Mohon tunggu...
RENI APRILIA
RENI APRILIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG Prajab IPA Gel 2

Mahasiswa PPG Prajab Gel 2 Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pancasila: Fondasi Pendidikan Indonesia

9 Januari 2023   21:16 Diperbarui: 9 Januari 2023   21:20 15046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan di Indonesia memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh negara lain. Pendidikan nasional memiliki acuan khusus yang menjadi entitas dan identitas Bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Entitas merupakan ciri pendidikan khusus yang berpusat pada nilai kebhinekaan. Sementara itu, identitas merupakan cerminan diri yang berasal dari nilai-nilai dasar moral keluarga, gender, budaya, etnis dan proses sosialisasi yang dialami setiap individu. 

Pancasila yang menjadi acuan dari Pendidikan nasional berfungsi sebagai entitas dan identitas Bangsa Indonesia karena adanya ciri khas yang merefleksikan nilai-nilai Pancasila dalam penerapan pendidikan berkelanjutan. Identitas yang telah mengakar dalam budaya masyarakat Indonesia membuat pendidikan Indonesia berdasar pada nilai-nilai, jiwa hasrat,  martabat, sosialitas,  relasionalitas,  genuitas,  dan  dialogalitas  demi  keutuhan  dan  penegasan identitas bangsa.

 Pendiri Pancasila menekankan nila-nilai filsafat hidup yang harus dimiliki oleh setiap masyarakat Indonesia, terutama dalam penerapan di bidang Pendidikan. Dalam bidang Pendidikan nasional, konteks pendidikan agama merupakan bagian penting yang memiliki peran utama menegaskan identitas bangsa yang bersatu dan memiliki budaya religiositas. Cara yang tepat untuk melestarikan kesatuan bangsa dapat dilakukan dengan sikap toleransi, penguatan nilai-nilai Pancasila, harmonis, adil dan damai (HPW,2014).

Pancasila menjadi visi dan perspektif pendidikan humanis-religius yang menekankan pada pentingnya iman kepada Tuhan yang Masa Esa sebagai dasar untuk memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat Indonesia yang bersatu, menegakkan hak dan kewajiban demi terwujudnya masyarakat yang adil dan beradab.

 Penerapan Pancasila dalam Pendidikan Abad ke 21, terlihat dari profil pelajar pancasila yang menekankan pada enam dimensi yang harus dicapai oleh peserta didik, diantaranya yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif. 

Tantangan dalam menghadapi hal ini bisa terlihat dari penerapan setiap aspek yang ada dalam perspektif pendidikan di Indonesia. Contohnya pada sila pertama tentang Ketuhanan yang Maha Esa, dalam pendidikan ditekankan aspek religiusme bahwa setiap peserta didik harus berakhlak dan memahami ajaran agama masing-masing dengan baik, para pendidik harus bisa memberikan sebuah pemahaman agama agar para peserta didik tidak salah jalan yang membuat mereka memiliki paham ekstrimis terhadap agama seperti mengikuti organisasi terlarang yang mengatasnamakan agama, membunuh penganut agama lain, melakukan bom bunuh diri, dll. 

Tantangan selanjutnya pada sila kedua yaitu tentang Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menekankan pada prinsip etis dan pentingnya menghargai sesama warga masyarakat tanpa diskriminasi karena perbedaan latar belakang, budaya, etnis, suku dan kepercayaan. Para pendidik harus memberikan pemahaman bagi peserta didik agar saling menghargai antar teman dan menekankan bahwa semua orang memiliki hak dan kewajiban yang sama. Selanjutnya pada sila ketiga tentang persatuan Indonesia perlu ditekankan kembali tentang nilai-nilai kebhinekaan. 

Sila keempat adalah Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan perwakilan, para pendidik harus menekankan bahwa penting melakukan suatu musyawarah sebelum ada mufakat agar segala sesuatu bisa dipahami bersama, penerapan hal ini seperti pemilihan ketua osis harus adil dan demokratis. Sila kelima dari Pancasila adalah Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, para pendidik harus menekankan pada peserta didik untuk adil bagi setiap orang tanpa membedakan status sosial , hidup saling membantu atau gotong- royong.

