Dalam beberapa kasus, proses perubahan pemaknaan kata memang sangat lazim terjadi. Pemaknaan baru bisa terjadi karena kesengajaan maupun tidak. Besar kemungkinan, hal itu lebih disebabkan pada penyesuaian zaman, meski akarnya kemudian tetap akan menyinggung beberapa hal seperti politik, ekonomi, dan lainnya. Gusjigang mengalaminya.
Makna bagus misalnya, yang kali pertama lebih merujuk pada faktor fisik dari unsur maskulin, kemudian lebih dimaknai pada kepemilikan akhlak yang baik. Dengan begitu, warga Kudus secara luas bisa meneladaninya.
Sementara kata (me)ngaji, kini juga lebih tepat dimaknai sebagai kepemilikan intelektualitas yang tinggi. Mengaji tak hanya diartikan membaca kitab suci saja, tapi juga membaca literatur secara luas, bahkan juga membaca alam.
Dagang juga tak terhenti pemaknaannya pada menjual dan membeli barang untuk memperoleh keuntungan seperti yang disebut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dagang di konteks kekinian adalah juga mencipta, membuat produk yang inovatif dan diterima masyarakat dengan tetap mengingat pada tujuan awal yakni memperoleh keuntungan.
Dwi Rengga Ardlika Putra
201431056
Universitas Muria Kudus
Bimbingan dan Konseling