Akhlak adalah salah satu hal pokok yang dimiliki manusia. Umumnya, masyarakat akan menilai seseorang berdasarkan apa yang ia lihat dari akhlak orang tersebut. Namun, saat ini mudah disapa mata tentang maraknya  krisis akhlak yang semula hanya menerpa sebagian kecil orang, kini telah menjalar kepada masyarakat luas, termasuk di dalamnya kalangan pelajar.Â
Krisis akhlak yang meracuni masyarakat umumnya terlihat pada sikap mereka yang mudah merampas hak orang lain, tidak menghargai dan menghormati, main hakim sendiri, melakukan pelanggaran tanpa merasa bersalah, mudah terpancing emosinya, dan lain sebagainya.Â
Adapun krisis akhlak di kalangan pelajar berkenaan dengan ulah sebagian pelajar yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, sering membuat keonaran, tawuran, mabuk-mabukan, pesta obat-obat terlarang, dan perilaku kriminal lainnya.
Krisis akhlak yang menjadi pangkal penyebab timbulnya krisis dalam berbagai kehidupan bangsa Indonesia saat ini belum ada tanda-tanda untuk berakhir.Â
Baca juga : Model Homeschooling dalam Mengatasi Keterbatasan Pendidikan Formal
Keadaan seperti ini dilukiskan oleh Syekh Al-Nadvi dalam bukunya Madza Khasira Al-Alam Bi Inhitthath Al-Maslimin (Apa yang Diderita Dunia Akibat Kemerosatan Kaum Muslimin, 1983: 131), bagaikan dunia yang baru saja dilanda gempa yang dahsyat.Â
Di sana sini terdapat bangunan yang rata dengan tanah, dinding yang roboh dan retak, tiang yang bergeser, korban-korban jiwa yang bergelimpangan, dan harta benda yang musnah berserakan.Â
Keadaan seperti inilah yang dihadapi oleh rasaulullah SAW pada awal perjuangannya. Itulah sebabnya fokus perhatian dakwah pada upaya menyempurnakan akhlak.Â
Dalam salah satu haditsnya beliau mengatakan, Innama bu'itstu li utammima makarimal akhlaq (Aku diutus (Tuhan) ke muka bumi ini semata-mata untuk menyempurnakan aklak.)
Menghadapi fenomena tersebut, tuduhan sering kali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Dunia pendidikan benar-benar tercoreng wajahnya dan tampak tidak berdaya untuk mengatasi krisis tersebut.Â
Hal ini bisa dimengerti, karena pendidikan berada pada barisan terdepan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan secara moral memang harus berbuat demikian.