Penerapan Profil Pelajar Pancasila dalam merdeka belajar merupakan perwujudan Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia. Pada dimensi pertama dari Profil Pelajar Pancasila menekankan pada pentingnya peserta didik untuk beriman, bertakwa  kepada  Tuhan YME, dan berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Contoh penerapan hal ini dalam kelas seperti berdoa sebelum memulai pembelajaran, memiliki rasa toleransi antar teman, dan tidak membedakan teman yang berbeda agama. 

Para peserta didik harus memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Pentingnya nilai-nilai agama diterapkan agar peserta didik memiliki pedoman dalam bertingkah laku baik sesuai dengan norma-norma agama dan norma dalam masyarakat. Selanjutnya membahas tentang berakhlak mulia yang berarti peserta didik harus memiliki nilai-nilai budaya luhur Bangsa Indonesia dan berkebinekaan global. 

Contoh penerapaan ini dalam kelas seperti akhlak peserta didik kepada guru dan antar teman, bertutur kata yang sopan dan santun. Pada dimensi kedua membahas tentang kemandirian peserta didik yang mengacu pada tanggungjawab peserta didik atas proses dan  hasil belajarnya. Contoh penerapan ini dalam kelas seperti melakukan literasi mandiri, eksplorasi pengetahuan dengan baik, mengerjakan tugas dengan tepat waktu dan mampu melakukan refleksi. Selanjutnya, pada dimensi ketiga tentang bergotong-royong yaitu peserta didik mampu mengerjakan tugas atau kegiatan bersama-sama dengan sukarela, peduli dengan teman, dan saling berbagi. Contoh penerapan ini adalah pelaksanaan praktikum, membuat project dengan kelompok. Guru harus bisa memastikan setiap peserta didik ikut berpartisipasi aktif dengan kelompoknya.

Pada dimensi keempat yaitu tentang berkebinekaan  global  meliputi mengenal dan   menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama. Contoh penerapan ini adalah dengan mencintai budaya Indonesia seperti menggunakan bahasa daerah, memakai produk dalam negeri, melestarikan kebudayaan lokal, pentas seni tradisional, memasarkan atau mengenalkan produk wilayah setempat yang bisa membantu perekonomian masyarakat.  

Aspek kelima yaitu tentang bernalar kritis yaitu peserta didik mampu memproses informasi secara objektif dan membangun keterkaitan informasi tersebut, melakukan analisis dan kesimpulan. Penerapan hal ini seperti menentukan project yang akan dibuat, hal ini bisa difokuskan pada kebutuhan masyarakat dengan melakukan observasi terlebih dahulu atau membuat suatu produk unggulan daerah yang bermanfaat dan bisa membantu masyarakat. 

Terakhir, aspek keenam tentang kreatif menekankan bahwa peserta didik harus mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Contoh penerapan hal ini misalkan membuat project yang disesuaikan dengan permasalahan masyarakat umum, seperti tentang permasalahan sampah yang ada di sekitar, para peserta didik dapat membuat sebuah prototype yang dapat mengolah sampah dengan efektif dan tentunya berdampak pada masyarakat sekitar.

Penerapan dari Profil Pelajar Pancasila akan memberikan suatu perubahan yang positif untuk pendidikan nasional karena telah terintegrasi dengan Pendidikan Abad 21. 

Peserta didik akan memiliki mental dan karakter kuat yang tidak akan mudah terjerumus pada hal negatif yang melanggar norma masyarakat, peserta didik akan memiliki kemampuan adaptasi dan penyesuaian diri dalam perkembangan global, melestarikan dan menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, memiliki kemampuan dan keterampilan global namun tetap memiliki nilai karakter budaya lokal,  memiliki pemikiran yang lebih terbuka dan mampu menerima perbedaan, memiliki karakter mandiri, kritis serta kreatif dan memiliki semangat gotong royong, saling menghargai dan kerjasama dalam setiap aktivitas pembelajaran di kelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun