Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronik yang diidentifikasi dengan peningkatan kadar gula darah akibat gangguan produksi insulin, kegagalan insulin, atau keduanya. Diabetes melitus semakin banyak ditemukan di seluruh dunia termasuk Indonesia apalagi di era sekarang diabetes melitus tidak hanya terjadi pada orang dewasa melainkan juga pada remaja.Â
Menurut penyebabnya, DM dikelompokkan menjadi menjadi empat kategori, masing-masing DM tipe-1, DM tipe-2, dan DM diabetes jenis lain dan diabetes pada kehamilan. Pada remaja, diabetes yang terjadi pada umumnya adalah diabetes tipe 1 karena adanya faktor keturunan dan autoimun karena sel beta pankreas menghasilkan sedikit hormon insulin.Â
Namun diabetes melitus tipe 2 juga bisa menyerang remaja karena kurangnya menjaga pola makan dan gaya hidup sehat. Kondisi ini berdampak pada kesehatan fisik anak-anak dan kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Menurut data International Diabetes Federation (IDF) secara global per tahun 2021, pada kalangan anak dan remaja terdapat sekitar 1,2 juta jiwa penderita DM.Â
Berdasarkan data riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2018 terdapat sekitar 182 ribu penderita DM dengan usia 5-14 tahun dan sebanyak 165 ribu penderita berusia 15-24 tahun di Indonesia. Pemerintah harus memperhatikan peningkatan jumlah kasus DM pada remaja, terutama terkait dengan faktor risiko dan strategi pencegahan yang dapat dilakukan.
Faktor Risiko Diabetes Melitus pada RemajaÂ
Faktor risiko utama diabetes melitus pada remaja meliputi:
- Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga adalah faktor risiko terkuat yang berhubungan dengan diabetes melitus. Genetik memainkan peran penting dalam hal risiko terkena diabetes. apabila salah satu orang tuanya mengidap penyakit diabetes risiko terkena diabetes meningkat sebesar 15%. Jika keduanya menderita diabetes, risikonya meningkat hingga 75%. Riwayat keluarga juga terkait dengan predisposisi genetik untuk insulin resistensi dan kerusakan sel beta pankreas.
- Kebiasaan Merokok
Merokok adalah kebiasaan berisiko berkembangnya diabetes melitus. Merokok dapat meningkatkan risiko diabetes hingga beberapa kali lipat pada remaja. Merokok dapat meningkatkan kadar stres oksidatif dalam tubuh, yang kemudian berdampak buruk pada metabolisme glukosa dan sensitivitas insulin. Sebuah penelitian menunjukkan Perokok aktif memiliki risiko 0,18 kali lebih besar terkena diabetes dibandingkan dengan non-perokok.
- Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga mempengaruhi risiko diabetes pada remaja. Remaja perempuan lebih berisiko terkena diabetes dibandingkan remaja laki-laki. Faktor hormonal dan kecenderungan perempuan untuk memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang lebih tinggi adalah penyebab utamanya. Perempuan lebih rentan mengalami obesitas, terutama selama masa pubertas, ketika perubahan hormonal terjadi, seperti menstruasi. Data menunjukkan bahwa lebih dari 64,2% remaja perempuan yang diteliti memiliki IMT di atas 25 kg/m2. Faktor hormonal ini juga memperburuk obesitas, yang meningkatkan kemungkinan terkena resistensi insulin.
- Pengetahuan
Pengetahuan sangat penting dalam menangani berbagai penyakit, seperti diabetes. Remaja yang tahu tentang faktor risiko diabetes dapat lebih baik dalam menjaga kesehatan mereka, seperti makan dengan baik dan mengatur berat badan, yang membantu mereka mencegah penyakit.
- Â Pola Makan
Salah satu penyebab utama peningkatan risiko diabetes adalah perubahan pola makan yang tidak sehat, terutama di kalangan remaja yang tinggal di kota-kota besar. Makanan dan minuman cepat saji yang tinggi kalori, lemak, dan gula tetapi rendah serat dapat menyebabkan obesitas. Resistensi insulin, awal dari diabetes tipe 2, disebabkan oleh obesitas
- Aktivitas Fisik
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa orang yang berolahraga atau beraktivitas kurang dari dua kali seminggu memiliki risiko 4,5 kali lebih besar terkena diabetes tipe 2 dibandingkan dengan orang yang berolahraga atau beraktivitas secara teratur. Aspek lain seperti pendidikan, pekerjaan, olahraga, dan IMT tidak menunjukkan korelasi yang signifikan dalam penelitian ini. Hasil ini sejalan dengan penelitian tahun sebelumnya terhadap 100 penderita diabetes melitus, yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dan kadar gula darah penderita diabetes melitus.
- Â Obesitas
IMT adalah pengukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat obesitas dan obesitas pada orang dewasa dan remaja. Orang-orang dengan IMT lebih dari 25 memiliki risiko diabetes melitus terutama jika mereka sering makan nasi dan lauk saja tanpa sayur dan buah setiap hari, atau seperti kebanyakan orang obesitas. Resistensi insulin, yang pada akhirnya dapat menyebabkan diabetes, disebabkan oleh obesitas, yang merupakan salah satu penyebabnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dua dari lima bagian sindrom metabolik terkait dengan resistensi insulin.
