Gusjigang Pendidikan Religius
Pada zaman pengembangan Islam dahulu Sunan Kudus menata kembali kota tua Kudus.  Kota tersebut berpusat pada Masjid Al-Aqsha dan Menara Kudus  yang berdekatan dengan pusat pengajaran ilmu (padepokan) Sunan Kudus yang sekelilingnya merupakan rumah penduduk. Sunan Kudus mulai mengajarkan kepada murid muridnya dan masyarakat agar berbudi pekerti yang bagus, rajin / pandai mengaji dan berdagang. Ajaran ini betul-beul dianut oleh masyarakat kala itu, sehingga banyak yang sukses menjadi saudagar. Kesuksesan tersebut menyebabkan mereka berlomba lomba membangun rumah rumah yang bertembok tinggi. Hingga saat ini kawasan tersebut dikenal dengan kawasan elite Kudus Kulon.
Falsafah Gusjigang adalah falsafah hidup yang diajarkan oleh Sunan Dja'far Shodiq yang jika dijabarkan terdiri dari 3 rangkaian kata yaitu 'gus' bagus, 'ji' ngaji, 'gang' dagang. Falsafah ini memang sederhana tetapi falsafah tersebut telah membangun masyarakat Kudus dari berbagai aspek, terutama adalah aspek religi, ekonomi, dan sosial budaya. Gusjigang itu sebenarnya tidak hanya berupa falsafah hidup tetapi juga sebagai suatu kebudayaan dan juga sebagai sebuah pendidikan karakter yang telah lama diterapkan kepada masyarakat Kudus. Gusjigang dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Gus atau Bagus sebagai soft skill merupakan singkatan dari bagus yang berarti bagus akhlak budi pekertinya. Masyarakat Kudus, khususnya pengikut atau santri santri dari Sunan Dja'far Shodiq diajarkan bagaimana menjadi manusia yang berakhlak mulia agar selamat dunia akhirat. Pengajaran dan penyebaran pembangunan karakter di masyarakat Kudus memang berlangsung agak lama karena masyarakat Kudus pada awalnya mayoritas beragama Hindu dengan kepercayaan yang kental yang berupa animisme dan dinamisme.
2. Ji atau pintar mengaji sebagai hard skill disini merupakan singkatan dari mengaji yang berarti belajar. Belajar yang diajarkan Sunan Kudus bukan hanya sekedar belajar kitab-kitab islami, tetapi juga belajar berkehidupan dan bersosialiasi dengan sesama umat manusia. Dengan adanya mengaji yang diterapkan kepada masyarakat Kudus, setiap insan di Kudus akan menjadi pribadi yang cerdas yang dapat memajukan Negara Indonesia. Hal ini masih berada pada masyarakat Kudus sampai saat ini dengan bukti yaitu sebagian besar generasi muda yang berada di Kudus menuntut ilmu baik itu melewati lembaga formal maupun non formal.
3. Gang disini merupakan singkatan dari dagang. Dagang merupakan salah satu ajaran  yang diajarkan oleh Sunan Kudus kepada para pengikutnya untuk dapat bertahan hidup. Sebenarnya bertahan hidup tidak hanya dapat dilakukan dengan cara berdagang tetapi juga dapat dilakukan dengan cara apa saja misalnya dengan bercocok tanam, berternak, melaut dan lain-lain.
Tinjauan Ekonomi, Religi, dan Sosial Budaya Falsafah Gusjigang
Falsafah Gusjigang yang diterapkan kepada masyarakat Kudus mempunyai pengaruh besar yang membawa perubahan yang sangat signifikan bagi masyarakat Kudus. Falsafah Gusjigang Tersebut dapat ditinjau dari beberapa aspek, sebagai berikut :
1. Tinjauan ekonomi
Sosok Sunan Kudus  dikenal sebagai saudagar / pengusaha ulet untuk mendukung misi dakwahnya menjadi pelopor dan teladan bagi masyarakat Kudus terutama di sekitar Kudus Kulon. Sunan Kudus mengajarkan cara bagaimana bertahan hidup dengan berdagang yang pada saat itu Sunan Kudus adalah seorang pendatang baru yang datang ke Kudus untuk menyebarkan agama Islam kepada masyarakat Kudus. Beliau datang tidak hanya untuk menyebarkan agama Islam tetapi juga membangun karakter masyarakat Kudus. Sunan Kudus mengajarkan berdagang untuk bertahan hidup karena tidak memungkinkan untuk bercocok tanam pada lahan Kota kudus yang sempit digunakan bercocok tanam untuk mayoritas Penduduk Kudus. Jika melaut, melaut sangat tidak memungkinkan karena Kudus yang diapit oleh kota-kota sekitar, bukan diapit oleh pantai-pantai. Kudus Kulon menjadi embrio perkembangan Kota Kudus. Wilayahnya meliputi Kauman, Kejaksan, Langgar Dalem, Demangan, Kajeksan dan Sunggingan. Semuanya mengelilingi Masjid Menara sebagai episentrum sosial ekonomi.
