Mohon tunggu...
Frater Milenial (ReSuPaG)
Frater Milenial (ReSuPaG) Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang suka belajar tentang berbagai hal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jika Anda tidak mampu mengerjakan hal-hal besar, kerjakanlah hal-hal kecil dengan cara yang besar (Napoleon Hill)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tuhan Ada Dipihakku

25 September 2021   10:11 Diperbarui: 25 September 2021   10:15 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Sabtu, 14 Maret 2015, aku melakukan Peregrinasi mulai dari TOR St. Markus (Tahun Orientasi Rohani) Pematang Siantar sampai ke Parapat dengan mengelilingi Pulau Samosir terlebih dahulu. Jarak maksimal yang harus aku tempuh ialah 300 Km selama 7 hari. Pukul 09:15 WIB aku mulai menginjakkan kaki di luar gerbang TOR. Suasana hati tidak seperti biasanya. Kali ini suasana hati sangat gelisah. Gelisah karena takut tidak mampu untuk mengikuti peregrinasi. Tiba di simpang menuju ke Parapat, banyak orang sedang memperhatikanku terutama anak mahasiswa USI (Universitas Simalungun).  Ketika itu, aku merasa malu dengan  penampilanku yang cukup sederhana, apalagi memakai sandal jepit yang sudah tua. Aku hanya terus berjalan, berjalan, berjalan,  hingga akhirnya aku merasa capek dan kehausan. Perbekalan air sudah habis. Aku bingung entah mau kemana untuk mencari air minum. Rumah di sekitar situ sedang tutup. Dengan pandangan cukup jauh, aku melihat sebuah rumah sedang terbuka. Aku segera berlari mendapatkan rumah itu. Setibanya  di situ, aku meminta air minum dengan nafas yang masih terenggah-enggah. Pemilik rumah itu menjawab dengan keluguannya, "nggak ada air, beli aja aqua ini, dek". Saat itu, aku merasa kecewa kepada keluarga itu, apalagi aku tidak punya uang sepersen pun. Sesudah itu, aku langsung pergi dari rumah itu. Aku semakin bingung mau mencari air minum ke mana. Tak jauh dari rumah tadi, aku melihat seorang anak kecil yang sedang bermain-main. Segera aku meminta air minum padanya. Dengan rasa kasihan, ia langsung mengambil teko kecil yang berisi air yang cukup memuaskan dahagaku. Sesudah itu, aku terus berjalan. Hari semakin cerah dan panas terik matahari kian membakar kulitku. Aku merasa risau, sudah hitam tambah hitam lagi. Oooooo,,, nasib,nasib!!!!!!!!           

         Dalam perjalanan yang cukup jauh ini sangat merisaukan hatiku bahkan membuat sakit betisku dan melepuh sehingga energi perjalananku mulai menurun. Selain sakit betis, aku merasa lapar karena keroncongan, haus dan capek. Aku hanya terus berjalan pelan-pelan menelusuri jalan raya dengan panasnya matahari. Seorang Ibu sedang berdiri dipinggir jalan sambil menunggu anggot. Ibu itu menyapaku dengan rasa heran, "Mau kemana, dek?, tanyanya. "Ke Samosir, Bu", jawabku tenang. "Kenapa jalan kaki?", tanya ibu semakin heran. "Aku sedang melakukan napak tilas, Bu", jawabku. Kemudian ibu itu, menanyakan kepadaku apakah aku sudah makan atau belum. Dengan rasa malu aku berkata masih belum. Ibu itu langsung mengajakku ke rumahnya dan ibu itu segera membungkus nasi serta lauknya untuk makan siangku. Aku sangat berterimakasih kepada ibu itu karena kebaikannya kepadaku. Ibu itu sangat prihatin dengan kondisi keadaanku sehingga dengan rasa kasihan dia memberikan makan siang untukku. Sesudah menerima perbekalan itu aku terus berjalan di bawah terik panas matahari hingga aku sampai di sebuah Gereja Katolik St. Fransiskus yang sederhana. Di Gereja ini aku beristirahat sambil menyantap makan siang alakadarnya sekaligus awal perjumpaanku dengan Tuhan dan Bunda Maria. Sekitar 10 menit, aku memanjatkan doa kepada Tuhan dan Bunda Maria dengan menyerahkan seluruh perjalananku kepada Tuhan yang selalu menuntun dalam setiap karyaku. Doa yang selalu aku panjatkan ialah Bapa Kami, Salam Mari, Kemuliaan dan Kadang doa spontan. Perjumpaan dengan Tuhan membuatku semakin bersemangat dalam perjalanan ini. Aku tidak risau lagi karena Tuhan akan selalu bersamaku.

