Dalam membahas soal bullying tidak jauh dari kata pelaku dan korban. Pelaku bullying adalah seorang atau sekelompok orang yang melakukan tindakan penindasan. Sedangkan, korban bullying adalah seorang yang terkena dampak dari tindakan tersebut. Terdapat karakteristik dari korban bullying dan pelaku bullying.
A. Pelaku Tindakan Bullying
Pelaku Bullying atau sering diistilahkan dengan bullies, memiliki karakteristik yang mendominasi korban. Mudah tersinggung dan meledak-ledak emosinya juga merupakan karakteristik dari pelaku bullying.  Menurut The National School Savety Center (NSSC) USA, pelaku bullying biasanya secara berlebihan bersikap agresif, destruktif, dan menikmati dominasi mereka atas anak-anak lain (Ela, Sahadi, dan Meilany, 2017). Pelaku bullying cenderung mengalami kesulitan dalam menginterpretasikan informasi sosial. Mereka menginterpretasikan secara keliru perilaku anak lain sebagai perilaku bermusuhan, bahkan ketika sebenarnya sikap permusuhan itu tidak ditujukan ke anak lain tersebut.
Menurut Stephenson dan Smith (dalam Sullivan, 2000), terdapat tipe-tipe dari pelaku bullying, yaitu:
- Tipe percaya diri, tipe ini biasanya kuat secara fisik, menikmati keagresifitasannya, merasa aman karena merasa bahwa dirinya lebih kuat daripada orang lain dan biasanya tipe ini cenderung populer.
- Tipe pencemas, pelaku secara akademik lemah. Lemah dalam berkonsentrasi, kurang dalam prestasi. Selain itu, kurang populer dan merasa kurang aman karena sifatnya yang pencemas.
- Pada situasi tertentu, pelaku bullying juga dapat menjadi korban bullying
Dalam jurnal Puspa Amrina (2017) terdapat ciri-ciri dari pelaku tindakan bullying, yaitu:
- Mendominasi anak lain
- Memanfaatkan anak lain untuk mendapat apa yang diinginkan
- Sulit melihat situasi dari sudut pandang orang lain
- Hanya peduli terhadap keinginan dan kesenangannya sendiri, tanpa mempedulikan orang lain
- Cenderung melukai orang lain, ketika tidak ada yang mengawasi
- Memandang yang lebih lemah sebagai sasaran empuk untuk di bully
- Tidak mau bertanggung jawab atas tindakannya
- Tidak memiliki pandangan terhadap masa depan atau cenderung masa bodoh dengan perbuatannya
- Terkadang haus akan perhatian
Perilaku tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Dalam jangka waktu panjang maupun jangka waktu pendek, sebelum merasa puas untuk maka akan terus-menerus dilakukan. Tim Field (dalam Rigby, 2002), mengemukakan beberapa karakteristik pelaku bullying yang dipengaruhi oleh aspek kognitif, afektif, dan behavioral dalam diri si pelaku. Karakteristik tersebut, yakni:
- Kurang dalam memahami apa yang dikatakan orang lain
- Memiliki praduga yang salah
- Memiliki memori yang selektif
- Biasanya memiliki paranoid
- Kurang dalam hal insight
- Tipe yang curiga terhadap apapun
- Terlihat cerdas, namun tidak demikian
- Tidak kreatif
- Kesal terhadap perbedaan minor
- Kebutuhan impulsive untuk mengontrol orang lain
- Tidak dapat belajar dari pengalaman
Dalam aspek afektif, karakteristik pelaku bullying (Amrina, Puspa. 2017), diantaranya adalah
- Secara emosional masih kurang matang
- Kurang mampu untuk menjalin hubungan akrab dengan orang lain
- Kurangnya rasa peduli, simpati, dan empati terhadap orang lain
- Tidak konsisten dan cenderung emosi yang mudah berubah-ubah
- Tidak memiliki rasa bersalah dan menyesal
Selain itu, para pakar banyak menarik kesimpulan bahwa karakteristik yang biasanya paling menonjol pada pelaku bullying adalah agresif, impulsif, dan kesulitan untuk memiliki rasa peduli, simpati, maupun empati.
B. Korban Tindakan Bullying
Korban bullying sering diistilahkan juga sebagai victims. Korban bullying biasanya dianggap lemah oleh para pelaku tindakan bullying. Korban diperlakukan semena-mena, baik secara fisik ataupun secara verbal. Tidak memiliki kekuatan untuk melawan, karena terlalu takut untuk menghadapi menjadi penyebab dasar korban bullying.
Menurut Murphy (2009), terdapat karakteristik yang khas pada diri korban bullying. Karakteristik tersebut adalah penampilan yang dianggap berbeda oleh pelaku atau kebiasaan yang juga dianggap berbeda oleh pelaku tindakan bullying. Adapun korban yang "terpilih" karena ukuran mereka yang biasanya lebih kecil dan dianggap lebih lemah, serta dianggap berbeda dari anak-anak yang lain.