Dikarenakan Kudus mempunyai lokasi yang sempit, selain itu Kudus pada awalnya masih terpisah dengan pulau jawa, cara yang paling tepat Masyarakat Kudus untuk bertahan hidup adalah dengan berdagang. Apalagi pada saat itu Kali Gelis dianggap kali yang gelis yaitu sungai yang cepat mengantarkan hajat, cepat membuang kesialan, dan juga cepat memperjualkan dagangan. Pada zaman dahulu Kali Gelis biasanya digunakan sebagai lalu lintas transportasi dan juga perdagangan. Ekonomi dan bisnis masyarakat Kudus pesat bersama dengan kota Jepara dan Demak pada abad 15 yang menjadi meningkat dan dapat bersaing dengan kota kota besar lainnya. Kebetulan pada saat itu, Kota Kudus mempunyai Kali Gelis yang masih memiliki fungsi sebagai jalur transportasi dan transaksi berdagang yang dianggap cepat untuk melakukan transaksi dagang. Semua itu dilakukan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kudus.
2. Tinjauan religi
Religi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Kereligian dalam Falsafah Gujigang sangatlah kental. Pada saat itu Sunan Kudus melaksanakan tugas dakwah, maka ajaran beliau menanamkan bagaimana cara berhubungan dengan Allah SWT dengan benar kepada pengikutnya. Pada falsafah Gusjigang, semua ajaran dari falsafah Gusjigang mengandung aspek-aspek religius sebagai berikut :
a. Â Seseorang yang dekat dengan Allah adalah seseorang yang harus mempunyai akhlak yang bagus. Oleh karena itu Sunan Kudus mengajarkan bagaimana menjadi manusia yang berbudi luhur dan berakhlak mulia, karena jika seseorang berakhlak jelek maka manusia tersebut semakin menjauh dengan Allah.
b. Mengaji, khususnya mengaji kitab kitab islami untuk mengetahui bagaimana hubungan dengan Allah. Mengaji kitab dapat mendekatkan diri seseorang kepada Allah, terutama pada mengaji kitab suci Al-Qur'an.
c. Berdagang tak hanya sekedar untuk bertahan hidup dan mencukupi kebutuhan duniawi, tetapi juga dapat diniatkan untuk ibadah kepada Allah SWT, sekaligus untuk mendukung dakwah pada saat itu.
3. Tinjauan sosial budaya
Falsafah Gusjigang yang saat itu mendarah daging pada jiwa masyarakat Kudus Kulon menyebabkan Kudus dikenal sebagai kota "Saudagar" sekaligus kota "santri"
a. Kota Saudagar
Banyak pengusaha dan menjamurnya industri sehingga Kudus terutama Kudus Kulon menjadi kawasan yang elit. Rumah pada kawasan tersebut pun dibangun sangat bagus dengan tembok tembok tinggi dan ukiran gebyok yang mahal pada masa itu. Namun saat ini banyak yang sudah dijual karena berbagai alasan.
b. Kota Santri
Sejak Sunan Kudus mengajarkan Gusjigang kepada pengikutnya, Kudus menjadi pusat penyebaran ilmu. Banyak madrasah dan pondok pondok pesantren yang berada di Kudus. Santri santri dari berbagai kota bahkan dari negara datang ke Kota Kudus untuk memperdalam ilmu ilmu Al-Qur'an, Hadist, Falak, Bahasa Arab, Nahwu dan lain lain.
Implementasi Falsafah Gusjigang
Falsafah yang diajarkan oleh Sunan Kudus memang membawa perubahan yang cukup besar bagi masyarakat Kudus. Oleh karena itu, terdapat beberapa implementasi dari falsafah Gusjigang pada masa kini, diantaranya :
1. Penerapan akhlak sopan, santun dan etika pada generasi muda dapat digunakan untuk membentengi diri dari pengaruh negatif modernisasi dan globalisasi yang jika tidak di bentengi akan memporakporandakan kehidupan masyarakat di segala bidang. Penerapan akhlak yang lebih ditekankan pada generasi muda karena generasi muda akan menjadi penerus bangsa yang memiliki akhlak mulia akan memajukan bangsa dan negara di masa mendatang. Â Jadi penerapan ini diharapkan dapat menciptakan masyarakat Kudus yang religius sesuai dengan sebutan Kota Kudus sebagai Kota Santri.
