Jangan hanya menuntut mereka dalam hal ini itu tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu. Tak semua anak pertama kuat dan mampu untuk deal dengan situasi yang ada. Apakah rapuhnya bahu mereka bukan sesuatu yang penting untuk diperhatikan orang tuanya?Â
Haruskah tubuh, pikiran, dan mental mereka terkuras hanya karena tak mendapat respon yang solitif dari orang tua? Anak pertama pun memiliki hak atas diri mereka sendiri. Tubuh mereka tidak 100% harus di forced untuk keluarga, mereka pun memiliki porsi untuk hal yang lain.Â
Hal ini pun berlakunya bukan hanya untuk anak pertama, melainkan seluruh anggota keluarga, ayah, ibu, anak pertama, anak kedua, anak ketiga, dst. Tanggung jawab tak sepenuhnya ada di bahu anak pertama, meski memang anak pertama bisa dikatakan harapan pertama orang tua mereka. Harapan pertama, bukan harapan utama. Lagi pun kesuksesan bukan hanya bisa dicapai oleh anak pertama.
Tak ada salahnya menetapkan tolak ukur yang baik terhadap anak, namun perlu diingat bahwa menetapkan pola asuh yang baik juga penting diperhatikan demi kesehatan mental si anak. Tak selamanya tuntutan masyarakat harus menjadi patokan bagi orang tua dalam mendidik anak.Â
Anak pertama pun sama seperti anak kedua, ketiga, dst, meski memang mereka tak terlepas dari pribadi teladan bagi adik-adiknya. Jadi sebenarnya statement bahwa anak pertama yang harus memikul sebagian besar tekanan dan beban tanggung jawab keluarga tidaklah benar. Semua bahu dan mental anak pertama tidak sekuat baja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H