Seminari Tinggi Santo Petrus, Sinaksak-Pematangsiantar (SUMUT)
Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (Yoh 21:15).Â
Peristiwa ini terjadi di tepi danau Genezaret di pagi yang cerah dan penuh pengharapan. Hari-hari yang semakin mendekat dimana Yesus akan meninggalkan para  murid-Nya dan kembali kepada Bapa.Â
Dalam peristiwa tersebut tersirat betapa kasih-Nya kepada domba-domba-Nya. Siapakah yang harus meneruskan menggembalakan mereka, dan kepada siapa mereka akan diserahkan penggembalaannya?
Kasih pada Yesus di atas segala-galanya adalah syarat yang disampaikan kepada Petrus. Maka Dia mengajak Petrus untuk merefleksikan pengalaman dirinya sendiri bersama dengan-Nya. Walaupun Petrus pernah menyangkal-Nya, Yesus tidak mengungkit pengalaman tersebut.Â
Tak ada seorang pun yang sempurna di hadapan Yesus, namun melalui ketidaksempurnaan ini Yesus mengajar Petrus untuk melihat jauh ke dalam hatinya, apakah dia mencintai Yesus lebih dari segala sesuatu. Petrus dituntun untuk dengan tegas menjawab, "Ya aku sungguh mencintai-Mu, Tuhan!".
Mencintai Kristus lebih dari segala sesuatu adalah panggilan dasar bagi setiap orang yang dengan bebas menjawab panggilan Tuhan untuk menjadi imam, gembala yang baik.Â
Kita semua di sini adalah pribadi-pribadi seperti Petrus yang mendapat pertanyaan, "Apakah kamu mencintai Aku (Kristus), lebih dari segala sesuatu?". Apa jawaban kita?
Tema Pembinaan: Ketulusan Dalam Menjawab Panggilan, yang diambil dari inspirasi Tahun Santo Yosep. Ketulusan menjadi kunci dari jawaban yang tegas dan total dalam menjawab panggilan Tuhan. Ketegasan menerima tugas perutusan sebagai bapa dari Yesus, dinyatakannya dalam "mimpi", yakni saat hening bersama dengan Allah.Â
Kiranya Santo Yosep bisa menjadi prototipe dalam menjawab panggilan Tuhan, menjadi imam di abad milenial ini. Doa keheningan hati untuk lebih mendengarkan suara Allah perlu lebih kita kembangkan selama prioses formasio di tahun 2021-2022 ini.
Kita bersyukur bahwa untuk proses formasio, Para Bapa Uskup mengirim para formatores untuk membimbing kita semua. Harapannya, agar para formandi semakin menemukan ruang hening dalam hati untuk menjawab panggilan Tuhan dan menyiapkan diri menjadi gembala-gembala yang baik, gembala yang mencintai Allah lebih dari segala sesuatu dan mencintai sesama seperti diri kita sendiri.
Semoga tahun bina 2021-2022 ini sungguh menjadi tahun rahmat Allah. Tuhan memberkati.
RD. Laurentius Totok Subiyanto [Rektor STSP]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H