2. Adanya falsafah Gusjigang yang awalnya mendarah daging di masyarakat Kudus pada masanya, dapat mengubah masyarakat Kudus menjadi maju dan sejahtera pada saat itu. Dari hal tersebut dapat diambil implementasi dengan mengubah mental masyarakat Kudus saat ini menjadi pribadi yang mempunyai mental seorang pengusaha. Karena pada saat ini banyak masyarakat Kudus yang lebih suka menjadi buruh atau pekerja daripada membuat usaha sendiri yang memunculkan jiwa enterpreneurship. Jika masyarakat Kudus setiap orangnya banyak yang mempunyai jiwa enterneurship maka akan membuat masyarakat Kudus kembali mandapatkan kejayaan seperti dahulu kembali dengan masyarakat yang sejahtera.
3. Pada saat itu falsafah Gusjigang digunakan Sunan Kudus untuk strategi dakwah Islam beliau karena dalam falsafah Gusjigang terdapat perintah untuk berdagang, dalam berdagang setiap orang pedagang dapat bertemu dengan orang orang dengan beragam latar belakang. Hal tersebut dapat dijadikan peluang untuk menyebarluaskan dakwah Islam. Oleh karena itu, salah satu Implementasi dari falsafah gusjigang tersebut adalah meningkatkan kepedulian dan semangat menyebarluaskan dakwah Islam dengan dukungan yang kuat dari usaha dagang atau bisnis seperti yang dilakukan Sunan Kudus pada masanya. Tidak hanya berdagang untuk mencari keuntungan saja, tetapi juga untuk dukungan dakwah Islam.
Tetapi pada kenyataannyaa, pada masa sekarang masyarakat Kudus kurang dapat mengimplementasikan falsafah Gusjigang yang dapat membawa perubahan positif tersebut. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan antara lain :
1. Kurangnya kepedulian generasi tua untuk mewariskan ajaran tersebut kepada generasi muda yang saat ini perlu diajarkan falsafah tersebut agar dapat membentengi globalisasi yang masuk.
2. Arus globalisasi yang sangat cepat dan lebih modern mengalahkan falsafah lokal yang dianggap kuno terutama oleh generasi muda.
3. Kurangnya perhatian dari pemerintah untuk melestarikan dan menggaungkan kembali falsafah Gusjigang di tengah masyarakat.
 Untuk itu falsafah Gusjigang tersebut perlu dibudayakan kembali kepada masyarakat Kudus yang dapat dilakukan dengan usaha usaha sebagai beriku :
1. Memasukkan falsafah tersebut dalam kurikulum pendidikan formal berbasis kearifan lokal
2. Tokoh Masyarakat, Kyai, Guru, Ustad menjadi mediator yang sangat tepat untuk menyampaikan dan menyebarluaskan falsafah ini di tengah masyarakat
3. Pemerintah Kota Kudus segera memasukkan falsafah tersebut sebagai slogan resmi yang dapat menarik perhatian Masyarakat Kudus agar dapat mengenal dan menerapkan kembali falsafah Gusjigang tersebut.
Falsafah Gusjigang yang diajarkan Sunan Kudus dalam membangun karakter masyarakat Kudus menjadi lebih baik menyebabkan falsafah tersebut banya diterapkan dan mendarah daging di masyarakat Kudus pada masanya. Tetapi dengan adanya modernisasi dan globalisasi falsafah tersebut semakin memudar. Masyarakat Kudus banyak sekali yang tidak mengetahui apa arti dari 'Gusjigang' tersebut, tetapi meskipun demikian sebagian masyarakat menerapkannya di dalam kehidupan  sehari-hari walaupun hal tersebut tak semendarah daging seperti pada abad ke 15. Hal tersebut dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat untuk mewariskan dan meneruskan falsafah Gusjigang. Untuk itu, perlu dilakukan usaha usaha yang dapat mengembalikan penerapan falsafah Gusjigang di masyarakat seperti yang sudah dibahas diatas tadi
DAFTAR PUSTAKA
Al-adawi, Musthafa. 2008. Berdoalah Anda Butuh Allah. Solo: PT Aqwam Media Profetika.
Kasdi, Abdurrahman. 2013. Nu dalam Tantangan Lokal dan Global. Kudus: Panitia Konferensi NU Kudus.
Kansil. 2002. Â Pokok Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Mihardja, Achdiat K. 1948. Polemik Kebudayaan.Jakarta: Pustaka Jaya.
Said, Nur. 2010. Jejak Perjuangan Sunan Kudus. Bumi Siliwangi: Brillian Media Pertama.
Tim Penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Wijandi, Soeksasrono. 1987. Pengantar Kewirausahaan. Bogor: Sinar Baru Agensindo.
Artikel Swastisoed - Gusjigang Dalam Masyarakat Kudus ~ Swastisoed's Notes.html.
el-kawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html.
mawarputrujulica.wordpress.com/2011/03/07/filsafat-ilmu-hubungan-iptek-agama-budaya.
ms.m.wikipedia.org/wiki/falsafah.
Dwi Rengga Ardlika Putra
201431056
Universitas Muria Kudus (Bimbingan dan Konseling)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H