Tulisan penulis ini merupakan pengembangan dari proses pembelajaran filsafat di tempat penulis berkarya dan bekerja disalah satu kampus swasta. Pengembangan ini dilakukan karena ketika penulis membuka kelas KAFIR, hanya 3 (tiga) mahasiswa yang hadir. Dari sinilah penulis membawa keresahannya kedalam tulisan.
Pernahkah kita merasa bingung dengan suatu keadaan dan ingin mencari jawaban yang lebih dalam? Atau ingin memahami suatu konsep dengan lebih menyeluruh atau holistik? Di sinilah filsafat hadir untuk membantu.
Filsafat bukan tentang menghafal rumus atau teori yang rumit, melainkan tentang mengembangkan cara berpikir yang kritis dan analitis (metode berpikir).
Apakah kita sudah yakin mampu membedakan antara "Tahu" dengan "Paham"?, jika sudah tahu belum tentu paham, jika paham hanya sebatas batang/tangkai pengetahuan, maka belum sepenuhnya tahu.
Secara ontologis jika dielaborasikan dengan Aksioma maka sebuah adanya "asumsi dasar yang diterima kebenaran tanpa perlu pembuktian".
Pertama, hubungan dengan "tahu". Disini penulis memadukan dengan pemikiran menurut James C. Snyder dan Anthony J. Cattanse dalam Introduction of Architecture. Dimana penulis mengkaji kedalam kaidah "metafora", karena metafora merupakan tindakan mengidentifikasi pola yang mungkin terjadi dari hubungan parallel dengan melihat keabstrakannya, maka permisalannya menjadi sebagai berikut:
"Seseorang yang tahu sesuatu mungkin berpegang pada aksioma yang belum diuji secara kritis, sehingga pengetahuannya terbatas dan mudah goyah".
Kedua, hubungan dengan "paham" yang sama menggunakan metafora, maka permisalannya menjadi sebagai berikut:
"Seseorang yang paham sesuatu telah mempertanyakan dan menganalisis aksioma yang mendasarinya, sehingga pengetahuannya lebih kokoh dan fleksibel".
Contoh:
- Seseorang yang tahu bahwa bumi itu datar mungkin berpegang pada aksioma ini tanpa mempertanyakannya.
- Namun, orang yang paham tentang sains telah mempertanyakan aksioma bumi datar dan menemukan bukti yang menunjukkan bahwa bumi itu bulat.
Maka dari penjelasan diatas dapat ditarik kedalam sebuah filsafat, yang mengajarkan untuk mempertanyakan segala sesuatu, mencari akar permasalahan, dan melihat berbagai sudut pandang. Seperti penjelasan dalam piramida DIKW yang menjelaskan setiap tingkatan menjawab pertanyaan tentang data awal dan menambah nilai dari data tersebut. Semakin kaya data yang dimiliki, maka semakin banyak pengetahuan dan wawasan yang didapatkan, sehingga perusahaan Anda mampu menggunakan data untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.