Upaya Pencegahan Diabetes Melitus pada Remaja
- Edukasi Kesehatan dan Promosi Kesehatan
Untuk mencegah diabetes, edukasi kesehatan yang tepat sangat penting. Remaja harus dididik tentang risiko diabetes, gejala, dan cara mencegahnya sejak dini. Di sekolah-sekolah, program kesehatan dapat mengajarkan remaja tentang pentingnya menjaga pola hidup sehat, seperti makan makanan yang sehat dan berolahraga. Menggunakan media interaktif seperti leaflet dan presentasi dapat digunakan untuk mempromosikan kesehatan.
- Â Pola Makan Sehat
Pola makan yang sehat adalah langkah penting untuk mencegah diabetes pada remaja. Remaja harus diajarkan untuk menghindari makanan cepat saji, minuman manis, dan makanan tinggi gula yang dapat menyebabkan obesitas dan diabetes. Konsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sayuran, dan makanan berserat tinggi dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil. Salah satu faktor risiko utama diabetes tipe 2 adalah berat badan yang berlebihan, yang dapat dicegah dengan mengikuti kebiasaan makan yang seimbang.
- Aktivitas Fisik Teratur
Olahraga rutin dan aktivitas fisik sangat penting untuk menjaga kesehatan dan mencegah diabetes. Olahraga dapat meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin dan membantu mengontrol berat badan. Remaja harus berolahraga selama setidaknya tiga puluh menit setiap hari, seperti berlari, bersepeda, atau berenang.
- Deteksi Dini
Tanda-tanda awal diabetes pada remaja dapat dideteksi dengan mudah dengan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Sangat disarankan untuk menjalani pemeriksaan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan kadar gula darah secara teratur, terutama bagi individu yang memiliki faktor risiko tinggi, seperti riwayat diabetes dalam keluarga mereka.
- Menghindari Gaya Hidup Tidak Sehat
Remaja harus dididik untuk menghindari gaya hidup yang berisiko, seperti merokok dan minum alkohol, yang dapat memperburuk kondisi metabolik dan meningkatkan risiko diabetes. Manajemen stres dan tidur yang cukup juga penting untuk menjaga kesehatan dan mencegah diabetes.
- Peran Orang Tua dan Sekolah
Sekolah dan keluarga sangat berperan dalam membantu anak-anak menjalani gaya hidup sehat. Orang tua dapat mengajarkan pola makan yang baik dan mendorong orang lain untuk berolahraga. Sekolah juga dapat membuat lingkungan yang mendukung dengan menyediakan kantin dengan makanan sehat dan mengadakan kegiatan olahraga.
Kesimpulan
Diabetes melitus pada remaja di Indonesia semakin menjadi masalah kesehatan yang serius. Faktor risiko utama meliputi riwayat keluarga, kebiasaan merokok, jenis kelamin, pengetahuan, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, obesitas, dan gaya hidup tidak sehat lainnya. Untuk mencegah diabetes pada remaja, diperlukan upaya komprehensif yang melibatkan berbagai pihak. Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara lain edukasi kesehatan dan promosi kesehatan, pola makan sehat, aktivitas fisik teratur, deteksi dini, menghindari gaya hidup tidak sehat, dan peran orang tua dan sekolah.
REFERENSI
Andini, A., & Awwalia, S. (n.d.). STUDI PREVALENSI RISIKO DIABETES MELITUS PADA REMAJA USIA 15-20 TAHUN DI KABUPATEN SIDOARJO.
Ardila, M., Tiva Widyanti Humolungo, D. S., Prasetyaning Amukti, D., Farmasi, P., Farmasi, F., & Ahmad Dahlan Yogyakarta, U. (2024). PROMOSI KESEHATAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DIABETES MELITUS PADA REMAJA. In J. A. I : Jurnal Abdimas Indonesia. https://dmi-journals.org/jai/534
Hervilanti, P., Alam Fajar, N., Kesehatan, M., Fakultas, M., & Masyarakat, K. (2024). Literature Review: Analisis Faktor Risiko Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus pada Remaja. Religion Education Social Laa Roiba Journal, 6, 3948. https://doi.org/10.47476/reslaj.v6i8.2694
Julliyana, R., Sopiah, P., & Rosyda, R. (2024). Hubungan Perilaku Sedentary lifestyle dengan Tingkat Risiko Kejadian Diabetes Melitus pada Remaja. Jurnal Keperawatan Florence Nightingale, 7(1), 116–123. https://doi.org/10.52774/jkfn.v7i1.154
Pediatri, S., Pulungan, A. B., Annisa, D., & Imada, S. (2019). Aman B. Pulungan dkk: Diabetes melitus tipe-1 pada anak: situasi di Indonesia dan tata laksana Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak : Situasi di Indonesia dan Tata Laksana. In Sari Pediatri (Vol. 20, Issue 6).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H