Ilustrasi Tuhan Ada Dipihakku (Dok.Pri)
Ilustrasi Tuhan Ada Dipihakku (Dok.Pri)
         Di tengah perjalanan seorang anak muda memanggilku dengan suara keras. Segera aku menemuinya dengan hati gelisah. Aku langsung bertanya, "Apa lae? Jawabku dengan lugu. "Mau ke mana, lae??," tanyanya. "Mau mengelilingi Pulau Samosir, Lae". Jawabku. "Emangnya lae darimana?", tanyanya. "Aku dari Jogja anak mahasiswa Atmajaya. Sedang melakukan napak tilas di daerah Sumatera Utara ini, lae", jawabku polos. Ketika mendengar itu, anak muda itu masih kurang percaya akan jawabanku sehingga ia meminta KTPku (Kartu Tanda Penduduk). Tanpa ragu-ragu aku segera merogoh ranselku hendak mengambilkan KTP. Kemudian aku memberikan kepadanya dengan hati yang tenang. Sesudah ia melihat-lihat KTPku, ia langsung meminta maaf bahwa ia telah berpikiran buruk tentang kedatanganku ke daerah itu. Ia berkata bahwa di daerah itu sering terjadi kehilangan barang-barang, baik itu kereta, HP, Laptop, dll. Sebelum aku pergi dari situ, aku mengambil kesempatan yang baik untuk kebutuhanku yakni meminta air minum kepadanya sekaligus mengisi botol yang kosong agar ada perbekalan di jalan. Kemudian aku pergi dengan suasana hati yang gembira sambil tersenyum-tersenyum karena Tuhan telah membantuku dalam mengatasi permasalahan yang aku hadapi. Sikitar 5 km jauhnya suasana hati gembira mulai sirna. Aku mulai lelah dan kaki yang sakit semakin tambah sakit sehingga membuatku harus berjalan secara perlahan-lahan.

         Di sebuah tikungan manis seorang gadis cantik menyapaku dengan suara yang lembut. "Mau ke mana, bang?", tanyanya polos. "Mau keliling Samosir, tok." Jawabku dengan suara santai. Percakapan dengannya cukup lama sehingga aku menanyakan di mana rumahnya. Ia pun menunjukkan rumahnya dengan jari telunjuknya kira-kira 5 meter di depanku. Aku minta izin padanya untuk beristirahat sebentar. Ia pun langsung menyetujuinya dengan raut muka yang senyum dan manis. Di rumahnya, aku dan dia bertukar tanya-jawab sehingga di antara aku dan dia saling meminta Facebook, Twitter, dan Gmail. Saat ini, aku di hiasi oleh bunga-bunga kebahagiaan sebagai penghibur selama perjalananku.

         Di saat aku tiba di hutan yang cukup panjang, aku melihat air yang mengalir dari pancuran tepat di pinggir jalan raya. Sekian berapa menit aku beristirahat, toiletres dan sekaligus mandi. Selama aku mandi banyak mobil yang lewat sehingga aku selalu dilihat oleh mereka. Satu dua orang menyapaku dari mobilnya dengan mengangkat tangannya. Aku pun melakukan seperti yang dilakukannya, mengangkat tangan untuk membalas sapaan itu.

        Walaupun aku kadang merasa gelisah, takut, gembira, dll, dalam perjalananku ini, aku sungguh menekuni perjalananku dengan baik, setia dan tetap menjaga identitas yang sesungguhnya. Ibaratnya identitas itu adalah nyawaku sendiri. Di mana aku harus kuat dan berani untuk menjaganya dari situasi yang buruk maupun menegangkan. Selama melakukan perjalanan aku selalu menempatkan diri untuk berdoa kepada Tuhan dan Maria apabila aku menjumpai gereja katolik. Selain itu, banyak juga orang-orang yang mencurigaiku, ada yang mengatakan pencuri dan juga salah satu dari anggota ISIS. Aku maklum saja bahwa aku dikatakan seperti itu, karena kedua kasus ini begitu marak pada zaman sekarang. Walaupun mereka berkata demikian, mereka tidak mau mendekatiku secara to the point. Mereka hanya berbicara antara mereka dengan suara keras-keras.

        Selama proses peregrinasi ini, sebagai permenunganku akan Sabda Tuhan adalah "FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku", (Mzm 119:105). Tuhan selalu ada bersamaku dan Ia telah menemani dan mendampingiku di setiap langkahku. Sehingga peregrinasi ini dapat aku tuntaskan dengan sebaik mungkin. Walaupun aku telah menghadapi berbagai tantangan dalam kegiatan ini, itu semua adalah rencana Tuhan, di mana aku harus belajar dan setia mengikuti dan menjalaninya dengan sungguh-sungguh demi kematangan kepribadian dan panggilanku sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun