Siang ini terasa lebih terik dari biasanya, kendaraan roda dua berlalu lalang didepan toko yang belum genap satu tahun ini kubuka. Kondisi  jalanan yang berdebu membuat nafasku semakin sesak saja.Â
Belum ada satupun pengendara  yang singgah ke toko, jangankan untuk sekedar melihat-lihat, menolehpun sepertinya mereka tak sempat. Untuk mengurangi rasa bosan ku scral-scrol saja akun instagram.Â
Ada satu kalimat yang menarik perhatianku, yakni "Sedekah pembuka pintu rezeki". Â Aku merasa tertampar ketika membacanya, sudahkah aku bersedekah hari ini?jangan-jangan tokoku sepi pembeli karena aku jarang bersedekah. Pikiran itu terus berputar-putar menguasai kepalaku.
Keesokan harinya aku mulai memikirkan untuk bersedekah demi kelancaran rezeki. Karena cuaca panas paling cocok menyediakan air mineral gratis didepan toko.Â
Hatiku senang bukan kepalang ketika ada pengendara yang berhenti didepan toko. Segera kutanyai " Monggo pak,bade padhos nopo?"artinya mau cari apa pak dalam bahasa indonesia. Aku memang asli orang Jawa Timur yang kini menetap di Jawa Tengah.Â
Bahasa sehari-hari memakai bahasa jawa krama alus. Dengan santainya si bapak malah balik bertanya. "Angsal mundut toyone mbak?" yang artinya boleh ambil airnya mbak?. Aku menjawab dengan memberi isyarat anggukan kepala.Â
Setelah mengambil air mineral dan mengucap terimakasih si bapak langsung tancap gas dengan meninggalkan diriku yang masih diam terpaku. Beberapa jam berlalu toko masih sama, sepi-sepi saja, aduhaiii ingin ku mengumpat.
Aku mulai berpikir lagi, kira-kira apa yang salah dari caraku bersedekah? Padahal aku sudah ikhlas, tapi toko masih sepi-sepi saja. Aku berpikir jangan-jangan sedekahku kurang mahal ya?Â
Keesokan harinya aku mengganti air mineral dengan teh botol yang harganya tentu saja lebih mahal dari air mineral. Dan jeng jeng jeeeeng alhasil tokoku malah ramai dengan tangisan anak-anak tetangga yang berebut teh botol. Jangankan pembeli, kucing saja lari terbirit-birit melihat keributan absurd ini.
Beberapa hari berlalu tetapi toko masih saja sepi, aku mulai mempertanyakan konsep sedekah pembuka pintu rezeki.Â
Disaat aku sudah tidak menyediakan air minum gratis tiba-tiba ada bapak-bapak yang biasanya mampir ke toko untuk mengambil minum. " Toyone nopo mpun telas mbak? yang artinya airnya apa sudah habis mbak? tanya si bapak.Â
Segera aku sodorkan air mineral yang kusimpan disamping etalase toko. Biasanya si bapak langsung pergi setelah mengucapkan terimakasih, namun kali ini tidak, seakan ia mengerti kerisauan hatiku. "Alam e soyo angel mbak, wong tani neng kene wes telu musim gak tau panen, akeh seng moro-moro keno struk" artinya alam semakin susah diprediksi, petani di daerah sini sudah tiga kali musim gagal panen, banyak yang tiba-tiba terkena struk.Â
Perkataan si bapak membuatku terdiam beberapa saat, setelah dipiki-pikir mayoritas penduduk daerah sini memang berprofesi sebagai petani.
Jika dilogika secara ilmu ekonomi, Â semakin menurunnya pendapatan seseorang maka daya beli juga akan semakin menurun.Â
Toko yang sepi pembeli bisa saja karena petani gagal panen, bukan karena aku kurang bersedekah. Seketika aku meringis tak bersuara, si bapak berlalu sambil mengucapkan sehat-sehat terus mbaknya, terimakasih minumnya dalam bahasa jawa.
Setelah kejadian ini tokoku berangsur ramai, bukannya senang aku malah terheran-heran. Kenapa tiba-tiba jadi seramai ini?ucapku dalam hati. Seketika aku teringat kejadian tadi pagi, ada kucing liar didepan toko, badannya kurus, Â berbulu kusut dan jalannya sedikit pincang.Â
Kucing itu terlihat gelisah, mondar mandir sambil mengeong melihat kearahku. Kebetulan menu sarapan hari ini lauknya ikan asin plus sambal terong. Tanpa basa-basi aku berbagi makanan dengan kucing tersebut.
Tanpa sengaja aku berucap dalam hati, mendoakan kucing tersebut agar selalu sehat, semoga dipertemukan dengan orang-orang baik yang ikhlas memberikan makanan untuknya. Ayahku pernah bilang, doa yang baik akan kembali kepada yang mendoakan.
Bodohnya aku yang menganggap bahwa rezeki itu hanya berupa materi, padahal badan sehat juga termasuk rejeki yang luar biasa. Niatku bersedekah saja yang kurang tapat, aku bersedekah semata-mata agar tokoku ramai pembeli.Â
Ternyata butuh proses yang panjang agar aku mengerti makna dari sedekah pembuka pintu rejeki. Kira-kira seperti itulah secuil kisah saya soal sedekah pembuka pintu rezeki,semoga bermanfaat ya. Terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H