Isi Injil sendiri menegaskan pembagian ini, sebab pertama didominasi tema Mesianis dan kerajaan Allah, sedangkan bagian kedua oleh tema sengsara dan kematian. Hal ini dapat diperkuat oleh kriteria literer dan tipografi. Dari sudut geografis, bagian pertama (1:14-8:30) terpusat di Galilea, sementara dibagian kedua terarah ke Yerusalem dan akhirnya di Yerusalem sendiri. Ayat 1: 1-13 dimulai dengan kata arche (permulaan) dan disusul tiga cerita yang menjadi prolog atau pendahuluan.
2. INJIL MATIUS
     Dalam tradisi Kristiani Injil Matius mendapatkan kehormatan dengan menikmati perhatian paling besar baik bagi jemaat kristen purba maupun umat dewasa ini. Melihat fakta internal dalam injil sendiri, penulis injil Matius adalah seorang keturunan Yahudi dengan cita rasa bahasa yang indah dan memiliki pengetahuan bahasa Yunani yang baik. Jelas dia seorang yang terdidik dan akrab dengan dunia sinagoga, namun bukan seorang ahli tafsir rabinis, sebab tidak mewarisi kemampuan tafsir yang memadai. Tempat penulisan injil Matius yang paling didukung ialah  Antiokhia-Siria. Tahun penulisan Injil Matius sekitar tahun 70-80; paling lama awal 80-an. Latar belakang penulisan injil Matius disebabkan karena beberapa hal yakni, komunitas di Antiokhia berada dalam perpecahan dengan sinagoga Yahudi, persoalan intern yang terjadi berkenaan dengan ungkapan kawanan yang kurang percaya sehingga Matius menasehati jemaatnya, komunitas ini juga disibukkan dengan pengaruh heresi dan nabi-nabi palsu. Injil ini dituliskan dengan tujuan untuk memajukan nilai-nilai universal, mengawaskan kedangkalan iman dan sikap acuh tak acuh terhadap ajaran palsu.
     Dari sudut literer Injil Matius merupakan sintese dari Markus dan Quelle. Matius mengintegarsikan sumber Quelle yang kristologis dengan tujuan teologi lain. Sintesis Matius menghasilkan suatu kisah yang lebih universal dan kritis terhadap hukum-hukum Yahudi dengan warna doktrinal-teologis yang kuat dan seimbang.
      Injil Matius ini merupakan karya yang bersifat doktrinal. Minat doktinal itu terpancar dalam lima kotbah besar yang membentuk keseluruhan Injil. Pada akhir setiap kelompok kotbah ditemukan kalimat yang menunjukkan posisi penting " ... dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini ...". Injil Matius merupakan suatu teks narratif yang dipadukan lima kumpulan kotbah yang tertata dengan rapi. Alur ini berkembang dengan suatu aspek kristologis yang disertai oleh unsur eklesiologi dan sejarah keselamatan. Dari sudut pandang teologis, Matius menggabungkan dua aspek yaitu kristologi dan eklesiologi. Dari sudut pandang literer, kedua aspek di atas sejajar dengan alur kisah (kristologis) dan penerapan dalam kehidupan komunitas/interpretasi (minat eklesiologis) yang tercermin secara nyata dalam pelbagai kotbah pengajaran Yesus. Kelima kotbah  itu yakni: Khotbah di bukit (5: 1-7: 29); Khotbah Pengutusan (9: 35-10: 42; Khotbah perumpamaan-perumpamaan (13: 3b-52); Khotbah gerejani (18: 3-34); dan Khotbah eskatologis (23: 1-25: 46)
3. INJIL LUKAS
     Yang jelas status Lukas sebagai pengarang injil ketiga ini, sudah merupakan tradisi yang sangat lama. Umum diterima bahwa Lukas ini merupakan orang Kristen non-Yahudi, tetapi tidak jelas apakah dia Yunani. Injil Lukas ditulis sekitar tahun 90 AD, atau lebih spesifik diperkirakan tahun 80-85 AD. Injil ini ditujukan kepada masyarakat non- Palestina. Maksud tulisan ini untuk memberikan jaminan bukan pertama-tama bersifat historis, melainkan doktrinal atau didaktis. Lukas menjelaskan bagaimana keselamatan Allah, yang pertama-tama dianugerahkan kepada bangsa Israel dalam misi dan Pribadi Yesus telah berkembang sebagai Sabda Allah-tanpa hukum Taurat kepada semua bangsa bahkan sampai ke ujung bumi. Tujuan lain Lukas yakni mau menunjukkan bahwa kekristenan merupakan sambungan dari sejarah bangsa Israel. Kekristenan yang berakar di Israel mempunyai hak yang sama untuk diakui sebagai religio licita dalam kekaisaran Romawi seperti agama Yahudi. Agama Kristen adalah lanjutan logis dari Yudaisme.
     Dalam prolog Injil Lukas dituliskan " ...aku mengambil keputusan ... bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar" (1:1-4). "sungguh benar" bermakna "jaminan/kepastian". Jaminan itu bukan jaminan historis melainkan didaktis/doktrinal dan apologetis. Secara ringkas kombinasi Luk dan Kis dapat disebutkan sebagai kisah sejarah keselamatan yang dibagi atas tiga fase; sejarah Israel (dari para nabi sampai Yohanes Pembaptis), sejarah hidup Yesus (terutama masa karya-Nya) dan sejarah gereja (mulai masa penganiayaan). Kisah ini diwujudkan Lukas sebagai suatu jalan profetis dan keselamatan, yang dikarang dan dipimpin oleh Allah Bapa, aktor utama yang menawarkan keselamatan melalui Roh Kudus dan para nabi (PL), Yesus Sang Nabi dan Gereja, umat-nabi. Kategori perjalanan muncul dalam hubungan dengan pribadi-pribadi agung seperti Yohanes Pembaptis dan Maria-Elisabeth. Akhirnya Yesus sendiri hadir mengajar jalan Allah, jalan damai, dan jalan kehidupan. Dia membuka jalan ini dengan hidup-Nya Sendiri dalam pelayanan-Nya. Inilah suatu jalan yang membawa pada kebangkitan bahkan kepada kepenuhan hidup menurut rencana Allah. Keselamatan adalah salah satu tujuan terpanting dari injil Lukas. Keselamatan dalam PB bermakna ganda; pertama, keselamatan dari yang jahat, membebaskan diri dari suatu kuasa jahat yang mengancam, yang sudah ada, melindungi diri dari sijahat, dan membebaskan diri dari tekanan psikologis yang dirasa. Kedua, memberikan yang baik sebagai perwujudan (tujuan akhir) memberikannya secara penuh sehingga mengalami kegembiraan dan kepercayaan. Alamat tujuan keselamatan yang ditawarkan oleh Luk ialah bagi semua pendosa (universalisme), orang-orang miskin, orang kaya yang dianggap rendah oleh banyak orang seperti Zakeus tetapi Yesus menyelamatkan-Nya. Di sini tampak unsur belas kasih Allah kepada semua orang sehingga semua orang mengalami keselamatan sejati dan penuh.
SUMBER BACAAN
Benjamin N. Wambacq, O. Praem, "Instruction on The Historical Truth of The Gospels" dalam   The Catholic Biblical Quarterly, 1964.
Lembaga Biblika Indonesis. Tafsir Kisah Rasul. Yogyakarta: Kanisius, 1981.