Dengan melihat perjalanan panggilan Nabi Yeremia tersebut awalnya ia menolak, tetapi akhirnya ia sadar bahwa Allah sendirilah yang telah memilih dirinya untuk menjadi nabi yang menyuarakan kehendak Allah. Ketika ia mau taat terhadap panggilan Allah, tentunya Allah pun akan menyertai Nabi Yeremia dan memperlengkapinya sehingga ia menjadi salah satu nabi besar di sejarah bangsa Israel.Â
Begitu juga halnya dengan saya, bahwa Allah telah memanggil saya untuk menjadi pewarta Kabar Baik-Nya kepada semua orang, tanpa ada rasa takut dan cemas terhadap segala hal, karena Allah akan menyertai dan mengatasi rasa takut tersebut. Allah telah mengenal saya jauh sebelum saya dilahirkan. Panggilan Allah tidak pernah salah, jika saya terus berjalan dalam bimbingan-Nya.
Dengan berjalan dalam bimbingan-Nya, maka yang menjadi motivasi saya saat ini adalah semakin mendalami dan merefleksikan diri dan mewujudkan dari salah satu tujuan imam itu yakni menjalin relasi yang baik bersama oranglain (mengumat). Setiap minggu ke 2 dan 4, saya selalu menempatkan waktu untuk pergi ke rumah umat, walaupun hanya sebentar. Saya memperhatikan bahwa banyak para frater yang pergi ambolatio, tetapi sangat sedikit yang pergi ke rumah umat untuk berkunjung.Â
Kehadiran saya di tengah-tengah umat, memang tidak terlalu memberikan efek besar, apalagi saya tidak memiliki bakat untuk ditunjukkan dan ditonjolkan, seperti main musik, dan lain-lain, namun saya yakin bahwa dengan kehadiran saya itu akan memberikan irama yang sangat berguna bagi saya dan umat. Saya selalu berusaha untuk masuk di tengah-tengah mereka, walaupun terkadang saya merasa tidak mampu.
Dengan keberadaan saya di Seminari Tinggi ini, saya menyadari bahwa saya merasa bahagia menjalani panggilan ini dan saya juga sangat bersyukur karena sampai saat ini saya masih merasa terpanggil untuk menjadi imam.Â
Kebangaan terbesar dalam motivasi saya saat ini adalah bahwa saya sanggup untuk menjalani rutinitas yang ada di tempat ini, walaupun disisi lain saya masih belum optimal menjalaninya. Dasar keyakinan dan kepastian saya menjadi imam adalah bahwa saya mampu memberikan diri seutuhnya untuk dibina dan dibentuk di tempat ini, tanpa banyak permintaan-permintaan dan omelan-omelan.Â
Terkadang saya juga merasa ragu untuk menjadi imam karena saya terlalu mudah terpengaruh dengaan situasi yang lain, seperti ikut nimbrung dengan teman-teman di luar batas waktu dan juga semakin sering terlambat ke Gereja. Yang menjadi usaha saya untuk mengolah itu semua adalah semakin menguatkan komitmen dan membatasi diri dengan yang lain secara positif. Agar panggilan Allah yang ada dalam diri saya semakin kuat dan nyata dalam perjalanan hidup dan karya saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H