Mohon tunggu...
AR Renhoran
AR Renhoran Mohon Tunggu... Guru - Kita Belajar Karena Kita Manusia

Penulis dan Akademisi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jakarta, Ibu Bagi Kita Semua

6 September 2018   10:40 Diperbarui: 11 Oktober 2019   01:36 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu itu KRL Ekonomi masih belum ber AC dan berangin alami berpintu. Jasa transportasi online juga mungkin belum terpikirkan mas Nadiem yang sedang sibuk nyusun di Harvard.Bas wey adalah primadonanya transportasi masal ibu kota saat itu.

Menurut bekas Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta tahun 2014, Udar Pristino bahwa di zaman Foke baru terdapat 38 -- 40 unit bus saja. Sedangkan di masa jabatan Gubernur Jokowi pada 2012, Pemprov harus rela merogoh kocek sampai 1 triliyun untuk 656 unit (tempo.co). Tentunya dengan tujuan yakni mengurai kemacetan akibat meningkatnya jumlah pengguna kendaraan pribadi.

Harapan masyarakat ibu kota itu kini masih menggantung indah di angkasa sebab para pengguna kendaraan pribadi masih belum tertarik dengan moda transpotasi masal tersebut. Namun demikian, saya tetap memilih menggunakan jasa transportasi massal sebab diantara kerumunan para penumpang itu, mungkin saja terselip jodoh didalamnya.

Usai menang dalam Pilkada 2012, Jokowi dipercaya sebagai Kapten untuk membawa Pemprov DKI Jakarta menang dalam pembangunan Infra serta suprastruktur di Indonesia. Gubernur yang terkenal medok itu berhasil menorehkan tinta perak sependek masa jabatannya. Mulai dari menaikkan Upah Minimum Provinsi  DKI Jakarta menjadi 2,44 juta rupiah per 2013 hingga Lelang Jabatan yang kontroversional dan masih banyak lagi.

Beberapa kebijakan itulah yang sukses menariknya untuk duduk rileks di singasana RI 1 mengalahkan lawannya Prabowo pada Pilpres 2014 silam. Hengkangnya Jokowi dari Jkt (tanpa 48) memaksa wakilnya Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok menjadi penggantinya.

Sosok pemimpin yang kerap di bully karena ras dan agama itu sempat menuai banyak prestasi juga kontroversi. Ahok yang terkenal tegas dan suka marah -- marah melebihi ibu mertua itu terus menjadi buah bibir penduduk DKI Jakarta dan seluruh Indonesia. Selesai dilantik hari Rabu 19 November 2014 oleh 'mantannya' Jokowi, Ahok melesat cepat dengan setumpuk kebijakan baru didampingi Djarot Sjaiful Hidayat sebagai Wakil Gubernur.

Semasa mereka menjabat sekurang -- kurangnya ada 5 kebijakan utama yang mereka terapkan. Larangan bagi pengendara motor, Pergub tentang ERP, Kegiatan Agama di Monas, Reklame LED dan penataan Kampung Akuarium. Kelima kebijakan itu pun yang akhirnya sukses di hapus oleh Gubernur baru yakni Anis Baswedan.

Bagi saya siapapun Pemimpin Ibu Kota Jakarta kemarin, hari ini dan besok nanti mereka tentu membawa perubahan bagi kita semua. Saya sangat merindukan kembali saat -- saat belajar di tengah para gadis modis di Pusat Belanja, Tawar menawar harga dengan supir Bajaj BPG serta mengerjai orang baru di HalteCommuter Line dan di toilet bandara.

Harapan saya semoga Jakarta akan terus menjadi Ibu bagi Kota -- kota di Indonesia. Dimana dia akan terus menjadi contoh bagi mereka serta senantiasa konsisten 'menyuapi' anak -- anaknya dengan APBN yang berlimpah. Semoga.

Oleh : AR Renhoran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun