidikan selanjutnya. Anak akan mulai terbiasa berfikir, bahkan anak akan merasa tertantang untuk menumbuhkan ide dalam pikirannya sekalipun melalui permainanan. Hal tersebut akan menghasilkan dampak positif sekaligus memberikan kesiapan pada anak apada pendidikan berikutnya.
BIAYA PENDIDIKAN
Pada penjelasan sebelumnya, dr. Jiemi menyebutkan bahwa PAUD merupakan bisnis yang mengatasnamakan pendidikan untuk anak, hal tersebut di latar belakangi oleh adanya keharusan bagi orang tua dalam mengeluarkan biaya untuk pendidikan anaknya di PAUD, sebelumnya pendidikan dasar.