Mohon tunggu...
Frater Milenial (ReSuPaG)
Frater Milenial (ReSuPaG) Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang suka belajar tentang berbagai hal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jika Anda tidak mampu mengerjakan hal-hal besar, kerjakanlah hal-hal kecil dengan cara yang besar (Napoleon Hill)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kisah Panggilan Menjadi Pastor

15 September 2021   10:09 Diperbarui: 15 September 2021   10:17 2813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu minggu saya mengalami banyak pergumulan-pergumulan, bimbang apa yang hendak saya pilih, keluar atau masih melanjut. Selama satu minggu itu saya terus-menerus merenungkan panggilan saya. Sesudah itu sebuah suara muncul dari hati saya, saya tahu itu pasti suara Tuhan. Maka dengan tenang saya meresapi suara itu, memetik suatu yang bermakna dalam hidup saya.  Setelah meresapi suara itu, saya tidak lagi bertindak sesuai dengan pikiran melainkan sesuai dengan hati nurani. Maka pada saat itu, saya tidak jadi lagi untuk meninggalkan panggilan Tuhan. Saya mencoba untuk tetap berjuang dan setia pada panggilan Tuhan.

Setelah tamat dari kelas Poesis, saya mencoba untuk menemukan panggilan Tuhan di Biara Kapusin. Pada tanggal 26 Juni 2014, saya memurnikan panggilan saya di LPTK Kapusin Mela-Sibolga. Selama disana saya mengalami berbagai macam pergumulan terhadap panggilan saya. Sekitar 1 bulan lebih di Postulan Kapusin, saya merasa tidak ada perkembangan hanya Salib Tao yang selalu tergantung dileher. Selama tiga hari saya kembali merenungkan panggilan saya. 

Dalam permenungan itu, saya merasa tidak terpanggil menjadi seorang Biarawan. Maka pada tanggal 09 September 2014 saya memutuskan untuk keluar dari Postulan Kapusin dan kembali lagi ke Seminari Menengah di mana saya dididik selama tiga tahun sebelumnya. Pada tanggal 10 September 2014 pagi, saya tiba di Seminari Menengah, disana saya kembali mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.

Tahun keempat di Seminari Menengah saya duduk di kelas KPA/Rethorihca. Selama menjalani tahun keempat ini, saya merasa bahwa panggilan Tuhan berkembang dalam diri saya. Dengan hati yang teguh untuk menjadi seorang imam, maka saya membuat surat lamaran kepada (Alm) Mgr. Ludovikus Simanullang, OFMcap untuk menjadi Imam Diosesan Sibolga kelak. Berbagai macam persyaratan yang diberikan oleh Bapa Uskup untuk melanjutkan study menjadi imam, dengan hati yang berkobar-kobar saya selalu siap dalam memperlengkapi persyaratan itu. 

Satu minggu kemudian P. Rosindus J M Tae, Pr, sebagai Rektor Seminari Menengah, memanggil saya datang ke kantornya. Di dalam ruangan yang kecil itu, terjadi beberapa tanya-jawab, saya merasa ketakutan disaat Pastor itu berkata bahwa "apabila saya tidak diterima oleh Bapa Uskup, apa yang hendak saya lakukan dan lanjut kemana."  Mendengar ucapan dari Pastor itu, saya merasa takut. 

Bersama dengan rasa takut saya, saya menjawab pertanyaan Pastor itu dengan nada suara pelan bahwa, "aku akan lanjut kuliah ke UNRI Riau". Seusai bercakap-cakap, dengan perasan bangga Pastor itu berkata bahwa saya diterima sembari menyalam saya dan memberikan sebuah amlop yang berisi surat rekomendasi dari Bapa Uskup. Ketika itu, saya merasa bahagia bahwa saya masih memiliki kesempatan untuk melanjutkan sekolah saya untuk menjadi seorang imam kelak.

Pada tanggal 20 Agustus 2014, bersama dengan teman-teman pra-unio sibolga datang ke TOR St. Markus-Pematang Siantar untuk memurnikan Panggilan Tuhan di sana. Sekitar 8 bulan di TOR St. Markus, saya menjalani pemurnian panggilan saya sesuai dengan anjuran para formator walaupun diselang waktu saya mengalami kegagalan menurut anjuran mereka. Namun, para formator tetap memberikan kesempatan kepada saya untuk melanjutkan dalam menjalani panggilan imamat dan masa formatio di Seminari Tinggi St. Petrus.

Di Seminari Tinggi St. Petrus ini saya sungguh-sungguh menapaki jalan panggilan imamat. Mulai sejak tingkat 1 hingga sampai tingkat 6 ini saya selalu berusaha untuk tetap setia pada panggilan Tuhan. Di tempat ini begitu banyak cara atau kegiatan yang dapat saya dilakukan untuk mengembangkan panggilan saya, seperti mengekspresikan diri lewat olahraga, bekerja, membuat kreativitas, dan sebagainya. Selain itu, ada juga saat-saatnya saya menerima pengembangan motivasi panggilan dari para formator, yaitu ketika lectio brevir, rekoleksi komunitas, ret-ret pra unio dan tingkat, bimbingan rohani, pertemuan-pertemuan lainnya. Ini semua tentu saya sadari melalui refleksi-refleksi saya.

Dari hati yang mendalam, selama saya berada di komunitas ini saya selalu siap sedia memberikan diri seutuhnya untuk dibina dan dibentuk, agar menjadi imam yang berguna bagi umat, secara khusus di Keuskupan Sibolga. Oleh karena itu, yang menjadi usaha saya saat ini adalah semakin menguatkan motivasi panggilan dan komitmen diri, agar panggilan Allah yang ada dalam diri saya semakin kuat dan nyata dalam perjalanan hidup dan karya saya di komunitas ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun